DELAPAN BELAS

1.6K 85 0
                                    

"Dari pada nyimpen aplikasi gojek, mending nyimpen nomer hp aku"
~ Adam Surya Manggala ~

Begitu kakinya melangkah masuk, sapaan Pak Johan selaku petugas perpustakaan terdengar oleh telinga Zahra. "Pagi, nak Zahra!" Suara pak Johan kali ini bersahabat dengannya.

"Pagi, pak!" Zahra balas menyapa dengan sedikit memberi senyuman-palsu.

"Kamu belajar bareng mas Adam lagi?" tanya pak Johan. Zahra menghentikan langkahnya. Hah? Dia di sini?

"Tidak, pak. Saya ke sini untuk mengerjakan tugas dari Bu Fatma."

"Owalah. Saya lihat kemarin bareng terus." Pak Johan adalah pegawai dengan umur muda di sekolahnya. Jadi, Zahra berusaha memaklumi kalau beliau kepo dengan tindakan siswanya.

"Iya, pak. Selamat bekerja kembali, pak." Zahra harus mengakhiri pembicaraan ini. Jika tidak, waktunya akan habis.

Meski bukan berstatus guru, pak Johan paham sekali apa maksud Zahra. "Terima kasih. Silahkan lanjut."

Seperti yang Zahra tebak, Adam ada di salah satu bangku kursi. Tapi, posisinya membelakangi dirinya. Dia terlihat sedang sibuk mengurus lembaran kertas di hadapannya.

Zahra melewatinya tentu saja tanpa menyapa Adam. Biasanya cowok itu yang menyapanya dulu, Kali ini ia tidak mendengar sapaan Adam. Langkahnya sedikit melambat, aku... menunggu sapaannya? Tidak! Itu tidak mungkin!

Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia harus membuang pikiran itu jauh-jauh. Ia mempercepat langkahnya. Siapa sangka tingkahnya ini dilihat oleh Adam. Gadis aneh, celetuk Adam.

Langsung menuju meja paling utara yang dekat tembok dan membuka lembar demi lembar buku sketsanya. Zahra tinggal menyelesaikan satu gambar. Besuk hari jumat, ia harus menunjukkan hasilnya pada bu Fatma.

Berkat kediaman Adam, Zahra bisa menyelesaikan gambarnya setelah 20 menit berlalu. Tapi, di dalam hatinya, Zahra sangat penasaran. Baru kali ini Adam tidak mengganggunya sejak awal pertemuannya.

Dengan hati-hati, Zahra menoleh ke kiri lalu melihat ke belakang. Adam tidak ada. Hanya ada setumpuk kertas di meja itu. Dia sudah pergi? Dari tadi? Zahra menghembuskan nafas berat.

Zahra memutuskan untuk kembali ke kelas. Sudah telat 10 menit untuk mengikuti pelajaran biologi. Saat ia akan kembali ke posisinya tadi, seseorang membuatnya kaget.

"Kamu..." Suara itu terlalu jelas dan dekat di dengar telinga kanan Zahra. "nyari aku?" lanjut Adam. Tanpa memprediksi yang akan terjadi, Zahra langsung menoleh ke kanan.

Deg!!!

Wajah mereka berdua bertatapan. Dekat, sangat dekat. Jika diukur dengan penggaris, maka ukurannya hanya sekitar 5 centimeter. Zahra kekurangan oksigen, badannya kaku, begitu juga mulutnya. Hawa panas menyelimutinya. Seharusnya dirinya mencair, bukan malah kaku.

Baru beberapa detik berlalu. Zahra sama sekali belum bergerak begitu pun Adam. Mereka masih sama-sama menatap. Zahra bisa merasakan hembusan nafas Adam. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Zahra memejamkan matanya. Plis, kak, tolong bicara. Jangan menatap terus. Plis!! Pinta Zahra dalam hati. Ia hanya berharap Adam bisa baca pikirannya saat ini.

"Kamu tadi nyari aku?" Adam mengulangi pertanyaannya. Ia menatap Zahra yang masih menutup mata. Ia menjauhkan wajahnya sedikit agar Zahra bisa menjawabnya.

Zahra membuka matanya, "Hah? A... Aku nggak nyari kakak."

Adam tersenyum, lalu duduk di kursi sebelah Zahra. "Yakin? Terus kenapa kamu liat ke belakang?"

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang