SEPULUH

1.8K 104 7
                                    

[REVISI]

Lagu itu lebih romantis daripada rayuan gombal
~ Adam Surya Manggala ~

Zahra berangkat lebih pagi hari ini karena piket. Walaupun sudah ada sepuluh orang, pukul setengah tujuh masih tergolong pagi untuknya. Moza dan Fira yang biasanya lebih dulu darinya belum tampak.

Saat akan menaruh tasnya di kursi, Zahra melihat sebuah kaset di atas meja. Tergambar raut bingung dan penasaran di wajahnya. Mata tertuju pada tulisan di kaset itu. Dari Mata, itu yang tertulis.

Siapa yang taruh kaset ini? Dan apa maksudnya?

Ketika hendak bertanya dengan salah satu orang, kedua sahabatnya datang.

"Apaan itu, Ra?" tanya Moza. "Kaset?" lanjutnya setelah melihat kaset di tangan Zahra.

"Yang lo lihat," jawab Zahra.

"Dari bu Fatma lagi?" tanya Moza. "Pagi amat," lanjutnya.

"Bukan."

"Hah? Kalau bukan bu Fatma siapa?" giliran Fira yang bertanya.

"Gue juga nggak tau siapa,"

"Nggak ada note tentang pengirimnya?" tanya Moza.

"Cuma ada tulisan 'Dari Mata' di atasnya."

"Fahri! Lo tau orang yang taruh kaset di sini nggak?" tanya Fira pada Fahri.

"Gue liat tadi Budi yang taruh," jawab Fahri teman sekelas mereka.

"Kok gue?" kata Budi menanggapi.

"Ya kan emang lo. Gue liat sendiri pas masuk tadi," balas Fahri.

"Bud, lo gak mungkin suka sama Zahra?" tanya Moza.

"Mana mungkin gue suka ...."

"Terus buat apa lo taruh kaset di sini?" tanya Fira.

"Gue cuma di suruh sama kakak kelas tadi. Gue harus taruh ini di meja lo," jawab Budi.

"Kenapa lo nggak bilang dari tadi," kata Fira.

"Ini gue udah bilang cantik ...." kata Budi.

"Sorry, gombalan lo nggak mempan," kata Fira.

"Eh, Budi. Lo tadi bilang kakak kelas,siapa?" tanya Zahra.

"Ketua osis. Kak Adam," jawab Budi.

"Kak Adam? Kasih kaset?" kata Fira kaget.

"Fir, kamu bawa laptop kan?" tanya Moza. "Aku jadi penasaran," lanjutnya.

"Bentar-bentar. Aku juga jadi penasaran," kata Fira sambil mengeluarkan laptopnya.

"Nih masukin kasetnya," kata Moza.

"Oke-oke. Maksudnya dari mata apaan ya?" kata Fira.

"Udah belum? Apaan isinya?" tanya Moza.

"Lagu," jawab Fira.

"Lagu?" kata Moza dan Zahra bersamaan. Zahra yang penasaran pun ikut nimbrung.

"Kalau nggak lagu, rekaman atau video nih."

"Ya udah buruan buka," kata Moza.

Matamu melemahkanku

Saat pertama kali ku lihatmu

Dan jujur ku tak pernah merasa

Ku tak pernah merasa begini... 🎶

Lirik dari lagu yang terdengar oleh mereka bertiga. Moza dan Fira terlihat bahagia mendengar suara dari idolanya. Sedangkan Zahra terlihat bingung setelah mendengar satu bait lagu itu.

"Sumpah suaranya bagus banget. Masih sama kayak pertama kali gue denger. Bikin baper," kata Fira.

"Gue setuju," kata Moza.

"Fix, Ra. Kak Adam suka sama lo!!!" kata Fira.

"Apaan sih. Ngaco lo," balas Zahra.

"Kok ngaco? Menurut gue juga gitu. Mana mungkin kak Adam cover lagu cuma buat iseng. Peka sedikit deh," kata Moza.

"Gue kasih tau ya, Ra. Kak Adam itu juga jago musik kayak lo. Pasti klop deh kalau deket. Gue restuin deh lo sama ..." kata Fira.

"Terserah kalian aja deh. Gue mau piket dulu," kata Zahra.

"Ya udah, sana-sana."

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar untuk pulang. Begitu juga Zahra, Moza dan Fira.

Zahra pulang sendiri lagi hari ini. Moza yang biasanya mengantarnya pulang harus menjemput adiknya mulai sekarang. Reza ada acara dengan teman kampusnya.

Zahra berjalan keluar dari gerbang sekolahnya. Ia memilih naik angkutan umum seperti sebelumnya.

Saat ia hendak memesan ojek online, beberapa cowok tak berseragam seumurannya menuju arahnya. Zahra berusaha mengabaikan kehadiran mereka. Tiba-tiba, Adam berhenti di depannya.

"Pulang bareng nggak?" tanya Adam.

"Nggak kak, makasih."

"Yakin?"

"Iya."

"Oke, aku duluan ya."

Ternyata gerombolan cowok itu  sudah lebih dekat. Salah satu dari mereka siap menghampirinya. Terpaksa ia harus menerima tawaran Adam.

"Tunggu, kak!" kata Zahra yang membuat Adam menoleh. "Gue ikut," lanjutnya.

"Oke. Cepet naik keburu sore," kata Adam dengan nada bahagia.

Setelah Zahra naik, Adam melajukan motornya perlahan meninggalkan sekolah. Senyum kecil tergambar di wajah Adam. Sedangkan Zahra masih diam karena tubuhnya yang kaku.

"Zahra?"

"Zahra? Ra? Zahra?!" kata Adam.

"Hah?" kata Zahra kaget. Ia baru saja tersadar dari lamunannya.

"Kamu udah denger lagu dari kaset yang aku kasih?" tanya Adam.

"Kaset yang tadi pagi itu dari kam..., kakak?" tanya Zahra balik.

"Iya. Gimana?" tanya Adam lagi.

"No bad."

"Lagu itu lebih romantis daripada rayuan gombal. Itu menurut aku. Jadi ..."

"Kak!"

"Ya?"

"Nanti perempatan itu belok kanan."

"Okeee...."

Tahan rasa gerogi kamu. Ini cuma sekali. Jadi es, jadi es. Kata-kata itu yang sekarang terlintas dipikirannya.

P. S.

A dan Z update lebih cepat ya. Semoga suka. Mungkin ceritanya masih agak garing. Jujur aja aku kehabisan ide akhir-akhir ini. Tapi tenang aja. Buat kalian yang selalu menunggu ceritaku, aku bakal menyelesaikan cerita kok. Sampai finish cerita.

Yuk komen dan vote. Selalu aku tunggu ya. Thanks yang udah mau baca    ^_^

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang