EMPAT PULUH DUA

926 49 2
                                    

"Kalau emang gue atau hubungan kita cuma jadi beban buat lo, gue terima kata putus itu. Gue mundur sekarang"
Adam S. M.

Setelah mengucapkan kata 'putus' waktu itu, Zahra menjauhi Adam saat di sekolah. Biasanya, kalau di kantin, Adam akan menghampiri Zahra. Kini tidak lagi. Kalau biasanya kedekatan mereka berdua membuat banyak murid iri, kini tak lagi. Alhasil, banyak yang penasaran. Apa yang terjadi? Apa mereka putus?

Zahra tak bersuara. Adam juga tidak bilang apapun. Mereka sama-sama diam. Tak ada keinginan untuk menjelaskan hubungan mereka sekarang. Semua bisa menebak sendiri apa yang terjadi. Zahra dan Adam sudah putus. Itu yang hanya semua murid percaya. Hal ini membuka peluang untuk para cewek.

Alana yang sudah lama menghilang dari pandangan Adam. Kini kembali ketika tahu Adam dan Zahra putus. Namun, bukan untuk mengejarnya lagi. Akan tetapi, ia menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Sekitar seminggu yang lalu, ada cowok yang menghampiri Alana di kelas. Cowok itu tak lain adalah Genta. Genta meminta Alana untuk ikut dengannya ke taman belakang sekolah. Alana pun melakukannya. Bukan karena tertarik pada Genta, melainkan dia bilang ada hal penting.

"Lo, Alana kan?"

"Iya. Ada apa?"

"Gue, Genta."

"Hal penting apa yang mau lo bicarain sama gue?" Alana sedikit tak suka dengan Genta karena dia menantang Adam main basket satu lawan satu. Harusnya dia senang kalau Adam kalah waktu itu. Tapi, entahlah.

"Santai dong."

Alana hanya memutar bola matanya malas.

"Lo suka kan sama Adam?"

"Apa urusan lo?"

"Gue bisa bantu lo buat dapatin dia. Gimana?"

"Gue gak butuh bantuan lo." Ia berdiri mau meninggalkan Genta yang masih duduk santai.

"Gue bisa buat mereka putus dalam waktu dekat," kata Genta.

Alana berbalik, "Gue gak peduli."

"Lo serendah itu ya? Sampai-sampai harus ngelakuin segala hal buat ngerusak hubungan orang lain," tambahnya.

Genta diam menatap Alana tak paham. Kata teman-temannya, Alana itu orangnya menangan di sekolah. Dia terobsesi sekali dengan Adam. Tapi, banyak yang bilang Alana berubah. Sekarang ia tahu apa yang berubah dari cewek di depannya ini.

"Ah, kata-kata bijak tadi gue dapat dari orang lain. Harusnya sih lo nanti bisa sadar kayak gue."

Alana pun pergi meninggalkan Genta Ia sendiri tak menyangka kalau kata-kata Zahra waktu itu, ia sampaikan sekarang pada orang lain. Tanpa sadar ia tersenyum. Kali ini benar-benar terlihat tulus.

"Baru kali ini gue lihat lo senyum manis banget," kata Ali yang tiba-tiba saja muncul.

"Apaan sih lo? Kok tiba-tiba lo ada di sini?"

***

Alana menghampiri meja nomor satu dari kiri di baris ketiga. Tempat di mana ada empat cowok sedang makan bakso. Satu di antara merekalah yang ia cari. Ia ingin mengkonfirmasi atau menanyakan sesuatu pada Adam.

Ia tetap melanjutkan langkahnya tadi, meskipun ia dengar beberapa ocehan tidak menyenangkan. Contohnya seperti, "Itu, Alana, gak tau malu ya. Pasti tuh nyamperin Adam. Udah tahu putus, deketin lagi deh."

"Hai!" sapanya pada empat cowok yang memang ia kenal mereka semua, Adam dan temannya.

Mereka sempat tidak menjawab, sampai Ali memecah keheningan. "Hai, Al!"

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang