"Lo mau?
Sadar pas lo udah jatuh cinta sama dia tapi dia udah ngilang dari hidup lo"
🌸🌸🌸Hari penerimaan rapot telah tiba. Siswa menunggu dengan harap-harap cemas agar tidak dimarahi karena nilai yang jelek.
"Guys, gimana kalau nilai gue banyak merahnya? tanya Fira yang sedari tadi cemas.
"Gak mungkin, Fir. Paling cuma pas kkm aja," balas Moza.
"Udah syukur nilai gue pas kkm. Kalau nilai gue banyak merahnya gue bisa jadi adonan roti nih." Fira masih belum bisa bernafas lega sampai sekarang. Ayahnya yang mengambil rapotnya hari ini. Ayahnya adalah guru SMA di sekolah lain. Memalukan kalau nilainya banyak merah.
"Gue yakin gak ada, Fir. Gue yakin nilai kalian lebih dari kkm," kata Zahra bermaksud menenangkan kedua sahabatnya.
"Nilai rapot lo pasti jauh dari kata jelek."
"Iya, benar tuh kata Moza." Fira membenarkan kalimat Moza. "Tapi kan gue belajarnya banyak sama lo. Pasti nilai gue bagus. Pasti bagus!" lanjutnya.
"Eh, guys udah selesai nih. Nyokap udah nyuruh pulang, gue duluan." Moza berpamitan setelah mendapat pesan dari ibunya.
"Serius lo?"
"Iya. Gue duluan," pamit Moza lagi.
"Oke."
"Ra, gue duluan juga. Udah ditungguin juga nih," pamit Fira juga.
"Iya."
"Kalau gak bareng aja yuk pasti nyokap lo udah keluar juga," tawar Fira.
"Ya udah bareng," balas Zahra.
Mereka pun berjalan menuju kelas mereka. Tapi, belum menaiki tangga, mereka bertemu dengan ayah Fira.
"Baru mau ke kelas, pa. Udah turun ternyata."
"Pagi, om," sapa Zahra.
"Pagi, Zahra."
"Gimana hasilnya?" tanya Fira pada ayahnya.
"Lumayan. Nilaimu banyak yang meningkat," jawab ayahnya.
"Serius?" tanya Fira tidak percaya. "Makasih, Ra. Ini pasti hasil gue belajar sama lo," lanjutnya.
"Iya, sama-sama."
"Lho, mama udah turun juga?" lanjut Zahra.
"Eh, pagi tante." Fira menyapa Hana.
"Pagi juga, Fira."
"Kita duluan ya, Ra. Duluan, tante."
"Iya."
Fira dan ayahnya pergi meninggalkan Zahra dan Hana.
"Nilai kamu bagus lagi. Rangking 2 sekarang," kata Hana.
"Syukur deh. Oh iya, ma."
"Hmm?"
"Boleh gak, Zahra ke makam almarhum mama kandung aku?"
"Sekarang?"
"Iya. Itu kalau mama kasih ijin."
"Kenapa mama gak kasih ijin? Tentu saja boleh."
"Makasih, ma."
Mereka pun pulang, lalu menuju ke makam ibu kandungnya. Hana juga memutuskan untuk ikut. Sudah lama ia tidak datang ke makam istri teman dekat suaminya.
Setelah membeli sekeranjang bunga, mereka langsung menuju makam Linda-ibu kandung Zahra. Menabur bunga lalu berdoa bersama. Hana pun menjauh sedikit, membiarkan Zahra leluasa bicara dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A dan Z [LENGKAP]
Teen Fiction[22-05-2019] #2 teenfiksi "Mana bisa sih aku marah sama cewek se-unik kamu. Adanya bikin kangen kali." _____________________________________ Zahra adalah siswa pindahan dari Bandung. Ia ingin melupakan kisah pahitnya di Bandung. Bersama keluarga ba...