A dan Z [LENGKAP]

DUA PULUH TUJUH

Ketika cerita akan menjadi kenangan, yang indah. Di situlah titik penting untuk nostalgia.
🌻🌻🌻

Waktu liburan masih lumayan panjang. Dua hari setelah study tour kemarin, Zahra belum ada rencana pergi sama sekali. Tapi, sesekali ia memikirkan apa rencana pergi ke pantai bareng kemarin jadi. Sebab, kedua sahabatnya tidak mengabarinya. Begitu juga dengan Adam.

Hari ini, sudah dari dua jam yang lalu, Zahra hanya menonton drama korea di laptopnya. Untuk berjaga-jaga, ia menaruh ponselnya di dekat laptop. Entah siapa yang ia tunggu kabarnya. Bahkan ia tidak terlalu fokus menatap layar laptop. Satu dua notifikasi chat mengganggunya.

Berkali-kali notif yang muncul, tapi bukan chat dari orang yang Zahra harapkan. Sebenarnya, akhir-akhir ini ia menunggu chat dari Adam. Terakhir, hanya saat ia pulang dari study tour. Ia sudah mulai lelah menunggu. Ia biarkan ponselnya yang sesekali berbunyi dan fokus pada layar laptopnya.

Setelah drama yang ia tonton selesai, Zahra menilik ponselnya. Satu nama di baris chatnya membuat dirinya tanpa sadar tersenyum. Pengirim itu jelas Adam.

Lo ada acara gak besuk pagi?

Jari tangannya mengetik [Gak ada. Kenapa?]

Oke, gw jemput lo ya besuk

[Ke?]

Besuk gw kasih taunya
Jangan lupa minta ijin dulu

[Kenapa hrs besuk?]

Ada kejutan buat kmu

[Kejutan?]

Pokoknya kamu bakal suka

Zahra hanya membaca chat itu. Lalu, Adam mengirim satu pesan lagi.

Kok cuma di read?
Ketiduran?

[Kalau gak mau, gimana?]

Harus mau dong

[Aku gak dikasih ijin]

Ya udah

Pesan itu membuat Zahra sedikit kecewa. Adam secepat itu menyerah. Tapi, ada balasan lagi.

Besuk aku coba minta ijin sendiri

[Gak usah]

Kenapa

[Aku sendiri aja]

Jadi?

[Iya]

Iya apa

[Aku mau]

Sip

Adam tahu tadi kalau Zahra bohong padanya. Satu-satunya cara adalah menyerangnya balik. Alhasil, Zahra pun mau pergi dengannya.

Zahra langsung turun berniat meminta ijin ibunya yang masih sibuk di dapur.

"Ma!"

"Ada apa?" tanya Hana dengan suara lembutnya.

"Aku besuk pagi boleh pergi?"

"Sama siapa?"

"Kak Adam, ma. Gimana? Kalau gak boleh, gapapa kok."

"Lho, kok gitu? Adam yang tinggi ganteng mirip Jefri Nichol itu?"

"Mirip Nichol dari mananya sih, ma?"

"Emang mirip kok," kata Hana sedikit tertawa.

"Terus mama kasih ijin nih?"

"Mama kasih," jawab Hana. "Sekarang, bantu mama masak buat makan siang," lanjutnya.