"Karena nyatanya gue takut kehilangan lo, Ra. Gue takut kehilangan orang yang gue suka hampir dua tahun ini, orang yang gue sayang, orang yang gak pernah mau gue anggap sepupu, orang yang pernah gue cintai."
(Two last part)Zahra menoleh ke seseorang yang memanggilnya itu.
"Gue mau bicara sesuatu sama lo," kata Genta datar. Tidak lagi terlihat sebuah emosi dalam dirinya.
"Ya."
Sekarang mereka ada di taman belakang sekolah. Sudah lama mereka tidak duduk satu kursi seperti saat ini. Zahra tak lagi lari dari kenyataan. Ia tak lagi menghindari Genta.
"Lo udah baikan?"
"Udah, Kak."
"Gue cuma mau minta maaf sama lo," kata Genta sambil memiringkan badannya menghadap Zahra.
"Buat apa?"
"Semuanya. Gue minta maaf karena pernah mainnin hati lo. Gue minta maaf udah buat lo putus sama Adam. Gue juga minta maaf karena lo jadi harus tahu kenyataan yang pahit dari masa lalu lo. Dan hari ini gue mau pisah baik-baik sama lo."
"Makasih, Kak. Tapi, aku boleh tanya sesuatu?"
"Tanya aja."
"Kenapa kakak tiba-tiba minta maaf sama aku. Bukankah tujuan kakak ungkap rahasia itu dan akhirnya aku putus supaya bisa-" kalimat Zahra menggantung. Takut dibilang kege-eran.
Genta paham, "Gue sadar kalau yang gue lakuin akhirnya cuma sia-sia. Lo gak akan langsung terima gue gitu aja setelah putus kan?"
Zahra tak menjawab.
"Lo diem aja gue tau jawabannya."
"Mau kuliah di mana, Kak?" tanya Zahra untuk mengalihkan topik sebelum ada hal yang tak diinginkan.
"Kalau di Jogja, lo harus sering-sering main sama gue lho."
Pembicaraan masih sedikit berlanjut. Barulah pukul dua siang mereka memutuskan pulang. Mereka pulang berboncengan. Tadi, Genta menawari Zahra untuk pulang bersama. Zahra mengiyakan tawaran itu. Dua sahabatnya sudah pulang sejak tadi dan Reza masih sibuk mengurusi perusahaan akhir-akhir ini.
Tidak ada banyak pembicaraan antara mereka selama perjalanan pulang ke rumah Zahra. Hanya sesekali Genta mengajak bicara. Lalu, Zahra membalas seadanya.
***
Saat ini di sebuah tempat makan pinggir jalan, dua orang kembali bertemu setelah satu atau dua bulan tak bertemu. Sejak rahasia dari masa lalu Zahra terungkap bersamaan dengan fakta bahwa cowok itu menjadi salah satu tokohnya.
Hema mengajak Zahra untuk bertemu sekarang atas saran Reza. Dia bilang padanya kalau Zahra lebih banyak kemungkinan tidak akan marah. Dia bilang setidaknya dirinya harus mencoba untuk menjelaskan. Marah atau tidak, dimaafkan atau tidak, itu urusan nanti. Yang terpenting sudah mencoba.
"Hem, kita ketemuan di sini kan mau bicara? Kenapa diam aja?" Zahra yang mengawali pembicaraan karena sejak tadi suasana hening menyelimuti mereka.
"Oh, iya. Gue kira mau nunggu makanannya datang," jawab Hema.
"Lo mau bicara soal kejadian itu?" tanya Zahra tanpa ada nada marah sama sekali. Begitu yang dirasakan Hema.
"Iya. Gue minta maaf karena secara gak langsung ikut ngerusak hubungan lo sama-"
"Kenapa banyak yang minta maaf sama aku sih?"
"Hah?"
"Iya-iya aku maafin kok," kata Zahra setelah melihat wajah tak paham Hema.
KAMU SEDANG MEMBACA
A dan Z [LENGKAP]
Teen Fiction[22-05-2019] #2 teenfiksi "Mana bisa sih aku marah sama cewek se-unik kamu. Adanya bikin kangen kali." _____________________________________ Zahra adalah siswa pindahan dari Bandung. Ia ingin melupakan kisah pahitnya di Bandung. Bersama keluarga ba...