EMPAT PULUH SATU

960 53 1
                                    

Makasih, kak, udah pernah kasih warna di hidup aku
Zahra A. S.

Adam tidak fokus belajar pagi ini. Padahal pelajaran hari ini sangat penting, mata pelajaran yang akan diujikan saat Ujian Nasional. Di pikirannya sekarang hanya ada Zahra. Zahra tidak mau menemuinya kemarin saat ia datang kerumahnya. Pesannya juga tidak balas sama sekali. Panggilan tidak pernah diangkat. Hal ini membuatnya semakin khawatir.

Faisal sudah tahu masalah Adam. Adam sendiri yang menceritakannya. Ia sempat tidak percaya dengan cerita itu. Bahkan ia menanggapnya konyol. Ia hanya bisa memberi sedikit saran. Coba cari ke kelasnya.

Bel istirahat pertama yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Begitu guru mata pelajaran fisika keluar, Adam juga ikut keluar. Meninggalkan teman-temannya yang sibuk menyalin soal dan pembahasan di papan tulis.

"Dam, lo ke kan-" tanya Vino namun terhenti saat Adam melenggang pergi begitu saja.

"Dia mau kemana, Sal?" tanya Vino lagi.

"Paling ke kelas Zahra," tebam Ali diikuti anggukan Faisal. Vino dan Ali memang belum tahu kalau Adam dan Zahra hubungannya sedang terancam. Bisa dikatakan putus meski Zahra tak mengatakannya.

"Ada apaan? Kayaknya ada yang penting, wajahnya tadi serius gitu."

"Tunggu cerita Adam sajalah."
Sampainya di depan kelas Zahra, Adam melihat Fira yang mau keluar. Karena melihatnya, adik kelasnya itu mendekatinya. Mungkin tahu apa maksudnya kemari.

"Cari Zahra ya, kak?"

"Iya. Dia ada di dalam?"

"Zahra gak berangkat hari ini kak. Katanya sakit, perlu istirahat." Fira mengatakannya dengan kurang semangat. Biasanya dia akan bicara banyak dan membara kalau sudah perihal Zahra dan Adam. Kali ini tidak.

Fira dan Moza sudah tahu tentang masalah mereka. Fira tidak percaya kalau Adam cowok yang seperti itu. Tapi, ia sama sekali tak mengatakannya pada Zahra kemarin. Ia tahu betul kalau kata-kata seperti itu tak akan membuat Zahra percaya. Begitu juga dengan Moza. Meski dirinya jauh dari yang namanya cinta dan pacaran, ia tahu betul yang dirasakan Zahra. Mereka berdua hanya bisa menyemangati Zahra dan siap membantu melupakan masalah ini.

"Dia cerita sesuatu sama kalian?"
Mereka berdua diam. Adam mengartikannya kalau mereka memang sudah dengar ceritanya.

"Gue butuh bantuan kalian sekali aja. Kalau hasilnya percuma. Gue akan mundur."
Adam menceritakan semua yang ia tahu tentang kecelakaan itu. Ia meminta mereka untuk menceritakan hal ini pada Zahra. Mereka berdua percaya tidak percaya. Tapi, mereka siap membantu Adam. Semoga cerita Adam adalah kebenarannya.

Kini, Adam bisa berharap pada Moza dan Fira mampu meyakinkan Zahra. Kalau juga tidak berhasil, ia akan datang sendiri ke rumah Zahra. Kalau tidak berhasil juga. Maka ia akan merelakan Zahra.

***

Tadi pagi di sekolah, Fira bilang kalau Zahra sama sekali tidak percaya dengannya. Bahkan Zahra tak ingin mendengar tentang dirinya. Hari ini, Zahra juga tidak berangkat lagi. Sekarang, ia sudah ada di depan rumah Zahra. Ia akan mencoba untuk terakhir kalinya.

Telunjuk tangan kanannya memencet bel rumah Zahra. Tiga kali ia memencet bel, tiga kali bel berbunyi, tak kunjung ada yang membuka pintu. Barulah di bel yang keempat, Bi Inah menyahut. Lalu, membukakan pintu.

Bi Inah sudah kenal dengan Adam. Sudah beberapa kali bertemu. Jadi, hafal.

"Siapa, Bi?" tanya seorang dari dalam yang ia yakini ibunya Zahra. Ia siap kalau dimarahi Hana karena membuat anaknya menangis.

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang