TIGA PULUH SATU

1.2K 60 4
                                    

[Sub judul : FINALLY]

Kamu juga bisa cerita masalah kamu ke aku. Kalau mampu, pasti aku bantu.
🌸🌸🌸

Ketika tangannya dipegang, lalu ditarik oleh Adam untuk pergi dari tempat itu, Zahra melihat Genta. Ia tidak bisa mempercayainya. Adalah benar jika Genta siswa baru di sekolahnya. Meskipun hanya sekilas, ia bisa memastikan itu.

Setelah beberapa meter dari pintu kantin, Adam melepaskan pegangan tangannya. Kemudian ia berhenti, diikuti oleh Zahra. Kekesalannya pada Alana tadi sudah mereda. Kini ia beralih menatap Zahra.

"Ra, Sorry, gue," kata Adam terhenti. "Aku minta maaf-"

"Buat apa?"

"Gara-gara aku, kamu ada masalah lagi sama Alana."

"Aku yang harusnya minta maaf, kak. Kalau aku tadi langsung bilang, pasti kakak nggak perlu ikut campur kayak tadi. Pasti gara-gara ini, ada yang ngira kalau kakak itu jahat atau kasar. Maaf, aku-"

"Aku nggak peduli."

"Tapi,"

"Ra, aku cuma mau minta satu hal. Kamu bisa kan percaya sama aku?"

"Aku percaya sama kak-"

"Satu hal lagi. Pliss, jangan panggil aku kakak lagi. Ya?"

"I-iya deh."

"Kamu juga bisa cerita masalah kamu ke aku. Kalau mampu, pasti aku bantu."

"Iya-iya."

Tak jauh dari tempat mereka berdua, ada Genta yang memperhatikan. Sungguh, Genta masih tidak bisa mempercayainya. Tapi, ia rasa masih peluang meskipun mereka berdua memang berpacaran. Gue bakal dapatin lo lagi, Ra. Atau dia, cowok itu, juga gak bisa dapatin lo.

***

Waktu istirahat kedua ini, Hema memilih makan siang di kantin. Di sampingnya juga sudah ada Laras yang sukarela menemaninya. Dua mangkuk bakso dan dua es jeruk juga menjadi teman makan siang mereka.

"Hem, gue boleh tanya sesuatu?" Meskipun ia sudah bisa dibilang dekat dengan Hema, Laras tetap meminta ijin jika bertanya.

"Iya, tanya aja."

"Lo dekat banget ya sama Zahra?"

"Ya... udah kayak saudara dekat," jawab Hema.

"Gue pernah dengar, kalau Zahra sama kakaknya itu bukan saudara kandung. Itu bener?"

"Lo tau dari mana?"

"Mama yang bilang. Zahra dulu anak dari temen dekatnya papa gue. Jadi bener ya?"

"Iya."

"Terus papa kandungnya di mana? Kalau mamanya kan udah meninggal."

"Sorry, Ras. Gue gak bisa kasih tahu yang ini. Gue udah diminta om Wijaya untuk jaga rahasia ini sama siapapun termasuk Zahra sendiri."

"Bahkan Zahra gak tahu?"

"Gue harap lo juga jangan sebut tentang papa kandungnya. Dokter yang dulu rawat dia bilang jangan sampai dia dengar kabar tentang papanya yang bakal buat dia shock berat."

"Okeee."

"Oh, terus gimana lo bisa akrab banget sama Zahra? Kalau dilogika sih sulit ya buat kalian dekat bisa dekat secepat ini," tanya Laras lagi.

Hema menyeruput minumannya, lalu menjawab "Jadi, sebelum Zahra jadi keluarga om gue, gue pernah ketemu beberapa kali sama dia. Katanya sih dia baru liburan sama mamanya, padahal waktu itu lagi nggak liburan semester."

A dan Z [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang