[Bukan Untuknya]
Hanya sebatas melihat tanpa bisa memiliki karena dia bukan untukmu
A dan ZNuansa kafe bernuansa ornamen-ornamen london itu menjadi tempat dua orang itu bertemu hari ini. Hema mengiyakan ajakan Laras pergi sore ini. Tidak ada obrolan serius meskipun sudah setengah jam duduk di sana. Hanya membahas hal-hal tentang sekolah atau seputar musik.
"Hem, gue boleh tanya tentang Zahra sama lo gak?" Laras mengganti topik pembicaraan sekarang.
"Dulu, Zahra punya pacar gak sih?"
"Emmm, setahu gue punya. Kalau lo penasaran gimana gimana nya, coba tanya ke dia langsung."
"Pengen sih ngajak dia curhat. Tapi, kayaknya sulit bisa buat dia jadi terbuka."
"Di awal dia mungkin emang gitu. Tapi, kalau udah akrab nanti dia gak abis-abis ngomongnya. Jadi super cerewet."
"Lo akrab banget ya sama dia. Padahal jarang lho antar sepupu seakrab kalian. Gue aja sama sepupu kandung gue, gak akrab-akrab banget."
"Bisa dibilang gitu. Pas gue tau dia jadi sepupu gue, gue seneng sih. Tapi-"
"Tapi kenapa?" Laras, sekarang kalau dia boleh jujur. Ia akan mengaku kalau sekarang ia cemburu. Ia menebak-nebak pasti Hema sedikit kecewa karena tidak mungkin Zahra akan jadi miliknya.
"Tapi gue juga sedih," jawab Hema. Dalam hati Laras mulai muncul rasa kecewa. Tebakannya tadi pasti benar.
"Sedih. Ternyata cewek yang waktu pertama kali ketemu kelihatan ceria dan cerewet jadi berubah seratus delapan puluh derajat." Laras sedikit kaget. Jadi, Hema bukan sedih karena hal seperti yang ada dipikirkannya.
"Kenapa lo bilang gitu?"
"Gue ngerti sih. Gimana perasaannya ditinggal sama ibunya selama-lamanya. Ayahnya juga gak datang pas hari pemakaman. Dia juga masih stress sampai seminggu setelah kecelakaan. Dia selalu menyalahkan dirinya atas kematian ibunya. Sampai dia pernah coba-"
"Bunuh diri?" potong Laras.
Hema mengangguk. "Siapa yang nolongin?" lanjut Laras.
"Itu gue kurang tau. Tapi, kata om gue. Yang nolongin itu cowok seumuran kita. Cowok itu juga anak dari temen ayah kandungnya."
"Lah lo gak dikasih tau?"
"Gak. Tapi, gue pernah ngira kalau cowok itu kakak lo?"
"Hah?" Laras kaget bukan main. Teori macam apa yang membuat Hema yakin kalau kakaknya penyelamat Zahra.
"Cuma ada tiga sahabat ayah kandung Zahra yang anaknya cowok. Dan lo pernah bilang kalau ayah lo juga pengusaha kan? Setelah gue cari tahu, ayah lo itu salah satu sahabat ayah kandungnya Zahra."
"Iya... Tapi, kakak gue gak pernah bilang. Orang tua gue juga kayaknya gak tahu."
"Ya cuma om gue yang tahu pastinya."
"Entar coba gue tanya deh. Kata lo tadi Zahra pernah ngalami kecelakaan. Itu gimana ceritanya?"
Hema tidak begitu saja menjawab. Menimbang-nimbang kata apa yang harus ia katakan pada Laras. "Gue juga kurang tau sih. Bahas yang lain ajalah. Kenapa jadi bahas kilas balik hidup Zahra gini sih?" kata Hema sedikit tertawa.
"Abis ceritanya bikin penasaran."
Akhirnya, mereka berhenti membicarakan Zahra. Mencari topik pembicaraan lain agar terus bisa mengobrol. Lalu, mereka pergi saat dua piring cemilan di meja itu habis. Rasanya jari juga sudah makin malam. Mereka harus segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A dan Z [LENGKAP]
Teen Fiction[22-05-2019] #2 teenfiksi "Mana bisa sih aku marah sama cewek se-unik kamu. Adanya bikin kangen kali." _____________________________________ Zahra adalah siswa pindahan dari Bandung. Ia ingin melupakan kisah pahitnya di Bandung. Bersama keluarga ba...