🍃1. -Istiqomah-

29.1K 796 28
                                    

Aku mau, kita sahabatan ga cuma di dunia, tetapi di akhirat juga. -Ara-
--


"Nay, Bapa mau beritahu, Bapa sudah membeli rumah di daerah Bekasi, jadi minggu depan kita pindah ya." ucap Bambang -- Bapak dari gadis bernama Nayla dengan suara setenang mungkin.

"APA?! PINDAH?! MINGGU DEPAN?!"
Nayla, nama lengkap gadis itu Nayla Nurjannah.

Pergi atau ditinggal pergi ternyata mempunyai resiko yang sama, yaitu sama-sama mengeluarkan air mata.
Semilir angin menampar pelan wajah gadis itu, tak henti menerpa saat dirinya berdiri di depan pekarangan rumah, hingga rambutnya yang tidak diikat itu berantakan sampai menutupi wajah.
Bogor, memang sesejuk ini. Ah, entah nantinya ketika di Bekasi dapat merasakan suasana ini atau tidak.

"Ibu, Nay pergi dulu ya," teriaknya sembari mengikat asal rambutnya, dari luar depan rumah,

"Iya, hati-hati, jangan lupa beritahu Ara." Respon Puspa--ibu dari gadis itu, yang juga berteriak, tetapi dari dalam rumah.
Nayla mulai melangkahkan kakinya berlari pelan membelah beberapa blok jalanan perumahan.
Ia sudah rapi dengan sepatu  Adidas berwarna Abu, celana training hitam selutut, serta atasan sweeter berwarna army,

"Aaraa..," teriaknya saat telah tiba di depan pintu rumah yang ia tuju.

"Wa'alaikumsalam," Saut Ara, lebih tepatnya menyindir, saat membuka pintu.
Ara menutup pintu, dan berjalan mendekat kepada Nayla, berbeda dengan penampilan Nayla yang terbuka, Ara justru malah sebaliknya. Ara mengenakan celana kulot yang hampir menyerupai seperti rok berwarna biru dongker, sepatu adidas berwarna Putih, dengan baju atasan longgar sepanjang pahanya yang berwarna senada dengan sepatu, serta dengan lapisan pelindung kepala pembawa ke surga, yaitu jilbab polos yang menutupi dada, yang berwarna senada dengan Celananya.
Kini kedua gadis cantik itu tengah berlari santai,

"Eh Nur," Panggil Ara, Ara memang memanggil Nayla dengan sebutan berbeda dari yang lain, karena menurutnya, Nur memiliki arti yang bagus, apalagi jika disebut semua 'Nurjannah', artinya luar biasa, cahaya surga.

"Oyy?"

"Libur semester tahun ini, aku ga bisa ikut jalan-jalan ya, udah mau UN soalnya," Ucap Ara,

mendengar perkataan Ara, seketika hati Nayla seperti tersentil, setiap liburan semester, ataupun kenaikan kelas, mereka, Ara dan Nayla pasti akan selalu mengunjungi tempat yang mereka incar, seperti liburan kenaikan kelas, enam bulan yang lalu, mereka melancong ke wisata murah nan bersejarah di ibukota , yaitu kotatua Jakarta.

"Eh iya, lo udah mau lulus ya? Wahh.. gak kerasa ya Ra," Respon Nayla,

"Iya, cepet banget, nanti satu tahun aku lulus, baru deh giliran kamu," Balas Ara.

Ya, mereka memang berselisih satu tahun, Ara lebih tua satu tahun dari Nayla, tetapi karena keakraban diantaranya, mereka berbicara seperti seumuran, tanpa menggunakan embel-embel kakak ataupun adik.

"Iya, lo mau lanjut sekolah kemana, Ra?"

"Belum tahu,"

"Gimana sih lo, waktunya bentar lagi juga, bukannya disiapain dari sekarang mau sekolah kemana,"

"Aku sedang istikhoroh Nur, biar Allah yang menentukan nantinya, aku percaya sama Allah, Allah  tau mana yang hambanya butuhkan,"

"Iya-iya ibu ustadzah,"

"Omongan mu lumayan bagus, jadi aku aamiin kan aja, Aamiin ya-Rabb."

Sesungguhnya perkataan manusia akan menjadi doa dan diaamiinkan oleh para malaikat. Maka, berhati-hatilah dalam berkata-kata.

Hal ini telah disiratkan di dalam al-Qur'an, ketika mengisahkan Yusuf as.
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka..." (Q.S: Yusuf: 33)
"Maka Rabb memperkenankan doa Yusuf..." (Q.S: Yusuf: 34)

"Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai suatu waktu (Q.S: Yusuf: 35)

Mereka, Ara dan Nayla sudah sampai ditujuannya, yaitu Alun-alun kota Bogor.
Suasana cukup ramai, kebanyakan pengunjungnya adalah para remaja seperti Nayla dan Ara, mereka berpasang-pasangan membawa sang pacar untuk berlari bersama, tidak seperti dirinya, bukannya membawa pacar, tetapi sahabat, nasib-nasib, memang dasar jomblo.

"Nge-bubur dulu yuk," Ajak Nayla,

"Aku ga bawa uang banyak Nur, cuma bawa lima ribu aja," Ara sama seperti Nayla, kehidupan ekonominya tidak mewah apalagi elit, hidup mereka alhamdulillah berkecukupan. Tetapi Nayla lebih beruntung, karena keluarganya masih utuh, tidak seperti Ara, hanya tinggal Uminya saja, orangtua Ara berpisah.

"Kali ini gua yang traktir,"

"Serius kamu? Wah dalam rangka dan kena angin apa nih, kamu mau mengorbankan uang mu?"

Ini terktiran dalam rangka perpisahan, Ra. Batin Nayla.

"Kena angin rindu yang dikirimin Doi,"

"Kayak punya pacar aja,"

"Rese lo! Ah sedih gua, kapan ya gua punya pacar? Nyesek tau ngeliat mereka-mereka, pada jogingnya bawa pacar sambil gandengan udah kayak mau nyebrang,"

"Kenapa sedih? Harusnya kamu, aku, kita, yang ga pacaran, bersyukur Nur.. Karena terhindar dari perkara yang menyebabkan zina, sebab zina itu perbuatan yang dibenci Allah. Kata-kata romantis saat pacaran semuanya cuma omong kosong,. Kamu iri liat mereka pegangan tangan? Kenapa harus iri? Harusnya kita miris, kasian, ngeliat mereka begitu.. karena, itu menambah dosa mereka, kamu udah bener dengan jalan kamu yang saat ini. Kalau bisa kamu jangan pacaran, kecuali.. sama suami kamu nanti,"

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ؕ وَسَآءَ سَبِيْلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra': Ayat 32)

"Kuno banget lo Ra, padahal umur kita cuma selisih satu tahun,"

"Terserah apa kata kamu, aku ngomong gitu biar kamu, aku, dan kalau bisa mereka, terhindar dari perkara itu, aku juga selalu berdo'a biar kamu bisa menutupi aurat mu,"

"Ra, stop." Ucap Nayla mulai kesal, karena ia sangat tidak suka jika sudah membahas tentang agama seperti ini.

"Oke.. aku minta maaf kalo aku terlalu bawel ngurusin kehidupan kamu, tapi.. asal kamu tahu.. kenapa aku selalu ngingetin kamu tentang ini, karena, aku mau kita sahabatan ga cuma di dunia, tetapi di akhirat juga.."

"Ra, please. Udah, stop. Mending sekarang kita sarapan bubur aja yuk, laper gua."
Ara menarik nafas, lalu menghembuskannya pelan, "Ayo."

Kedungwaringin, 16juli2017.
Publish ulang : senin, 04desember2017.
Revisi : 18desember2018
Revisi 2 : 24januari2021

Ambil baiknya, jadiin renungan yang buruknya.. Syukron . Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Istiqomah[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang