Bab 2

6.1K 344 19
                                    

"Tak ada yang sempurna di dunia ini, kelebihan itu hanyalah cara Allah menutupi aibmu."

🌸🌸🌸

Arfan Zahir Ubaid. Laki-laki satu ini bisa dibilang orang yang sukses. Kenapa tidak? Selain soleh dan tampan, di usianya yang ke 28 tahun ini dia sudah berhasil mendirikan Rumah Makan di Surabaya yang kini menambah cabangnya di kota kelahirannya Mojokerto. Alasannya dia ingin memajukan kota kelahirannya dan sering berkunjung ke rumah. Alah bang, bilang aja situ kesepian. Hehehe #plak.

Selain sebagai pengusaha, dia juga sebagai pemotivator dan pengisi materi di beberapa kajian islami. Prinsipnya adalah menyampaikan kebaikan walau satu kata.

Pagi yang indah hari ini disambutnya dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Kemeja merah maroon dan celana hitam sangat pas di kulitnya yang putih. Hari ini dia ada jadwal ngisi kajian di salah satu Univ di Jombang.

"Assalamu'alaikum Umi, Abi."

"Wa'alaikum salam" jawab mereka bersamaan.

"Kamu rapi banget mau kemana Fan ?" tanya Umi Niswa.

"Biasa Mi, paling juga kencan sama pekerjaannya." sindir Abi Asyraf.

Arfan menanggapinya dengan senyuman. "Pagi ini Arfan cuma ngecek pembangunan Rumah Makan yang hampir selesai aja kog Mi, Bi. Dan nanti siang gantiin A' Rahman ngisi kajian di Jombang. Oh ya tumben Abi jam segini sudah di rumah, nggak ngisi kajian di pesantren Bi?"

"Tak suruh gantiin Ami Husen tadi. Abi capek. Lagian putra Abi juga nggak pernah berhenti keliling." kata Abi sengit.

Arfan terkekeh mendengar keluhan Abinya. "Iya, deh iya. Nanti setelah restoran yang di kota udah jadi Arfan menetap di sini, bantu Abi ngajar dan nggak kembali lagi ke Surabaya. Biar yang di sana Arfan percayakan ke bang Firman."

Hening sesaat menyelimuti mereka.

"Kapan kasih Umi cucu Fan? " pertanyaan Umi barusan membuat Arfan tersedak. Segera Arfan mengambil air putih di sebelahnya dan meminumnya hingga tandas.

"Umiii... Apaan coba?" ucap Arfan kemudian.

"Lagian kamu tuh Fan, jangan kerjaan aja yang di fikirin. Harta udah ada udah mampu, ilmu juga udah, umur juga sudah cukup. Apa lagi coba yang kurang ? Gih cepetan nikah."

"Nah itu dia Mi, calonnya belum dikasih sama Allah. Masak iya Arfan nikah sama bapak penghulunya. Kan nggak lucu."

"Ah! Kamu mah. kalo kamu nggak berusaha nyari, sampek kakek-kakek pun nggak bakal nikah kamu Fan. Lagian setiap gadis yang Umi kenalkan ke kamu selalu berakhir dengan penolakan."

"yaa... Karena Arfan merasa belum nemu yang pas di hati Arfan Mi. Lagian toh nanti kalo sudah waktunya Arfan juga bakalan nikah kog Mi."

"Nanti-nanti mulu kamu mah... Awas aja kalo lama."

"Iya deh iya Mi. Umi do'ain aja ya biar Arfannya cepet ketemu sama jodoh."

"Tanpa kamu minta Umi juga udah do'akan Fan. Tinggal kamunya aja nggak mau usaha."

"Iya Umiku sayang... Yaudah Mi, Bi udah siang nih Arfan berangkat dulu yaa. Assalamu'alaikum." pamit Arfan.

"Wa'alaikum salam." jawab mereka bersamaan.

***

Jangan lupa baca Al Qur'an
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
😊

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang