Bab 22b

3.2K 185 35
                                    

Alhamdulillah, bisa up lagi... Saya ucapakan terima kasih, buat kalian yang telah memberi kritik, saran serta semangatnya... Syukron katsiro...!!😊

Jadi, ini masih lanjutannya part sebelumnya yaa...

Mari ramaikan...!!😊

________________________

"Kehidupan bagaikan puzzle yang rumit untuk dipahami."

🌸🌸🌸

Aqila Pov

Aku masih sibuk dengan pikiranku, tentang tujuan ustadz Fahri datang kesini dengan dua orang paruh baya yang aku yakini mereka adalah orang tuanya. Yah, ustadz Fahri adalah dosen yang membimbingku saat aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di luar negeri. Banyak sekali pertanyaan yang mampir dibenakku. Sampai sebuah suara menginterupsi kami semua.

"Ekhmm... Semua anggota keluarga sudah lengkap. Bagaimana kalo segera kita mulai saja acaranya." kata ayah yang membuatku heran.

"Tunggu sebentar, sebelumnya tolong izinkan kami untuk menjelaskan terlebih dahulu alasan kami datang kesini." ujar wanita paruh baya itu.

"Oh, tentu saja. Silahkan."

"Sebelumnya kami minta maaf atas kedatangan kami yang mendadak ini. Terutama bagi nak Aqila. Mungkin nak Aqila masih bingung tentang apa yang terjadi saat ini..." kata pria paruh baya yang duduk di sebelah ustadz Fahri.

"... Begini nak Aqila. Dulu kedua ayah kami, yaitu eyang Fahri dan kakek kamu adalah teman dekat di pesantren sejak kecil. Mereka pernah membuat sebuah perjanjian, bahwa mereka akan menjodohkan salah satu anak mereka agar tali silahturahmi tetap terjaga." jelas pria paruh baya itu.

"Namun takdir berkata lain. Tidak ada dari mereka yang memiliki anak perempuan. Kakek punya dua orang anak, yaitu Om Ihsan dan ayah. Sedangkan eyangnya Fahri cuma memiliki satu orang anak yaitu abinya Fahri." tambah ayahku.

"Jadi maksud kedatangan kami kesini adalah untuk meminang kamu untuk putra kami Fahri, sekaligus melaksanakan wasiat eyang Fahri sebelum wafat. Yaitu menjodohkan salah satu cucunya dengan cucu kakek kamu."

"Tapi kenapa harus adek...?" tanyaku pada ayah akhirnya.

"Ustadz Ali cuma memiliki dua orang putra, yaitu Fahri dan adeknya Safira. Sedangkan di keluarga kita yang laki-laki cuma abang kamu dan dia sudah menikah. Sedangkan mbakmu, dia menolak perjodohan ini karena dia sudah memiliki calon sendiri." jelas ayahku.

"Apakah ayah yakin...? Maksud adek, mbak Ara kan belum tau siapa yang akan di jodohkan dengannya."

"Sangat yakin sayang. Mbakmu sudah mengabari ayah lewat telfon saat ustadz Ali dan keluarga baru saja datang tadi." kata bundaku.

"Ayah, Qila bukanlah wanita yang sholihah dan sempurna." kataku pada ayah kembali.

"Tidak ada yang sempurna di dunia ini sayang." kata ayah berusaha untuk meyakinkanku.

"Tapi, Qila merasa tidak pantas jika harus bersanding dengan ustadz Fahri. Qila kalah jauh, bahkan ilmu agama Qila masih sangat sedikit."

"Nak, bukan maksud saya memaksa. Tapi, bukankah hidup itu harus saling melengkapi...? Dan jika hal itu yang membuatmu merasa tidak pantas dengan putra kami, saya rasa kamu salah. Fahri juga manusia, dia juga tidak sesempurna yang kamu kira. Kami hanya berharap kalian bisa belajar untuk saling melengkapi." kata abinya ustadz Fahri.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang