Bab 43

3K 184 17
                                    

"Karena dendam akan membawa seseorang pada sebuah petaka."

🌸🌸🌸

Suasana mencengkam terasa sekali di ruangan yang serba gelap itu. Sebuah rumah yang lebih layak di sebut dengan makam dari pada sebuah tempat tinggal. Noda darah yang telah mengering terlihat jelas di lantai, serta bau anyir yang mengganggu pernapasan. Namun hal tersebut justru membuat Fawwaz dan yang lainnya yakin bahwa Aqila ada di sana.

"Ouww... Tamu agung rupanya." kata seorang wanita di sudut ruangan.

"Sarah...?"

"Ya, benar sekali. Kamu masih ingat denganku, ouww... bukankah itu sungguh manis bukan...?" kata Sarah dengan senyum menggodanya.

"Sarah, aku nggak menyangka. Ternyata kau benar-benar__"

"Ada apa mas Arfanku sayang...? Kamu ingin mempercepat pernikahan kita...? Bagaimana kalau sekarang, hemm...?" kata Sarah pada Arfan, membuat semua pria di sana bergidik ngeri mendengar perkataan Sarah.

"Gila kamu Sarah. Yah, kamu benar-benar sudah gila...!!" bentak Arfan. Namun justru membuat Sarah tertawa kencang.

"Tentu saja sayang, ini semua karena cintaku padamu." ujar Sarah dengan nada menggodanya.

*Issshhh... Nulis apa yakk... 🤔 Aku mah jadi ikut merinding juga nih... Hiii... Mending kabur aja deh...🏃🏃

"Hentikan itu wanita iblis...!! Lebih baik kamu kasih tau di mana Aqila sekarang dan menyerahlah." kata Sasha yang tiba-tiba masuk dengan emosi yang tercetak jelas di wajahnya.

Bentakan telah berhasil membuat Sarah marah. Dia kemudian mundur beberapa langkah dari hadapan Arfan dengan amarah yang tercetak jelas di wajahnya.

"Baiklah jika itu yang kalian mau...," kata Sarah dengan senyum iblisnya. "... kalian, semua...!! Cepat bawa dia ke sini." perintah Sarah.

Tak berselang lama muncul seorang wanita dengan baju hitam dari balik pintu. Dia berjalan mendekat ke arah Sarah dengan ekspresi tak terbaca.

"Ka_kamu...?" kata Arfan terkejut.

"Rifa...?" kata Fawwaz tak kalah terkejut. Sedangkan wanita itu hanya tersenyum meremehkan.

"Ouwww... Senang sekali rasanya bisa bertemu kalian kembali. Terutama kamu...," katanya sambil menunjuk Arfan. "..., mantan calon suamiku."

"Mantan calon suami...? Apa maksud mbak...?" tanya Sarah bingung.

"Dia...," kata Rifa menunjuk Arfan. "... dia adalah orang yang membuat hidupku menderita. Dia juga orang yang telah membuat Revan meninggal dan membuat anakku lahir tanpa ayah." kata Rifa berapi-api.

"Jadi pria yang mbak ceritakan waktu itu...?"

"Ya, dan dia harus mati sekarang juga...!!" kata Rifa dengan mengarahkan senjata tajam ke arah Arfan.

Keadaan ruangan itu kian memanas. Namun baik Fawwaz, Fahri dan Sasha tidak bisa melakukan sesuatu. Selain jumlah anak buah yang lebih banyak, mereka juga tidak mau Aqila celaka, karena pihak polisi belum tiba di tempat itu.

"Hahaha... Ternyata hanya segitu kemampuan kamu...? Hemm...?" kata Rifa di depan Arfan yang sudah tak berdaya karena di hajar oleh anak buahnya.

"A_aku ng_nggak takut sama kamu. A_aku yakin Allah akan menolongku." Kata Arfan terbata.

Bughh

"Aakhh..." teriak Arfan kesakitan.

Rifa tertawa puas melihat hal tersebut. Dia kemudian berjalan mendekat dengan membawa pisau di tangannya.

"Hentikan...!!" teriak Sarah sambil menarik kakaknya yang telah hilang kendali.

"Kamu apa-apaan sih dek...!!"

"Mbak, aku mohon jangan bunuh Arfan. Aku cinta sama dia, biarkan dia menjadi milikku."

"Nggak...!! Dia harus mati. Ya...!! Dia harus mati...!! Hahaha..."

"Mbak, bukan Arfan yang harus mati. Tapi dia...!!" kata Sarah menunjuk Aqila yang masih terikat tak berdaya.

"Yah, wanita sialan ini yang harus mati...!!" kata Sarah memukul kembali Aqila yang tak berdaya dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.

"Nggak...!! Itu hanya obsesi kamu Sarah. Kamu nggak cinta sama dia, kamu hanya terobsesi saja. Dan sekarang...," kata Rifa mengeluarkan senyum iblisnya. "..., aku akan membalaskan dendam atas kematian mas Revan." kata Rifa mengarahkan pisau ke arah Arfan. Namun hal itu gagal karena seseorang telah menghalanginya.

"Sarah...!! Apa yang kamu lakukan...!! Pergi dari sini...!!"

"Nggak...!! Aku nggak akan biarin mbak membunuh Arfan." kata Sarah berapi-api.

Rifa tetap kekeh pada pendiriannya. Dia terus memaksa untuk mendekati Arfan dengan pisau di tangannya. Namun Sarah tetap menghalangi kakaknya dan mendorong kakaknya agar menjauh dari Arfan.

"Aaakkhhh...!!"

"M_mbak Rifa...?"

"A_apa ya_ang kamu laku_kan Sarah...? Ka_mu te_lah..." kata Rifa di akhir nafasnya karena pisau tersebut telah menusuk tubuhnya sendiri.

"Mbak...? Mbak...!! Mbak bangun...!!" teriak histeris Sarah sambil mengguncang tubuh Rifa yang sudah tak bernyawa.

"Nggak, kamu nggak boleh pergi mbak..." kata Sarah sambil terus menangis.

Semua orang di ruangan itu menatap miris pada kejadian yang ada depan mata mereka. Kecuali Aqila yang di dera rasa sakit yang sangat hebat tengah menghantam kepalanya. Dia mengerjapkan mata dan menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan rasa sakit itu. Bahkan darah segar pun telah keluar dari lubang hidungnya, saat satu persatu slide-slide masa lalu berdesakan masuk di ingatannya.

"Mbak Rifa jangan pergi... Hiks..." kata Sarah masih menunduk dan detik berikutnya dia mendongak menatap ke arah di mana Aqila berada. Tatapan penuh amarah dan rasa benci tercetak jelas di wajahnya. Dia kemudian mengambil pisau itu dan berjalan ke arah Aqila.

"Gara-gara kamu kakakku pergi. Dan sekarang kamu harus membayarnya." kata Sarah sambil tertawa. Dia sekarang sudah benar-benar telah kehilangan akal sehatnya.

"KAMU HARUS MATI...!!"

"Aaaaakhh...!!"

Daarrr daarrr

***

Tbc

Terima kasih atas semua kritik, saran, dan semangat kalian yah, dan mohon maaf banget karena lama-lama up nya. 🙏

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jangan lupa Al Qur'annya
😊

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang