"Pintu memiliki dua sisi yang berbeda, begitu pula manusia. Bahkan kehidupan ini memiliki banyak sekali sisi yang tidak dapat dilihat hanya dengan satu sisi."
🌸🌸🌸
Aisyah Pov
Senang rasanya mendengar kabar kalo Aqila bisa menyempatkan waktu untuk datang ke pondok saat akhir pekan. Yah walau hanya setengah hari, tapi dia bisa menyenangkan hati anak-anak terutama Putri. Bicara tentang Putri, aku juga tidak tau alasan Putri memanggilnya umi. Tapi yang jelas Aqila adalah sosok wanita yang memiliki jiwa lembut. Sikapnya penyayangnya mampu membuat semua anak pondok An Najah menyukainya. Bahkan mereka lebih memilih diasuh oleh Aqila dari pada aku dan mas Rahman.
Aku segera pulang ke rumah saat Sasha mengabariku kalo mereka sudah sampai. Aku sengaja tidak memberitahu tentang keadaan Putri pada Aqila, bukan karena aku tak sayang pada Putri. Tapi, aku juga tidak mau mengganggu Aqila, apalagi dia juga harus mengurus acara kajian di pesantren kakeknya.
"Putri disini dulu sebentar sama mbak Sarah ya sayang. Umi mau ke rumah menemui tamu." kataku pada Putri.
"Iya, Umi."
Aku bangga dengan Putri. Dia adalah anak yang sangat kuat. Disaat semua orang akan jatuh dan menyerah saat Allah memberinya ujian, tetapi tidak dengan Putri. Dia pernah kehilangan semangat saat dokter menvonis dirinya mengidap penyakit leukemia. Namun, Putri kembali mendapatkan semangatnya saat Aqila datang dan memberikan motivasi padanya. Semuanya terbukti dengan keadaan Putri yang berangsur membaik. Bahakan kini dia bersikap sangat dewasa dalam menyikapi keadaan di sekitarnya.
Sebenarnya aku dapat pulang lebih cepat dengan melewati teras taman yang biasa dilewati oleh pembimbing pondok. Namun aku sengaja pulang dengan melewati arah jalan memutar sekalian melihat keceriaan anak-anak pondok An Najah yang sedang bermain. Namun langkahku terhenti saat anak-anakku, Arman dan Faza menghampiriku.
"Assalamu'alaikum, umiku sayang...!!" salam Faza sambil memelukku.
"Wa'alaikum salam, bungsunya umi." kataku membalas pelukannya.
"Huu... Dasar manja...!!" aku terkekeh saat anak sulungku selalu mengomentari kelakuan adiknya.
"Yee... Bilang aja kalo mas itu iri sama adek, dan mas juga pengen dipeluk sama umi kaya adek." protes Faza.
"Nggak tuh. Siapa juga yang ngiri...!!"
"Alah, nggak usah bohong deh mas. Orang bohong ntar matinya nggak bisa nafas lho."
"Ya kali ada dek, orang mati bisa nafas."
"Syuuutttt... Sudah-sudah. Kalian ini, seperti anak kecil aja."
"Hehehe... Oh iya, dek Putri mana umi...?" tanya Arman.
"Di taman dia, sama mbak Sarah. Kalian susul gih."
"Hmm... Nggak deh umi. Males deh kalo ada mak lampir itu. Ntar aja kalo udah ada mbak Acha atau mbak Ila. Mending bantuin abi sekarang di kebun. Iya nggak mas...?" kata Faza yang diangguki oleh Arman.
"Husstt... Nggak boleh ngatain orang dek. Apalagi orang itu lebih tua dari kita."
"Yaa... Habisnya dia baiknya cuma sama dek Putri, dan didepan umi aja. Adek-adek pondok yang lain juga nggak suka sama dia. Beda sama mbak Acha dan mbak Ila. Mereka sayang sama kita semua." kata Faza membela diri.
"Yaudah umi, kita mau bantu abi di kebun dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Iya sayang, Wa'alaikum salam."
Ucapan dari Faza barusan memang sedikit mengusik pikiranku. Sebenarnya aku juga pernah membicarakan hal ini dengan Acha, dan penilaiannya sama dengan Faza. Memang ada yang aneh dengan sikap Sarah. Namun aku tidak bisa menilainya buruk, karena biar bagaimana pun hanya dia yang bisa membujuk Putri selain Aqila. Yah, meskipun tak ada yang bisa mengambil hati anak-anak selain Aqila.
Tetapi dari ketiga orang yang membantuku mengasuh anak-anak, cuma Sarah yang berani mendekati Arfan. Bahkan Aqila yang dulu pernah dekat saja selalu menjaga jarak dengannya.
"Sebaiknya aku harus mencari tau kebenarannya sendiri untuk meyakinkanku." Gumamku.
***
Hampir satu jam aku menunggu Acha dan Qila, tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Kuputuskan untuk pergi ke ruang pembimbing, mungkin mereka ada disana.
Kulihat seseorang yang berlari dari arah teras taman pembimbing. Kupercepat langkahku agar dapat menghampirinya.
"Aqila...!! Tunggu...!!"
"Mbak Aisy...??"
"Kamu kenapa dek...?" tanyaku saat melihat mata sembabnya.
"Aku nggak papa mbak. Oh iya, aku pulang dulu ya mbak."
"Lho, bukannya kamu kesini bareng Acha ya. Kenapa nggak pulang bareng dia saja. Dimana Acha, kalian lagi marahan ya...?"
"Nggak mbak, dia ada di belakang tadi, dan kami nggak lagi marahan kok. Qila hanya__"
"Jangan halangi dia mbak. Biarkan dia pergi dari sini. Itu lebih baik." kata seseorang memutus perkataan Aqila. Kulihat Aqila yang langsung menundukan kepalanya. Ada apa ini...??
Kualihkan pandangnku pada seseorang tiba-tiba datang dan memutus perkataan orang dengan tidak sopannya.
"Biarkan wanita munafik ini pergi, mbak Aisy nggak perlu menahannya. Dengan begitu kita semua akan terbebas dari tipu muslihatnya."
"Apa maksud kamu...?"
"Dia." kata Arfan sambil menunjuk Aqila. "Dia adalah wanita munafik yang dengan rayuan dan tipu muslihatnya ingin mempengaruhi kita. Dia bukan wanita baik mbak, dia wanita yang licik. Dia punya tujuan yang nggak baik di belakang kita. Aku yakin itu." kata Arfan dengan kilat amarahnya.
"Jaga ucapan kamu Fan...!! Qila bukan orang yang buruk seperti yang kamu pikirkan. Asal kamu tau, dia adalah sumber semangat dari anak-anak. Terutama Putri." kataku mulai geram.
"Kamu...!! Puas kamu sekarang...? Hah...!! Puas kamu telah mengelabuhi semua orang. Aku nggak menyangka sehebat itu pengaruhnya. Ilmu apa yang kamu gunakan...!! Hemm...?? Sehingga semua orang terpengaruh dengan mulut manismu yang berbisa itu."
"Arfan...!! Kamu__"
"Mbak Aisy, sudah...!! Biar Qila yang pergi dari sini. Jangan biarkan amarah menguasai diri mbak."
"Tapi Qil__"
"Sudah mbak, Allah Maha Melihat. Mbak nggak usah khawatir."
"Kamu akan tetap berkunjung kesini kan...?" kataku sendu.
"Insya Allah mbak. Jika Allah mengizinkan. Yasudah Qila pamit dulu ya mbak. Salam buat anak-anak dan Putri. Assalamu'alaikum." katanya kemudian pergi.
"Wa'alaikum salam."
"Bagus, kalo perlu pergi yang jauh dan nggak usah kembali lagi."
"Arfan...!!"
Arfan hanya tersenyum sinis dan pergi begitu saja. Ada apa dengannya, dia bukan Arfan yang aku kenal dulu. Aku harus mencari tau dan bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Yah, aku tau siapa orangnya.
***
Tbc
Aduhh... Sakit hati aku bang, liat sikap kamu...!! Hiks...😢 #Upsss
Oke, happy reading...!!😊
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jangan lupa Al Qur'annya
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati dan Iman ✅
Spiritual"Cinta... Satu kata yang memiliki banyak makna. Apakah itu yang aku rasakan saat bersama denganmu....?? Jawabannya adalah entahlah... Karna yang aku ketahui, cinta pada selain-Nya adalah menyakitkan." _Asma Aqila Adzkiya_ "Jika kamu bertanya apakah...