Bab 28

3.6K 197 30
                                    

Maaf ya, lama banget up nya... Bukan maksud aku ngegantung kalian pas lagi sayang-sayangnya...
#eehhh pas lagi sedih maksudnya, maaf banget karena kuota lagi habis... 😔🙏
Tapi Alhamdulillah, sekarang udah bisa nemenin kalian lagi...😊

Yaudah langsung aja yaa...
Happy reading...!!

_________________________

"Semua yang bernyawa pasti akan merasakan sakitnya bercerai dengan dunia, karena dunia adalah harapan dan bayang-bayang yang fana."

🌸🌸🌸

Arfan Pov

Acara pemakaman sore ini begitu memilukan. Aku melihat sendiri bagaimana jasad itu di turunkan di peristirahatannya dan di tutup oleh tanah. Terpisah dengan ruhnya dan di ceraikan oleh dunia. Air mataku perlahan menetes, aku menyesal pada diriku sendiri yang masih sering lalai dan berbuat dosa. Padahal kehidupan di dunia itu hanya sementara.

'Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.' (Q.S Al Ankabut : 57)

Aku merasa malu karena aku bukanlah apa-apa. Aku hanyalah hamba yang lemah, karena sekuat dan sebanyak apa seseorang mengumpulkan harta, hanya tiga perkara yang akan ikut bersamanya hingga di alam barzakh.

'Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh' (HR. Muslim no. 1631)

Aku segera menghapus air mata yang sempat menetes, dan berjalan menuju wanita paruh baya itu yang masih menangis meratapi kepergian anaknya.

"Bu, ibu yang sabar yaa... Putri ibu sudah tenang di sana. Dia pasti sedih banget melihat ibunya menangis. Ibu do'akan saja dia bu, karena yang di butuhkannya adalah do'a ibu dan bukan ratapan dari ibu." kataku pada ibu paruh paya yang masih menangis sambil memeluk nisan dengan tulisan 'Asma Nafisya Az Zahra' di atasnya.

"Baiklah nak, terima kasih telah mengingatkan ibu."

"Sama-sama bu." kataku sebelum bangkit dari makam itu.

Aku menyesal karena telah dengan sengaja membentak dan membencinya. Andai saja aku tidak terpengaruh oleh hasutan Sarah, pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Andai aku tau dari awal kalau dia itu gadis yang aku cari selama ini, andai dan hanya andai saja yang bisa aku sesali. Tapi aku sangat bersyukur, karena ternyata pernikahan Aqila yang pernah di bilang oleh Fawwaz tidak jadi berlangsung, dan justru menjadi pernikahan Zahra dan Fahri.

Flashback

Aku bernafas lega setelah dokter memberitahu kalau Asma masih bisa di selamatkan dari peristiwa maut itu. Yah, meskipun tidak ada yang tau kapan dia akan membuka matanya kembali. Aku merutuki kebodohan yang telah aku perbuat, karena aku telah mempercayai wanita seperti Sarah. Bahkan nyaris akan menikah dengannya. Sebuah tepukan kecil di bahuku, telah menyadarkan aku dari lamunanku.

"Asma adalah wanita yang sangat kuat." katanya dengan pandangan kosong. Aku tau pasti ada luka yang amat dalam di sana.

"Waz...?"

"Aku yakin dia bisa melewati masa-masa sulit ini. Pasti, aku yakin itu, dia pasti bisa melewatinya." katanya sambil menghapus air mata yang menerobos dinding pertahanannya.

"Waz, serahkan semuanya pada Allah. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Asma." dan juga aku, batinku.

"Makasih Fan, kamu memang sahabat yang terbaik. Kamu lebih baik dari pada aku, sudah dua kali kamu telah menyelamatkan adekku dari wanita iblis itu, bahkan kamu sempat membuatku cemburu dengan adekku sendiri."

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang