Bab 23

3.5K 197 62
                                    

"Ketika kamu menggantung harapanmu pada selain-Nya, maka kamu akan mendapatkan sakitnya ditinggalkan."

🌸🌸🌸

Arfan Pov

Sudah hampir sebulan aku tidak mengunjungi pondok An Najah. Selain rumah makan yang kubangun dengan sahabatku, aku juga harus menghandel perusahaan Abi yang sempat terbengkalai. Apalagi mengingat pernikahanku dengan Sarah yang hanya tinggal menghitung hari, aku harus benar-benar pandai dalam membagi waktu. Aku menyerahkan urusan rumah makan pada Fawwaz agar menghandelnya sementara.

Yah, aku mengkhitbah Sarah setelah kejadian itu. Meskipun aku juga belum begitu yakin saat itu, karena masih ada pemilik sebuah nama yang enggan menampakkan wujudnya, dan juga telah berhasil menjungkir balikkan perasaanku.

Dia adalah orang yang pertama kali membuatku merasakan getaran aneh dalam diriku. Memang pertemuan pertamaku dengannya tidak bisa di bilang romantis. Bahkan masuk kategori normal saja tidak.

Flashback

Akhirnya selesai juga urusan perkuliahanku. Hmm, nggak nyangka bisa melanjutkan pendidikanku di bangku perkuliahan. Yah, walaupun sempat terhenti dua tahun karena harus mengabdi di pesantren. Tapi bagiku semua itu sungguh memiliki kesan tersendiri.

Kulangkahkan kakiku menuju rumah mbak Aisy. Inilah kegiatan yang aku lakukan untuk mengisi waktu luangku. Bermain dan berbagi ilmu dengan anak-anak di pondok An Najjah. Bagiku mereka adalah anak-anak yang istimewa. Kenapa, karena dari merekalah aku belajarlah arti semangat hidup.

"Assalamu'alaikum adek-adek...!!"

"Wa'alaikum salam kak Arfan...!!"

"Wah, keliatannya seneng banget...!! Ada apa nih...!!" tanyaku pada mereka.

"Kamu sudah pulang Fan...?" tanya seseorang di belakangku. Suara ini, suara yang sangat aku rindukan.

"Mbak Syifa...?"

"Iya, ini mbak."

"Masya Allah, kapan mbak datang...?"

"Tadi pagi baru nyampek bandara, langsung ke rumah. Eh, taunya kamu nggak ada. Jadi mbak langsung kesini aja nungguin kamu, sekalian ketemu sama Aisyah."

"Subhanallah, pantas saja anak-anak pada seneng, orang uminya ada di sini. Oh iya, mbak kesini sendirian...? Bang Aqil mana...?"

"Sama suami mbak. Tuh, lagi main sama Arman di taman." kata mbak Syifa menunjuk seseorang yang sedang menggendong anak kecil berjalan menuju kami.

"Oh, kirain bang Aqil nggak ikut kesini, dan biarin mbak datang sendirian." kataku tepat saat bang Aqil ada di sebelah mbak Syifa.

"Enak aja...!! Mana tega aku biarin anak dan istri aku pergi sendirian." katanya sambil merangkul mbak Syifa.

"Ehh... Maksud bang Aqil, mbak Syifa...?" aku terkejut dan memandang mbak Syifa. Dan benar saja, ada yang beda dengan penampilan mbak Syifa.

"Iya Fan, Allah telah mempercayakan pada kita amanahnya." kata mbak Syifa tersenyum padaku.

"Barakallah, selamat ya mbak. Semoga dia kelak menjadi anak yang sholeh/sholehah serta berbakti pada orang tuanya."

"Aamiinnn..."

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang