"Kesempatan memang datang berkali-kali, tapi yang berikutnya tak akan sama dengan yang lalu."
🌸🌸🌸
Arfan Pov
Aku terkejut saat melihat Aqila yang juga datang di acara itu. Yah, satu hal yang aku lupakan, yaitu keluarga pak Fauzan. Lebih tepatnya pak Fauzan adalah teman kecil abi, dan dia juga merupakan teman ayah Fawwaz dan abiku saat kuliah. Hmm, dan aku rasa dunia itu begitu sempit.
Aku telah kehilangan semangatku saat mulai menginjakkan kaki di restoran ini. Aku melihat orang-orang yang hadir di sini, sesekali menyapa mereka. Banyak dari mereka yang membawa seluruh keluarga besarnya, bahkan banyak anak-anak kecil berkeliaran di sini.
"Silahkan di nikmati, Raf. Maaf cuma ini yang bisa kami berikan."
"Udahlah Zan, ini aja udah lebih dari cukup kog bagi kami."
"Oh iya, ini Arza kan...? Wah, udah lama nggak ketemu, makin dewasa aja yah." sapa seorang wanita paruh baya yang aku yakini adalah istri dari om Fauzan. Aku hanya tersenyum menanggapi istri om Fauzan.
Arza, yah itu adalah nama panggilan yang di berikan oleh teman-teman abiku. Mereka lebih suka memanggilku Arza dari pada dengan nama Arfan. Terutama om Fauzan dan istrinya, yah, apa lagi alasannya kalo bukan karena sepupu bawelku yang nempel terus kaya perangko pada umi waktu itu, dia memang seumuran denganku, dan dia paling benci kalo ada orang yang memanggil aku selalu saja dia juga ikut menyahut. Alfan Ali Al Maghfur, dia adalah sepupu terbaik dan yang paling menyebalkan menurutku. Sebenarnya salah dia sendiri sih, siapa suruh punya nama kembaran, kan aku yang lahir duluan.
"Assalamu'alaikum, maaf mengganggu om, tante." kata seorang wanita yang kemudian menyampaikan sesuatu pada istri om Fauzan.
"Baiklah, silahkan di nikmati kembali hidangannya. Maaf telah mengganggu kenyamanannya, saya permisi dulu. Assalamu'alaikum." katanya sebelum pergi.
"Wa'alaikum salam." jawab kami bersamaan.
"Oh iya, itu tadi siapa Zan, sepertinya pernah liat."
"Oh, itu tadi anak bungsu ane. Allysa."
"Allysa, yang kuliah di Mesir itu yah...?"
"Yah, benar sekali."
"Hmm... Kalo kita besanan, keliatannya lucu nggak sih Zan. Mumpung masih ada yang sendiri di sini." kata abi menyindirku, kemudian mereka tertawa bersama.
"Wah, ide bagus tuh. Tapi sayang sekali, Allysa udah taken. Malahan anaknya udah dua." kata om Fauzan membuatku lega.
"Serius kamu Zan, Alhamdulillah."
"Oh iya Za, kapan kamu ngasih undangannya ke rumah om...?"
"Insya Allah nanti om, kalo Allah udah ngasih."
"Jangan nanti-nanti saja Za. Kamu itu sudah lebih dari sekedar pantas untuk membina rumah tangga, jadi lebih baik di segerakan. Atau kamu mau memilih salah satu dari gadis yang hadir di sini, atau sekalian kamu lamar dan mengucapkan ijabnya di sini, nanti biar om yang urus." kata om Fauzan, yang aku tanggapi dengan senyuman.
"Sebelumnya terima kasih banyak om atas tawaran yang om berikan. Tapi Arza belum siap dengan waktu sesingkat itu."
"Hahaha... Baiklah kalo begitu om tunggu kabar baiknya saja." kata om Fauzan menepuk bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati dan Iman ✅
Spiritual"Cinta... Satu kata yang memiliki banyak makna. Apakah itu yang aku rasakan saat bersama denganmu....?? Jawabannya adalah entahlah... Karna yang aku ketahui, cinta pada selain-Nya adalah menyakitkan." _Asma Aqila Adzkiya_ "Jika kamu bertanya apakah...