Bab 39

2.9K 172 12
                                    

"Jika separuh agamaku ada padamu, maka izinkan diri ini untuk menyempurnakannya bersamamu."

🌸🌸🌸

Ketika malam tiba hal yang paling di sukai Aqila adalah menatap indahnya langit malam dengan di hiasi bintang. Namun hal itu harus di urungkannya karena kini dia tengah di hadapkan dengan dua mama muda yang rempongnya Masya Allah, banget. Siapa lagi kalo bukan mbak Ara dan kakak iparnya, mbak Fisya. Mereka saat ini tengah berhasil membuat mood Aqila hancur dengan merias Aqila dengan hal yang menurut gadis itu tidak perlu.

"Ya Allah, mbak-mbakku yang tersayang, ini sebenarnya ada apa sih. Niat banget bikin adek kayak badut." kata Aqila kesal. Namun mereka hanya tersenyum menanggapinya.

"Udah dek, ya, pokoknya kamu harus terlihat cantik malam ini." kata mbak Ara.

"Ya Allah, mbak, tapi nggak harus gini juga kali. Lagian Qila nggak perlu pakai beginian, karena ini semua terlalu berlebihan. Dan Allah melarang umatnya berbuat yang berlebihan."

Allah SWT, berfirman :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”(QS. Al-A‘raaf, 7: 31).

"Dek, sebenarnya kamu ini amnesia beneran nggak sih. Kamu masih bisa mengingat semua hal yang kamu pelajari, tapi kamu melupakan kami semua di masa lalu. Mbak kog jadi ragu yah... Kamu nggak lagi pura-pura kan." kata mbak Ara.

"Maaf..." kata Aqila sendu.

"Ehh... Dek, maaf, mbak nggak ada maksud untuk..." kata Zahra gelagapan.

"Nggak papa kog mbak, mungkin ini hukuman dari Allah untuk umatnya yang durhaka. Dan mungkin aku salah satunya."

"Dek...?"

"Mbak Ara, mbak Fisya, udah ya... Aku nggak papa kog..." kata Aqila tersenyum. "... yaudah, katanya malam ini adalah malam yang spesial. Ayo, sih, buruan kita turun. Ntar di kira ketiduran di sini." kata Aqila terkekeh.

"Yaudah, ayo dek, turun." kata mbak Ara dan mbak Fisya bersamaan.

Aqila tersenyum melihat tingkah kedua kakaknya. Dia mengikuti mereka, dan membiarkan mereka menarik tangannya pasrah.

'Maaf mbak, karena aku telah melupakan kalian di masa lalu. Tapi aku berjanji, aku akan melakukan apapun demi kalian yang telah rela merawat diri yang cacat ini. Karena aku bisa merasakan ketulusan yang kalian berikan, dan aku akan membalasnya, apa pun itu.' batin Aqila.

Mereka bertiga turun dari tangga dengan menuntun Aqila dengan anggunnya. Mereka berjalan menuju ruang tamu yang terlihat sangat ramai, karena terdengar banyak orang yang sedang berbincang-bincang di sana. Perbincangan mereka terhenti saat Aqila dan kedua kakaknya tiba di ruang tamu. Mereka semua tertegun melihat Aqila yang begitu cantik malam itu. Bahkan Arfan sempat di buat tak berkedip olehnya.

"Yaelah Fan, gitu amat liatnya. Ingat Fan, zina mata tuh." seloroh Fawwaz membuat semua orang tertawa, kecuali Arfan yang salah tingkah dan Aqila yang tertunduk malu.

Mbak Ara dan mbak Fisya segera menarik Aqila untuk duduk di antara ayah dan bundanya, dan mereka duduk bersama suami mereka masing-masing.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang