Bab 26

3.5K 197 47
                                    

"Bila malam gelap punya bintang yang menghiasinya, maka aku punya dirimu yang menjadi alasanku untuk tersenyum."

🌸🌸🌸

Sunyi, itulah suasana yang Arfan alami saat ini. Duduk sendiri di sebelah orang yang mewarnai hidupnya. Dia termenung dengan di temani oleh Elektrokardiograf yang bunyinya tetap sama di setiap harinya. Dia menganggapnya sebagai jawaban atas ucapannya dari seseorang yang tetap damai dalam tidurnya.

"Fan...?" panggil seseorang sambil memegang bahu Arfan.

"Iya umi...? Umi butuh sesuatu, biar Arfan carikan." kata Arfan. Wanita yang di panggilnya umi hanya menggeleng.

"Kamu istirahatlah. Jangan menyiksa diri kamu sendiri."

"Arfan nggak papa kog, sebaiknya umi saja yang istirahat. Umi kan sudah seharian jaga Putri. Sekarang biar Arfan saja yang menjaganya, atau umi mau Arfan antar pulang dulu."

Wanita itu hanya menghembuskan nafas panjang, sudah lelah membujuk putranya itu. "Baiklah jika itu mau kamu. Tapi biarkan umi tetap di sini. Umi mau jaga Putri." kata umi Arfan, yang di balas dengan anggukan kepala.

Arfan kembali menatap sendu Putri yang damai dalam tidur panjangnya. Sudah hampir satu bulan dia di rawat di Rumah Sakit karena penyakit yang sempat menghilang itu datang kembali. Wajah yang dulu di hiasi oleh senyuman yang mewarnai hidupnya, kini hilang bak di telan bumi. Dia sempat terkejut saat mbak Aisy menelfonnya satu bulan yang lalu dan memberi taunya tentang keadaan Putri yang pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya. Dia segera membatalkan semua acaranya dan segera membawa Putri ke Rumah Sakit. Yah, meskipun dia harus menunda pernikahannya dengan Sarah yang semestinya harus terjadi satu minggu yang lalu, dan mendapat beberapa umpatan dari keluarga Sarah. Karena baginya hanya Putri lah semangat hidupnya. Jadi dia akan melakukan apa saja, asalkan Putri dapat di sembuhkan.

Arfan kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju sofa. Dia duduk di samping uminya yang sedang berbicara dengan mbak Aisy yang baru saja datang. Dia menyandarkan kepalanya di sofa dengan mata terpejam dan nafas yang terlihat berat, dia berusaha menghilangkan sesak dan beban berat di pundaknya.

"Fan...?"

"Iya umi." jawabnya dengan mata yang masih tertutup.

"Ternyata waktu dapat merubah seseorang ya." kata uminya ambigu.

"Hmpz... Seseorang memang akan berubah seiring dengan berjalannya waktu umi. Entah itu akan menjadi lebih baik atau sebaliknya." jawabnya dengan mata yang masih tertutup.

"Iya kamu benar Fan. Dan umi baru menyadari itu, ternyata waktu telah merubah seorang gadis SMP usil menjadi sosok gadis cantik, baik hati, santun dan penyayang. Yah, waktu memang telah membuat perubahan banyak pada diri seorang Asma."

Deggg

Arfan langsung membuka matanya dan menatap uminya, mencari kebenaran di sana.

"Kamu kenapa Fan...?"

"Asma... Hmm... Maksud Arfan umi ketemu sama Asma...?" katanya tak percaya.

"Iya. Umi ketemu dia tadi pagi saat baru saja tiba di Rumah Sakit, dan dia ternyata adalah gadis yang nolong umi, ketika umi hampir saja tertabrak mobil waktu itu." jawab umi Arfan santai.

"Kok umi nggak bilang Arfan sih...?"

"Lah, buat apa coba umi bilang sama kamu. Bukannya kamu mau menikah sama Sarah ya. Lagian itu sudah lama sekali." kata uminya santai.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang