"Kehidupan itu penuh dengan misteri, tapi akan ada satu masa dimana semua misteri itu akan terungkap."
🌸🌸🌸
Aqila Pov
Sudah sebulan lebih aku tak pergi ke pondok An Najah, itu artinya pernikahanku dengan ustadz Fahri hanya tinggal menghitung hari. Aku benar-benar kehilangan kabar tentang Putri, dan Sasha yang biasanya mengabariku tentang keadaan Putri mulai di sibukkan dengan pekerjaannya. Ingin sekali rasanya aku menemui Putri. Tapi, apalah arti hadirku di sana, aku rasa tidak ada. Aku takut jika hadirku justru membuat keadaan Putri semakin memburuk, dan mengundang amarah abinya.
"Nggak, kamu akan membuat keadaan memburuk Aqila, jika kamu tetap memaksakan diri kesana. Kamu akan mengundang amarah abinya Putri lagi." monologku dengan diri sendiri. Mengingat abinya Putri, tanpa sengaja membuka kenangan kelam di masalalu.
"Bang Zahir, sehina itukah aku. Sehingga kamu sangat membenciku. Apakah waktu telah merubah semuanya sehingga kamu tak bisa mengenaliku." aku menggelengkan kepalaku kuat, menghapus angan itu. Lagipula siapa aku ini, dan memang apa untungnya jika abinya Putri mengingatku.
Aku menarik nafas panjang, begitu sesak dan lelah rasanya menghadapi semua kenyataan ini. Apalagi mengingat perubahan sikap mbak Ara yang menjadi dingin padaku membuatku semakin terhimpit.
"Dek...?"
"Ehh... Bunda. Kapan bunda datang. Adek kog nggak tau." aku terkejut saat bunda tiba-tiba sudah ada di sampingku.
"Kamu kenapa sayang. Coba kamu cerita sama bunda, masalah apa yang mengganjal di pikiranmu."
"Qila nggak papa kog bun. Qila baik-baik saja." kataku berbohong.
"Asma Aqila Adzkiya. Dek, kamu adalah putri bunda. Bunda mengasuh kamu sejak kecil, jadi kamu tidak bisa berbohong pada bunda. Tapi, jika kamu nggak mau cerita sama bunda sekarang, bunda siap menerima keluh kesahmu saat kamu sudah tidak bisa menahannya." kata bundaku tulus.
Aku langsung memeluk bunda, menumpahkan semua sesak yang mendera jiwaku. Elusan lembut bunda di kepalaku membuatku lebih tenang.
"Dek, jangan sedih nak. Apa ini ada kaitannya dengan Fahri...? Jika itu yang kamu risaukan, kamu bisa membatalkannya dek. Bagi kami adalah kebahagiaan kamu. Maaf jika selama ini kami telah memaksa kamu, tanpa peduli dengan perasaan kamu." kata bunda penuh sesal.
"Nggak bun, adek nggak sedih karena itu kog. Adek hanya sedih, karena nanti adek pasti akan jarang ketemu sama bunda. Adek pasti kangen banget sama bunda dan ayah." kataku meyakinkan bunda.
"Apakah kamu bahagia sayang...?"
"Iya bundaku sayang...!! Adek bahagia kog. Bunda jangan khawatir lagi ya...!!" kataku tersenyum dan memeluk bunda. Maafkan Qila bun, bukan maksud Qila berbohong. Tapi membatalkan pernikahan, dengan waktu yang hanya menghitung hari ini, bahkan persiapannya sudah hampir seratus persen. Kemudian membuat seluruh keluarga malu. Nggak, Qila nggak mungkin melakukan itu.
***
Hari demi hari semakin berlalu. Namun bukan bahagia yang aku rasakan, justru aku lebih merasa tertekan. Apalagi kini mbak Ara tidak mau pulang ke rumah, dan lebih memilih lembur di Rumah Sakit.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada mbak Ara. Kenapa dia seperti menghindar. Apakah ada perubahan sikap mbak Ara ada hubungannya dengan pernikahan ini. Yah, aku harus mencari tau." monologku dengan diriku sendiri. Aku yakin pasti ada yang di sembunyikan mbak Ara. Tapi bagaimana caranya aku mencari tau, sedangkan dia saja selalu menghindar dan aku dilarang keluar.
"Dek, kamu jadi ke butiknya tante Dilla hari ini...? Mau diantar ayah atau abang." tanya bundaku.
Aku berfikir sejenak. Hmm... Butiknya tante Dilla kan searah dengan Rumah Sakit. Oke, aku nggak akan sia-siakan kesempatan ini.
"Hmm... Adek pergi sama mbak Ara aja bun. Kan butiknya tante Dilla searah dengan Rumah Sakit, nanti sekalian adek mau ajak mbak Ara pulang. Masak adeknya mau menikah malah di tinggal ngilang."
"Tapi kan jarak rumah kita dengan Rumah Sakit jauh dek. Kamu kalau mau kesana harus naik angkutan umum dahulu. Lebih baik di antar ayah atau abang deh, lebih aman."
"Bunda sayang, adek sudah besar loh, udah mau nikah juga. Masak kemana-mana masih harus di antar. Adek bisa jaga diri kog bun, bunda nggak usah khawatir lagi ya." kataku meyakinkan bunda.
"Tapi sayang kamu__"
"Bunda...? Bunda percaya deh sama adek. Adek bisa jaga diri kog. Lagian jarak rumah sama Rumah Sakit juga nggak terlalu jauh." kataku. Namun bunda hanya diam.
"Bunda. Qila mohon, kali ini saja bunda izinkan Qila pergi sendiri."
"Yasudah, tapi kamu harus janji sama bunda. Jaga diri kamu baik-baik, dan kamu harus kabari bunda saat sudah sampai nanti."
"Terima kasih bundaku sayang...!! Iya, nanti adek akan kabari bunda." aku tersenyum dan langsung memeluk bundaku. Maafkan adek bun, tapi ini nggak bisa di biarkan lebih lama.
***
Aku segera melangkah menuju ruangan mbak Ara setelah turun dari taksi. Huft... Ternyata negosiasiku tidak berhenti pada bunda saja. Namun aku juga masih harus memutar otak untuk mencari alasan dan meyakinkan keluargaku, terutama abangku tersayang, bang Fawwaz. Alhasil, bukan angkutan umum yang aku naiki, melainkan taksi online. Yah, siapa lagi pelakunya kalo bukan abangku tercinta yang overprotective itu.
Aku tersenyum kepada perawat yang hilir mudik di lorong Rumah Sakit. Mereka sangat ramah dan sabar sekali dalam menghadapi beragam sikap pasien. Aku sangat bersyukur sekali karena sampai saat ini Allah masih memberikan nikmat berupa kesehatan padaku, yang mana itu sangat mahal nilainya.
Aku berhenti di depan ruangan mbak Ara. Pintu ruangannya tidak tertutup rapat. Aku segera akan masuk, namun urung karena suara bentakan dari dalam.
"Tolong dengarkan penjelasanku dulu Zahra Malikah Al Ihsan...!!"
***
Tbc
Assalamu'alaikum, readers...
Bagaimana kabarnya nih, semoga sehat selalu yaa...Alhamdulillah, masih bisa update maaf ya kalo partnya terlalu pendek, karena kesibukan di dunia nyata yang tidak bisa di tinggal...😕 Betewe, ada yang kangen nggak sama bang Arfan, Aqila, bang Fawwaz atau pada kangen sama authornya... Wkwkwk 😂😂 #ngarep...
Oke, terima kasih... Sampai jumpa di part selanjutnya... Jangan lupa kasih kritik dan sarannya yaaa....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jangan lupa Al Qur'annya
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati dan Iman ✅
Spiritual"Cinta... Satu kata yang memiliki banyak makna. Apakah itu yang aku rasakan saat bersama denganmu....?? Jawabannya adalah entahlah... Karna yang aku ketahui, cinta pada selain-Nya adalah menyakitkan." _Asma Aqila Adzkiya_ "Jika kamu bertanya apakah...