"Sebaik baiknya skenario, hanyalah skenario Allah."
🌸🌸🌸
Aqila Pov
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa sudah empat tahun sudah aku menempuh pendidikan S1-ku. Hari ini aku merasa senang dan sedih menjadi satu. Senang karena aku akan bertemu kembali dengan anak-anak pondok An Najah. Yah, acara tasyakuran yang aku rencanakan dengan Sasha mendapat respon baik dari keluargaku. Bagiku masalah tempat tidak penting. Yang terpenting adalah aku bisa membagi kebahagiaanku dengan orang-orang yang aku sayangi.
Namun, aku sangat merasa sedih karena mbak Zahra, kakak perempuanku satu-satunya nggak bisa datang di acara wisudaku karena sedang sibuk mengurus Rumah Sakit peninggalan kedua orang tuanya. Yah, mbak Zahra bukan anak kandung dari ayah dan bunda. Dia anak dari Om Ihsan, kakak ayahku. Kedua orang tua mbak Zahra, Om dan Tanteku sudah meninggal karena kecelakaan ketika pulang dari rumah kakek di Surabaya. Dalam kecelakaan tersebut Allah mengambil tanteku di tempat kejadian, karena benturan keras di kepalanya. Sedang om-ku sempat dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Namun, Allah sangat menyayangi om Ihsan. Allah memanggil om-ku setelah beliau memasrahkan mbak Zahra pada ayah.
"Assalamu'alaikum, anak bunda..."
"Eh, bunda... Wa'alaikum salam bundaku sayang..." kataku sambil memeluk bunda sayang.
"Malam-malam begini kok belum tidur sayang...?" tanya bundaku.
Aku hanya tersenyum.
"Kelihatannya putri bunda sedang senang sekali. Kenapa sayang...?"
"Hmm, nggak papa kok bun. Aku cuma lagi seneng aja bisa berbagi kebahagiaanku dengan orang-orang yang aku sayangi." kataku sambil mengecup pipi bunda. Bunda tersenyum hangat kepadaku.
"Oh iya bun. Bunda kog belum tidur. Ayah kemana...? Kog dari tadi aku nggak liat."
"Ayah kamu ngecek perusahaan sama Abang tadi sore. Lalu sekalian ngisi kajian di pesantren habis isya' tadi. Ini mereka lagi perjalanan pulang." jelas bundaku dengan senyum yang merekah.
Aku senang melihat senyum bunda yang tak pernah memudar. Meski usia sudah tidak dapat dikatakan muda lagi. Namun senyum ketulusan serta kasih sayangnya tak akan pernah pudar. Kupeluk bunda semakin erat. Ya Allah, tolong jangan biarkan kebahagiaan ini berakhir, dan limpahkanlah kesehatan serta kebaikan selalu untuk kedua orang tuaku. Do'aku dalam hati.
***
Sayup-sayup kudengar suara adzan yang membangunkan tidurku. Aku terbangun dan mengumpulkan separuh nyawaku yang hilang. Ah, Allah sudah memanggil hamba-Nya lewat suara merdu sang muadzin. Aku tersenyum menyambut pagi yang indah ini.
Aku segera mengambil wudhu untuk menunaikan sholat Subuh. Namun, gerakanku terhenti ketika aku merasakan ada gerakan kecil di sisi tempat tidurku. Kudapati seorang yang sedang tertidur pulas di sebelahku, saat aku melihat ke samping. Bukannya aku tidur sendirian ya tadi malam. Kuamati orang itu. Sepertinya bukan bunda, kalo mbak Fisya... Nggak mungkin deh kan dia satu kamar sama abang dan Azzam. Batinku.
Kudekati orang itu dan mengamati wajahnya. Wajahnya sangat familiar bagiku. Tapi siapa...?. Aku terdiam mengingat-ingat pemilik wajah itu. Ya, aku ingat...! Dia tante Laili...! Aku tersenyum bahagia. Jujur aku rindu, sangat rindu dengan tanteku yang satu itu. Setelah sekian lama aku tak bertemu dengannya daannnnn....... Tunggu...! Tante Laili...? Bukankah tante Laili istrinya Om Ihsan... Mereka kan sudaahhhh....
"Aaaaakkkkkhhhhh......!!! Ayaaahhhh..... Bundaaa..... Abangggg....!!!" sontak aku menjerit ketakutan sambil berlari kearah pintu. Kudengar derap langkah kaki menuju kamarku.
Ceklek
"Dek, ada apa teriak-teriak....? Kamu nggak papa kan...?" sontak aku langsung memeluk abangku ketakutan.
"Dek, kamu kenapa...?" tanya ayah dan bundaku. Aku tak menjawabnya.
"Dek, kenapa kamu ketakutan...?" tanya mbak Fisya, dan aku masih bersembunyi di dalam pelukan abangku.
"Dek, kamu kenapa...? Ayo cerita sama abang." kata abangku sambil menenangkanku. Kuangkat kepalaku menatap abangku yang melonggarkan pelukannya.
"A_Abang... Qi_ila... Ta_aku_ut... Tadi.. Tadiii... A_da... Ada..." kataku terbata-bata karena ketakutan. kalimatku terpotong saat ada yang memegang bahuku. Sontak aku menoleh dannn....
"Aaaakkkhhhhh..... Tante Lailiii... Iya tante... Iyaaa...!! Qila minta maaf..."
"Qil..."
"Qila janji nggak akan nakal lagiii....!!"
"Qilaa...."
"Qila akan jadi anak yang baik....!!"
"Aqila...!!"
"Qila mohon tante maafin Qila...!! Qila... Qila..."
"Hey, Qila... Buka matamu, ini aku Zahra...!!"
Perlahan kubuka mataku daannn....
"Aaakkhhh...!! Lho, mbak Zahra...?"
"Iya, ini aku..."
"Ini beneran mbak Zahra kan... Bukan hantu...?" kataku polos sambil mengintip dari belakang punggung abangku.
"Awww... Abang...!! Kenapa jitak adek sih...? Sakit tau...!!" pekikku saat abang menjitakku.
"Ailah, nih anak satu masih belom sadar juga...!! Makanya kamu tuh jangan kebanyakan nonton film horor... Gitu aja takut...! Tau nggak tadi tuh kamu hampir bikin orang satu rumah jantungan tau nggak gara-gara teriak-teriak nggak jelas gitu...!" omel abangku.
"Iya... Iyaaa... Adek minta maaf." kataku sewot.
"Ya, abang maafin."
"Iihhh... Ini abang ikhlas nggak sih maafinnya...!!" kataku kesal.
"Ikhlas." katanya sewot.
"Abangg...?" ingat bundaku.
"Iya... Iya adek Qila sayang... Abang maafin..." katanya sambil mencubit hidungku.
"Abaanggg... Sakitt...!!" kataku sambil memegangi hidungku yang memerah. Huft, menyebalkan.
"Fawwaz...!!" lerai bundaku.
"Ayah, bunda, mbak Fisya... Adek minta maaf ya...?" mereka tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Aku tersenyum ke arah mereka.
"Mbak Zahra... Adek minta maaf yaa... Adek janji nggak ngulangi lagi... Mbak maukan maafin adek...?" kataku memohon. Mbak Zahra tersenyum melihatku.
"Iya, adeknya mbak sayang... Mbak maafin kog...!" aku tersenyum lalu memeluknya.
"Yaudah...! Kita lanjut nanti lagi. Sekarang mending kita siap-siap untuk sholat... Sebentar lagi mau iqomah." lanjut Ayahku.
Kami pun mengangguk dan bergegas untuk melaksanakan sholat subuh.
***
Terima kasih karena sudah menyempatkan waktu buat baca karya amatir ini.
Jazakumullah, jangan lupa kritik dan sarannya yaa...😊😊
Jangan lupa baca Al Qur'an
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati dan Iman ✅
Spiritual"Cinta... Satu kata yang memiliki banyak makna. Apakah itu yang aku rasakan saat bersama denganmu....?? Jawabannya adalah entahlah... Karna yang aku ketahui, cinta pada selain-Nya adalah menyakitkan." _Asma Aqila Adzkiya_ "Jika kamu bertanya apakah...