Bab 4

5K 330 31
                                    

"Manusia hanya bisa berangan dan berusaha, karena hasil hanya Allah yang menentukannya."

🌸🌸🌸

Arfan Pov

Aku bersyukur Rumah Makan yang aku rintis dengan shohibku kini dapat membuka cabang di kota kelahiranku, Mojokerto. Dengan begitu aku bisa menghandelnya dari rumah, dan pusat bisa aku titipkan ke bang Firman. Yah, meskipun aku mendapatkan banyak pengalaman dari perantauan, tak akan ada nikmat yang melebihi kembali ke kota kelahiran. Lagi pula aku juga nggak tega membiarkan orang tuaku menikmati masa senjanya tanpa anak yang disayangi dan dibesarkannya.

"Assalamu'alaikum, Sorry jalan macet. Udah lama nuggu ?" sapa Fawwaz.

Dia Fawwaz, temanku dimasa kuliah dulu. Yah, walau usianya terpaut dua tahun lebih muda dariku, namun kecakapannya tidak diragukan lagi.

"Wa'alaikum salam, nggak kog, nih baru nyampek."

"oh. Oke."

Sunyi, itulah suasana yang tercipta disini. Mengingat percakapan dengan Umiku tadi pagi membuatku sulit berkonsentrasi. Kulangkahkan kakiku menuju sebuah pohon rindang di samping mobil. Mendinginkan fikiranku yang tak menemukan titik terang, menurutku.

"Woy bro, Aku perhatiin dari tadi diem mulu. Ada masalah?"

Kugelengkan kepala. "Nggak ada. Aku baik. Cuma ini agak pusing aja." elakku.

"Yakin?"

"Yah, sangat yakin. Oh ya gimana kabar Asma, terakhir aku ke rumah, dia masih pake seragam biru putih."

"Asma? Maksud kamu Qila ?" aku mengangguk sebagai jawaban.

"Udah hampir selesai kuliah dia. Yah, mekipun kebiasaannya tetap ada. Cerewet." ucapnya diakhiri dengan tawa renyah kami berdua.

"Oh ya, ngambil apa dia."

"Pendidikan. Entahlah, biar lebih leluasa sampein ilmu katanya." wah, benarkah? Calong istri dan ibu sholehah nih. Batinku. Eh?

Aku hanya menganggukkan kepala sebagai respon.

"Betewe, abis dari cabang mau ke mana lagi ? Kembali ke pusat atau menetap disini."

"Menetap disini ajalah, lagian Abi juga udah mulai tua. Kasian kalo mereka mengasuh pesantren peninggalan kakek sendirian."

"Eits, kurang lengkap tuh__" kata Fawwaz menggantung kalimatnya. Kukerutkan kening tanda tak mengerti.

"Cari temen hidup buat ke surga." jawabnya sambil tertawa.

Kujitak kepalanya, bisa-bisanya dia mempermainkan aku. "Tanpa kamu bilang pun kalo udah waktunya dia juga dateng."

"Emang bener kata kamu, tapi kalo nggak berusaha nyari sampek buyutan pun nggak bakalan ketemu." katanya meledekku.

"Iya, iya aku juga tau. Jelek banget tuh do'a." kulihat jam tanganku yang menunjukkan waktu mulai siang "oke, kamu handel yang disini, aku harus pergi sekarang." kataku berlalu meninggalkannya sendirian.

"Eh, mau kemana kamu ?"

"Ke Jombang suruh gantiin A' Rahman ngisi kajian." kataku setengah berteriak.

"Sukses bro...!!" katanya mengacungkan dua jempolnya.

"Thanks" kubalas dengan senyuman.

***

Akhirnya sampek juga. Jalanan kota siang ini sungguh macet, perasaan dulu nggak kayak gini deh.

Kulihat arlojiku, sudah masuk waktu sholat Dzuhur. Kulangkahkan kakiku menuju mushola. Memasuki kampus ini mengingatkanku pada kenangan masa kuliah dulu. Senyumku terukir saat mengingat masa kekonyolanku dulu. Hingga tanpa sadar seseorang menabrakku.

"Aww.... Astaghfirullah!!" pekik kami bersamaan.

Kulihat dia yang sepertinya terburu-buru. Tanpa sadar pandangan kami bertemu, dan Astaghfirullah. Pekikku dalam hati. Zina mata Fan.

"Aduh, maaf kak, maaf tadi soalnya saya buru-buru." katanya sambil menunduk.

"Hmm, iya gapapa kog. Lagian saya tadi juga nggak liat pas jalan." apa ini, kenapa jadi sok manis gini sih. Batinku.

Hening. Dia masih tertunduk, hingga akhirnya aku membuka suara. "Hmpz, kayaknya sholat Dzuhur udah mau dimulai. Sebaiknya kita segera ke masjid agar tidak ketinggalan jama'ah."

"Eh, iya. Iya kak saya permisi." katanya langsung pergi.

"Assalamu'alaikum." teriakku tidak keras, namun masih bisa di dengar. Dia membalikkan badan menjawab salamku dan tersenyum malu. Eh? Senyuman itu tidak asing bagiku. Senyman itu seperti__. ah sudahlah lebih baik aku sholat dahulu. Batinku.

***

Jangan lupa voment yaa...😊

Jangan lupa baca Al Qur'an
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
😊

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang