Bab 20

3.3K 196 35
                                    

"Disaat satu sisi menjatuhkanmu, semesta seakan menghakimimu."

🌸🌸🌸

Arfan Pov

Melihat keadaan Putri yang semakin membaik membuat hariku semakin bermakna. Namun, aku tidak bisa mengabulkan keinginannya untuk membawa wanita yang disebut dengan umi Ila itu kemari. Karena aku yakin bukan dia yang dibutuhkan Putri saat ini. Yah, bukan Ila yang Putri butuhkan, melainkan Sarah. Karena hanya Sarah yang dapat membujuk Putri setelah dia marah kepadaku.

"Assalamu'alaikum, ustadz." sapa Sarah padaku.

"Wa'alaikum salam."

"Ustadz baru datang ya...?"

"Iya. Kamu kenapa ada disini. Putri mana...?"

"Putri ada di taman ustadz, sama anak-anak yang lain. Maaf ustadz tadi dia saya tinggal. Yah, mau bagaimana lagi, saya kan sendirian disini. Jadi nggak ada yang gantiin saya jaga Putri." katanya sendu.

"Kamu jangan sedih. Nggak papa, aku nggak marah kog. Aku justru malah berterima kasih banyak sama kamu. Karena kamu, Putri bisa tersenyum kembali." kataku tulus, dibalas anggukan olehnya.

"Oh ya, memangnya mbak Aisyah kemana...?"

"Beliau ada di rumahnya ustadz. Beliau bilang ada seseorang yang mau menemuinya." aku hanya ber-oh ria.

"Yasudah ustadz, saya kembali dulu. Kasian Putri sudah saya tinggal lama, karena mengambil sebuah hadiah ini." katanya berlalu sambil membawa sebuah hadiah yang tak asing menurutku.

"Sarah, tunggu...!"

"Iya, ustadz...?"

"Hadiah itu...? Hmm... Maksudku darimana kamu mendapatkan hadiah itu...?"

"Oh, hadiah ini untuk Putri, Tadz. Tadi Qila menitipkannya pada saya."

"Kamu mengenalnya...?"

"Iya ustadz. Dia adalah adik tingkat saya."

"Tapi, kenapa dia tidak memberikan hadiah itu langsung pada Putri...?" tanyaku heran.

"Saya juga kurang tau, tadz. Tapi tadi dia bilang kalo hadiah ini sebagai tanda permintaan maaf karena telah mengacuhkan Putri, sekaligus tanda perpisahan. Karena dia sudah tidak mau lagi bertemu dengan Putri. Dia juga bilang kalo dia tidak mau mengasuh anak yang cengeng, lemah dan manja seperti Putri. Sepertinya dia ingin menjadikan Putri sebagai alat untuk mendapatkan hati ustadz. Namun usahanya sepertinya gagal, karena kenyataannya Putri bukan mendekatkannya pada ustadz, tetapi malah menyusahkannya." katanya sendu.

"Apa...!! Dia bilang seperti itu...?" kataku naik darah. Aku tau Putri memang manja, tapi tidak seperti itu seharusnya dia bersikap.

"Maaf ustadz, saya tidak bermaksud__"

"Sudahlah Sarah, aku tidak marah padamu. Dan maaf karena telah berkata terlalu keras didepanmu."

"Iya ustadz, saya paham kog. Saya juga nggak habis fikir kalau Qila bisa melakukan hal licik seperti itu."

"Kamu memang wanita yang sangat baik Sarah. Tidak salah aku memilihmu sebagai pengasuh Putri, dan bukannya Ila. Aku harap Putri menjadi wanita yang baik seperti kamu juga."

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang