"Masa lalu adalah sebuah pelajaran, dan guru terbaik."
🌸🌸🌸
Braakkkk...!!!
"Drama apa lagi yang kamu mainkan hahh...!!!"
"Sayang kamu kog gitu sih sama aku...?" katanya manja.
"Jelaskan sekarang, atau kita berakhir sampai disini." ancam si pria.
"Revan sayang, kamu kog gitu sih...?? Aku kan masih kangen sama kamu." katanya sambil bergelanyut manja.
"Rifaaa...??" kata sang pria yang bernama Revan, sambil melepaskan pelukan Rifa mulai geram.
"Oke, aku akan jelaskan. Kamu mau mulai dari yang mana."
"Terserah mau yang mana dulu. Itu nggak penting. Yang aku minta kamu jelaskan sekarang atau kita berakhir."
"Hahaha... Kamu ternyata nggak sabaran dan pencemburu ya sayang. Oke, mulai dari rencana pernikahan antara aku dan Arfan. Yah, kamu tau sendirilah aku itu kaya gimana."
"Maksud kamu...?"
"Iya, aku menikah bukan karena ingin hidup dan cinta sama dia. Aku kan, hanya cinta sama kamu. Dan aku menikah dengan dia itu hanya karena ingin hartanya, lumayanlah buat kehidupan kita nanti."
"Jadi, maksud kamu. Kamu...??"
"Iya sayangku...!! Iiihhh... Kamu gemesin gemesin deh. Jadi makin cinta kan akunya...??"
"Lalu waktu itu, kenapa kamu menghilang dan muncul dengan pakaian yang aneh kaya gitu."
"Iiihhh... Sayang kamu itu gimana sih...!! Kesel deh aku. Kamu pasti tau dong kalo semua itu butuh pendekatan. Jadi, waktu itu aku deketin ibunya Arfan, buat jadi perantara."
"Hahaha... Kamu kalo ngambek tambah cantik deh...!!"
"Tau ah, aku sebel sama kamu."
"Yah, sayang jangan ngambek dong. Oke, aku minta maaf yaa...!!"
"Hmm... Dimaafin nggak yaa...??"
"Aku nggak peduli mau kamu maafin aku apa nggak. Yang jelas kamu itu hanya milik Revan seorang." kata Revan sambil merengkuh dan mencium Rifa.
Astaghfirullah, jadi selama ini benar dugaanku. Kulangkahkan kakiku keluar pekarangan rumah itu dengan membawa bukti foto dan rekaman yang aku dapatkan barusan. Aku tidak peduli apa yang mereka lakukan sekarang. Yang pasti aku akan membereskan semuanya sebelum terlambat. Lihat saja Rifa, kita akan bertemu setelah ini. Tapi bukan sebagai sepasang kekasih melainkan sebagai pendakwa dan terdakwa. Batinku.
Kulajukan mobilku kembali dengan kecepatan sedang sambil memikirkan langkah yang aku ambil setelah ini. Hpku berbunyi setelah aku menyerahkan semua bukti foto serta video kepada pengacaraku, agar mengurusnya di pengadilan.
Umi calling....
Aku mengerutkan dahi bingung. Kenapa Umi menelfonku.
"Assalamu'alaikum, ada apa Umi...?"
"Wa'alaikum salam, Fan kamu ke rumah sakit sekarang Nak... Hiks... Abi kamu masuk ICU."
"Innalillahi, iya Umi. Arfan kesana. Umi yang sabar yaa... Ini Arfan masih di jalan."
Kututup sambungan telefon setelah mengucapkan salam. Aku bergegas ke Rumah sakit setelah Umi mengirimkan alamatnya padaku. Astaghfirullah, apa lagi ini Ya Allah...
"Abi, Abi kenapa...?" suara lembut Putri menyadarkanku dari kekalutan, yang hampir saja membuatku kalap.
"Abi nggak papa sayang. Putri tidur dulu ya, Nak. Nanti kalo sudah sampai Abi bangunin."
"Iya, Abi... Putri tidur dulu ya, ngantuk banget." aku tersenyum melihatnya.
Aku segera menuju ruang ICU saat sampai di Rumah Sakit. Kulihat Umi, mbak Aish dan A' Rahman yang saat itu berkunjung ke rumah.
"Umi, Abi kenapa...? Kenapa bisa sampai seperti ini...?" tanyaku pada Umi sambil memberikan Putri yang masih terlelap pada mbak Aish.
"Biar saya yang jelaskan pak." kata seseorang yang aku ketahui adalah sekretaris kepercayaan Abi di perusahaan yang dibangunnya. Aku hanya mengangguk sambil berlalu dari ruang ICU.
Aku semakin geram saat mendengar penyebab dari masuknya Abi ke Rumah Sakit. Aku harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat. Aku segera merujuk Abi ke Surabaya untuk menjalani pengobatan dan untuk sementara Putri dibawa mbak Aish ke Jombang, karena dia menolak untuk diajak tinggal dengan keluarga Ami Husain. Bukan karena apa sebenarnya. Tapi, kesembuhan Abi disini yang paling penting, dan aku harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.
Flashback off
Semenjak kejadian itu, entah kenapa bagiku semua wanita itu sama, dan mereka adalah mayoritas penghuni neraka. Bicara tentang hal itu, aku jadi teringat nasehat Abah Sofyan waktu aku masih di pesantren.
“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dijelaskan. "Suatu hari Rasulullah sedang berangkat ke tempat sholat Ied (Adha atau Fitri), beliau melewati sekelompok wanita, Lalu beliau bersabda : “Wahai kaum wanita bershodaqohlah kalian, karena Allah perlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah penghuni neraka yang paling banyak”. Salah seorang di antara mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapakah kebanyakan dari kami menjadi mayoritas penghuni neraka?” Beliau menjawab, “Karena kalian sering melaknat dan mengingkari kebaikan suami, dan tidaklah aku pernah melihat seorang di antara kalian para wanita yang lemah akal serta agamanya, lebih berakal dari seorang laki- laki yang berakal”. Wanita itu bertanya lagi, “Apa maksud dari kurangnya akal dan agama?” Beliau pun menjawab, “Adapun kelemahan akal. Karena persaksian dua orang wanita sebanding dengan persaksian seorang laki-laki. Inilah tanda kurangnya akal, serta kalian berdiam selama beberapa hari tidak melaksanakan shalat, serta berbuka di siang hari Ramadhan. Inilah indikasi kurangnya agama.“ (HR Bukhari & Muslim)
Dari sini sudah dapat diambil kesimpulan kalau wanita itu memang lemah imannya. Mereka mudah tergoda oleh rayuan maut dunia.
"Wanita dilihat dari masa lalunya, sedangkan seorang laki-laki dilihat masa depannya. Tetapi janganlah menjadikan masa lalu sebagai penghambat dari masa depan." kata seseorang yang membuatku tersadar dari lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara, terlihat seorang akhwat berdiri tidak jauh dariku.
"Maaf Utstadz. Bukan maksud saya mau menggurui. Tapi, bukankah dulu utstad sendiri yang bilang seperti itu di kajian islami." aku tersenyum kepadanya. Bagaimana bisa aku mengingatkan banyak orang. Sedangkan aku sendiri masih sering khilaf. Astaghfirullah, ampuni hamba Ya Allah. Kataku dalam hati.
"Trimakasih sudah mengingatkanku ukhti." kataku tulus.
"Maaf Utstadz, saya hanya menyampaikan apa yang saya tau saja. Sesungguhnya saya itu minim pengetahuan." katanya merendah. Aku hanya mengangguk sebagai balasan.
Aku berlalu dari tempat dudukku meninggalkan Sarah yang terdiam ditempat, dan segera menuju ke mushola. Aku takut akan terjadi fitnah jika tidak segera pergi dari sini.
***
Tbc
Jangan lupa vomentnya yaa... 😊
Terimakasih...🙏Jangan lupa Al Qur'annya
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati dan Iman ✅
Spiritual"Cinta... Satu kata yang memiliki banyak makna. Apakah itu yang aku rasakan saat bersama denganmu....?? Jawabannya adalah entahlah... Karna yang aku ketahui, cinta pada selain-Nya adalah menyakitkan." _Asma Aqila Adzkiya_ "Jika kamu bertanya apakah...