Bab 29

3.3K 181 23
                                    

"Kita bisa merakit mimpi dan skenario yang indah, tapi ketahuilah bahwa hanya skenario Allah yang paling indah."

🌸🌸🌸

Braakkk...

"Bunda...!!" teriak semua orang ketika bunda jatuh pingsan.

"Kenapa di lepas dok, dia masih bernafas. Dokter mau bunuh adek saya...!! Nggak, saya nggak akan memberi izin itu."

"Waz, bersabar dan kendalikan diri kamu. Jangan biarkan amarah menguasaimu. Lebih baik kita dengarkan dulu penjelasan dari dokter." kata Arfan menasihatiku.

"Nggak Fan, kamu nggak tau bagaimana rasanya. Kamu nggak tau dan nggak akan pernah tau itu...!!" kataku frustasi.

"Fawwaz, duduklah sekarang dan tenangkan diri kamu." kata ayah yang baru saja datang.

"Dok, apakah tidak ada cara lagi yang bisa di lakukan...?" tanya ayah pada dokter itu.

"Maaf pak, tapi kami sudah melakukan yang terbaik untuk pasien. Dan saya rasa sudah tidak ada harapan lagi bagi pasien, karena kondisinya yang semakin melemah."

"Baiklah terima kasih banyak dokter. Tetapi biarkan alat medis itu tetap terpasang, setidaknya sampai takdir Allah yang memutuskan." kata ayah pada dokter itu.

'Aqila... Aqila... Kembalilah nak... Jangan tinggalkan bunda... Aqila...' kata bunda yang masih mengigau di pelukan mbak Ara.

"Sebaiknya kita do'akan yang terbaik untuk Aqila sekarang. Ayah belum sholat, adakah yang mau ikut ayah ke mushola...?"

"Putri mau ikut eyang...!! Putri mau berdo'a dan minta sama Allah supaya umi Ila mau bangun dan temenin Putri lagi." kata Putri yang membuat semua orang tersentuh.

"Fawwaz juga ikut yah."

"Ara juga."

"Mbak, sebaiknya mbak di sini aja, jaga bunda ya." kataku.

"Nggak, aku mau ikut ayah. Aku juga mau berdo'a buat kesembuhan adek."

"Tapi..." kataku terpotong oleh tepukan ringan dari mas Fahri.

"Pergilah Ra, biar aku yang jaga bunda."

"Nak, Arfan...? Mau tetap di sini atau..."

"Saya ikut Om." katanya kemudian.

"Fahri, ayah tinggal dulu. Titip bunda dulu ya."

"Baik ayah." kata mas Fahri sebelum kami keluar dari ruangan itu.

***

Aqila Pov

Aku berjalan tak tau kemana arah tujuanku, melewati rumah-rumah yang begitu sepi menurutku. Kemana semua orang pergi, kenapa mereka membiarkan rumah mereka tak berpenghuni. Aku berhenti saat melihat seorang pria keluar dari mobilnya. Aku senang, akhirnya dapat menemukan seseorang dari perumahan tak berpenghuni ini.

Kulangkahkan kakiku kembali ingin menghampirinya, tapi dia malah meninggalkanku, dan berlari menuju sebuah gang. Aku berlari mengikutinya, aku harus bertanya padanya dan keluar dari kota mati yang menyeramkan ini. Aku berhenti di salah satu gang yang di lewati pria tersebut.

'Tempat apa ini, kenapa gelap sekali. Kemana pria itu pergi, cepat sekali dia menghilang.'

Kususuri tempat sepi dan menyeramkan ini dengan penuh kehati-hatian. Aku terkejut saat melihat seorang gadis kecil yang duduk ketakutan dengan melipat kedua lutut pada tubuhnya.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang