Bab 18b

3.3K 193 16
                                    

Masih lanjutannya yang kemarin ya guys...!!

Selamat membaca...!!😊

***

Keberangkatan kami menuju Pondok An Najah kali ini entah kenapa terasa berbeda bagiku. Rasa gelisah tiba-tiba saja menghampiriku tak tau dari mana asalnya. Hanya istighfarlah yang dapat aku lakukan saat ini untuk menghilangkannya.

"Qil, kamu nggak papa kan...?"

"Ehh...?? Aku nggak papa kog. Oh iya, kita berhenti di toko depan itu ya Cha... Aku mau beli sesuatu buat Putri." kataku yang diangguki oleh Sasha.

Aku segera masuk ke dalam toko yang diikuti oleh Sasha. Entah kenapa ingin sekali rasanya aku membelikan sebuah hadiah untuk Putri. Kami segera keluar toko setelah menyelesaikan pembayaran. Namun mataku terpaku pada seorang ibu paruh baya yang ingin menyebrang. Segera aku berlari menghampirinya, dan...

Tiiinnnn.....!!!

Bugh

"Auuwwhh..." Aku bersyukur, kami hanya terjatuh di trotoar.

"Astaghfirullah, kamu nggak papa, Nak...?"

"Alhamdulillah, Qila nggak papa kog bu. Bagaimana dengan ibu...? Ibu baik-baik saja, dan tidak ada yang luka kan."

"Ibu nggak papa, Nak. Trimakasih ya Nak, kamu telah menyelamatkan ibu. Kamu gadis yang baik sekali. Untung tadi ada kamu yang menyelamatkan ibu, jadi ibu masih dapat bernafas dengan baik sekarang." kata ibu paruh baya itu.

Aku tersenyum menanggapinya. "Bu, berterima kasihlah sama Allah. Qila hanya perantara disini." kataku kemudian.

"Alhamdulillah, kamu memang gadis yang sangat baik dan sholehah."

"Aamiinnn... Oh iya, kalo boleh tau ibu tadi mau kemana...?"

"Ibu tadi habis belanja kebutuhan. Tapi waktu lewat sini jadi ingat cucu ibu. Jadi sekalian ibu beli hadiah buat cucu ibu."

Aku tersenyum melihatnya. Terlihat jelas kasih sayang dan perhatian seorang ibu kepada anak dan cucunya. "Hmm... Ibu tinggal dimana...? Mungkin kami bisa mengantarkan pulang." kataku saat Sasha mendekat kearahku.

"Trima kasih banyak Nak, atas tawarannya. Tapi sebentar lagi anak saya datang. Jadi kalian tidak usah repot-repot mengantar ibu, atau kalian mau mampir ke rumah ibu...?"

"Iya bu, trimakasih atas tawarannya. Insya Allah nanti kami mampir." jawab Sasha.

"Iya, ibu tunggu beneran lho kedatangan kalian."

"Iya bu... Insya Allah." kataku kemudian.

"Hmm... Bu, kami pamit dulu mau meneruskan perjalanan dulu." kata Sasha sambil mencium tangan ibu tersebut.

"Iya Nak... Hati-hati di jalan yaa."

"Iya ibu, kami pergi dulu ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Kami pun melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Perjalanan pagi di akhir pekan ini sungguh menyenangkan menurutku.

"Cha...?"

"Hmm."

"Kira-kira kalau akhir pekan begini anak-anak lagi ngapain ya...?"

"Yaa... Kalo pas aku kesana sih biasanya ada yang setor hafalan, belajar masak, bahkan ada lho sebagian dari mereka yang sampek ngerjain mbak Aish. Eh iya, sampek lupa. Kamu udah tau belum kabar tentang Putri...? Katanya sih dia sempet demam tinggi banget kemarin." kata Sasha membuatku terkejut.

"Innalillah, dia kenapa lagi Cha...?"

"Katanya mbak Aish dia kangen sama kamu. Dia sampek ngigau manggil-manggil kamu."

"Astaghfirullah, kenapa mbak Aish nggak kasih tau aku sih. Kan aku jadi merasa bersalah kalo gini." kataku sendu.

"Ya mungkin takut ganggu kamu kali. Kan kamu juga lagi ngurus acara di pesantren peninggalan kakek kamu."

"Iya sih. Tapi kan nggak harus begitu. Aku masih bisa kok menyempatkan datang kalo mbak Aish kemarin bilang. Kan disana masih ada Abang, mbak Fisya dan mbak Ara serta ayah yang ngurus."

"Iya juga sih. Tapi kata mbak Aish di pondok ada pengasuh baru yang merawat anak-anak."

"Pengasuh baru...? Siapa Cha...?" kataku penasaran.

"Aku juga belum tau sih siapa dia. Tapi yang jelas dia itu kesana ada tujuan lain."

"Tujuan lain...?"

"Yah seperti mencalonkan diri sebagai ibunya Putri mungkin."

"Maksud kamu...??" kataku bingung.

"Iya, bundanya Putri kan sudah meninggal. Jadi dia mendekati Putri karena ingin jadi ibunya." aku terkejut mendengar penjelasan dari Sasha barusan.

"Jadi, selama ini...?" kataku yang dibalas anggukan dari Sasha. "Tapi, tunggu. Darimana kamu tau kalo dia punya tujuan seperti itu."

"Mbak Aish."

"Mbak Aish bilang gitu...??"

"Nggak. Tapi mbak Aish bilang kalo dari sekian banyak anak di Pondok An Najah, cuma Putri saja yang jadi pusat perhatiannya. Jadi apa coba kalo bukan karena ada tujuan lain."

"Kamu ada buktinya...?"

"Nggak. Tapi feeling aku bilang iya."

"Kalo kamu nggak ada bukti jangan nuduh dia sembarangan. Bisa jadi dia seperti itu karena memang dia tulus banget sama Putri. Dan kalo kamu nuduh dia tanpa bukti, itu berati kamu udah su'udzon sama dia. Inget Cha, dosa lho nuduh orang itu."

"Iya, iya bu ustadzah...!! Nggak diulangi lagi. Betewe, kamu mau ikut masuk ke Pondok atau tetep di mobil. Udah nyampek ini." interupsi Sasha.

Aku segera keluar dari mobil sambil membawa hadiah yang kubeli untuk Putri tadi dan berjalan bersama Sasha menuju ruang prmbina.

"Cha, sepi banget. Anak-anak pada kemana sih...?"

"Biasanya kalo akhir pekan begini mereka lagi bermain di taman belakang." aku hanya ber oh ria. "Kamu kog senyum-senyum, ada apa Qil."

Aku tersenyum kepadanya. "Nggak papa kog. Aku hanya senang saja sebentar lagi bisa bertemu anak-anak, juga bertemu Putri kecil cantik dan menggemaskan. Aku ingin memberinya hadiah ini sebagai tanda permintaan maafku karena tidak bisa memenuhi keinginannya agar tetap datang di Pondok setiap hari."

"Aku rasa itu hanya akan menjadi sebuah mimpi bagimu...!!"

Braakkk...!!

***

Nah, loh... Ada apa ini...? Kenapa jadi ribut-ribut...? Ada yang tau apa yang terjadi disini...?😱

Penasaran...?? Ikuti terus yaa... Part selanjutnya Insya Allah, nggak akan lama. Hehe 😁

Tinggalkan voment yaa... Kritik dan sarannya ditunggu... Terimakasih...😊

Jangan lupa Al Qur'annya
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
😊

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang