Bab 45

3.2K 178 19
                                    

"Janganlah kamu merasa paling pilu, karena Allah selalu adil pada hambanya."

🌸🌸🌸

Jalanan kota pagi itu sedikit macet dari biasanya, karena ada perbaikan dan perluasa jalan raya. Namun hal tersebut tak akan mengubah niat Aqila untuk pergi ke rumah sakit.

"Dek...?"

"Iya bang...?"

"Kamu yakin dek akan ke sana sekarang...?"

"Abang, abang jangan khawatir yah. Adek nggak papa kog. Adek hanya ingin menjenguknya saja." kata Aqila meyakinkan abangnya.

Mobil yang di Kendarai Aqila dan abangnya pun telah tiba di parkiran sebuah rumah sakit. Mereka pun segera turun dan masuk ke dalam rumah sakit tersebut.

Aqila segera masuk dan mencari sebuah kamar rawat yang tadi sempat di tanyakan pada resepsionis di depan. Dan tak perlu waktu lama untuk mencarinya. Kini dia sudah ada di depan kamar tersebut.

Aqila menghirup nafas panjang dan menguatkan dirinya. Sedangkan Fawwaz yang melihat itu menggenggam erat tangan adiknya yang terasa sangat dingin itu. Dengan keyakinan yang ada pada dirinya, Aqila membuka pintu ruang rawat itu.

"Assalamu'alaikum." salam Aqila dan Fawwaz setelah membuka pintu ruang rawat itu.

Namun bukan jawaban yang di dapat oleh mereka berdua, melainkan tatapan benci dan permusuhan.

"Mau apa kalian datang kemari, hahh...!!" jawab pasien wanita yang tak lain adalah Sarah.

"Mbak, tujuan kami datang ke sini adalah__"

"Diam kamu...!! Aku benci sama kamu...!! Kamu adalah cewek sialan pembawa sial tau nggak. Dan aku tau, kamu datang kemari hanya untuk mengejek dan meremehkan aku, iya kan." kata Sarah penuh emosi.

"Astaghfirullah, mbak. Aku nggak ada niat seperti itu."

"Nggak, aku nggak percaya. Kamu adalah orang yang jahat. Gara-gara kamu dulu aku kehilangan teman-temanku, gara-gara kamu juga aku selalu celaka, dan gara-gara kamu, aku kehilangan cintaku." kata Sarah menangis pilu.

Aqila yang melihat keadaan Sarah saat ini bisa merasakan betapa berat beban hidup yang di terimanya. Dia kini tak bisa berbuat apa-apa, karena kakinya mengalami kelumpuhan akibat percobaan kabur yang di lakukannya. Aqila pun mendekat dan memeluk tubuh Sarah yang tak berdaya. Tak ada penolakan dari Sarah, dan mereka menangis bersama.

"Mbak... Aku benar-benar minta maaf sama mbak." kata Aqila setelah mengurai pelukan mereka.

"Mbak, aku memang nggak pernah ada maksud untuk membuat mbak di jauhi teman-teman mbak, aku juga nggak bermaksud untuk membuat mbak menderita, dan satu lagi, jika mbak memang benar-benar mencintai bang Zahir, aku akan bilang pada semua orang untuk membatalkan pernikahan ini." kata Aqila mantab.

"Dek, apa yang kamu katakan...?" protes Fawwaz tak terima.

"Bang, tolong jangan halangi aku. Karena aku nggak mau ada orang lain yang menderita di balik kebahagiaanku. Aku nggak mau hal itu terjadi bang, karena aku pasti akan sangat merasa sakit sekali." kata Aqila sedikit terisak pada abangnya.

"Tapi dek, apa yang kamu lakukan saat ini itu juga salah. Apalagi dengan keadaan Arfan yang sekarang. Kamu sama juga menyakitinya." kata Fawwaz frustasi.

"Tapi bang__"

"Qil, apa yang abang kamu katakan itu benar. Kamu akan menyakiti dia juga aku. Karena aku yakin dia pasti sangat membenciku."

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang