Bab 38

3.3K 168 12
                                    

"Ketika takdir telah mempertemukan dua hati yang terpisah, maka sunnatullah yang akan mengikatnya."

🌸🌸🌸

Praankk

Suara pecahan dari gelas kaca yang berasal dari seorang gadis menggema di ruangan itu, membuat orang yang berada di samping pelaku bergidik ngeri. Kilatan amarah tergambar jelas di wajahnya, dia menatap seorang yang memberinya kabar dengan penuh emosi.

"Kurang ajar...!! Dasar tidak becus...!! Menangani satu tikus saja kalian nggak bisa...!! Hah...? Percuma aku membayar mahal kalian, kalo cuma menyingkirkan satu orang saja tidak bisa." kata gadis itu pada orang suruhannya.

Seorang wanita datang menghampiri gadis itu, dan menyuruh anak buahnya segera pergi agar tidak terkena amukan adiknya.

"Sudahlah dek, tenangkan dirimu dulu. Tak ada gunanya juga kamu memarahi mereka." kata wanita itu menenangkan adiknya.

"Bagaimana caranya aku bisa tenang, kalo cewek sialan itu masih saja hidup di dunia ini, bahkan dia justru semakin dekat dengan Arfan. Gak... Aku nggak akan biarkan hal itu terjadi. Jika aku nggak bisa mendapatkan Arfan, maka cewek sialan itu juga nggak akan bisa mendapatkannya." racaunya, lalu bangkit dari duduknya, dan pergi dari ruangan itu, namun urung karena di tahan oleh kakaknya.

"Kenapa lo nahan gue mbak...!!" katanya kesal.

"Dasar bodoh...!! Kamu pikir menyingkirkan mereka itu semudah membalik telapak tangan, hah...? Dan kamu ke sana hanya dengan tangan kosong, ckck... Bodoh...!! Mau cari mati kamu, heh...?"

"Maaf." kata gadis itu lirih.

"Oke, di maafkan."

"Aarrgghhh... Terus gue harus gimana mbak." kata gadis itu mulai frustasi.

"Tenang, aku punya rencana." kata wanita itu pada adiknya, membuat sebuah senyum iblis muncul di bibir mereka.

***

Sebuah senyum terbit di wajah Fawwaz saat melihat adiknya yang terus tersenyum bahagia. Dia juga merasa senang, karena semua pemikiran buruknya tentang Arfan hanyalah sebuah kesalah fahaman saja. Dia berharap setelah ini tak ada lagi yang mengganggu keluarganya, terutama adik kesayangannya. Tapi, mengingat belum di ketahuinya dalang dari paket misterius itu, membuat Fawwaz masih di hantui oleh rasa was-was. Namun bagaimana pun caranya, orang itu harus segera di tangkap, tak peduli dia yang akan kena imbasnya. Karena baginya kebahagiaan Aqila adalah nikmat yang tak terhingga.

Fawwaz kemudian berjalan menuju di mana Aqila sedang bercanda bersama Azzam dan Adam. Namun langkahnya terhenti saat ayahnya memanggilnya dan memintanya untuk mendekat ke arahnya.

"Jadi, kenapa ayah manggil abang...?"

"Bagaimana kelanjutannya...?" kata ayah Faishal menatap kosong pada Aqila yang sedang bercanda bersama cucunya.

"Ayah tau...?" kata Fawwaz bingung, yang di balad senyuman oleh ayahnya.

"Kalian adalah anak-anak ayah, dan ayah yang mengasuh kalian sejak kalian baru di lahirkan. Itu kalo kamu lupa, bang."

"Tapi bagaimana bisa... Emm, maksudnya dari mana ayah tau...?"

"Harus banget ayah jawab ya...?" kata ayah Faishal yang di balas dengan gelengan oleh Fawwaz. Ayah Fawwaz menghela nafas panjang sebelum berbicara kembali.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang