Bab 16

3.3K 208 14
                                    

"Janganlah membelenggu hati dengan masalalu, pasrahlah karena Allah penggenggam hati sejati."

🌸🌸🌸

Arfan Pov

Sudah tiga hari aku kehilangan senyum indah di bibir Putri. Dia marah padaku setelah aku menolak keinginannya yang menurutku mustahil untuk kukabulkan. Bukan, bukan karena aku tidak berani untuk mencoba. Tapi, entahlah setelah peristiwa ta'aruf yang berujung dengan masuknya Abi ke Rumah Sakit. Secara tidak langsung telah membuatku enggan untuk melakukannya kembali.

Melihat Putri yang tidur sambil mengigau serta menyebut nama orang yang dipanggilnya Umi selain mbak Aish, tak urung membuatku penasaran akan sosok wanita itu. Siapa sebenarnya wanita itu, sehingga memiliki begitu besar pengaruh terhadap Putri. Tapi, melihat dia tidak datang ketika Putri membutuhkannya entah kenapa membuat diriku yakin jika permintaan Putri waktu itu mustahil aku penuhi.

"Sampek kapan kamu galau begitu, Fan...?"

"Ehh... Mbak Aish, sejak kapan mbak disitu."

"Sejak kamu ngelamun dan mikirin hal yang belum pasti terjadi."

Aku hanya bisa menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. "Putri udah makan mbak." tanyaku kemudian.

"Udah tadi sama Sarah. Sekarang dia lagi tidur." jawab mbak Aish. Hening sesaat menyelimuti kami.

"Fan...?"

"Iya mbak."

"Kenapa kamu nggak mencobanya dahulu. Dia itu gadis yang baik dan penyayang. Mbak kenal dia sudah lama. Siapa tau dia adalah jodoh yang Allah berikan untuk kamu." kata mbak Aish.

"Mbak, menikah itu bukan suatu hal yang bisa buat bahan percobaan mbak. Mungkin dia juga nggak setuju akan ide mbak tadi. Dan kalo mbak bilang dia baik dan penyayang, aku rasa semua wanita itu sama baik dan penyayangnya mbak. Kenapa, karena mereka itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Jadi, jika wanita itu baik dan penyayang itu merupakan satu paket."

"Iya, mbak tau Fan. Tapi, apa kamu tega melihat keadaan Putri seperti ini. Dia butuh kasih sayang seorang ibu Fan."

"Mbak, Putri juga bisa mendapatkannya dari mbak dan pengurus pondok. Lagian juga sekarang ada satu pengurus lagi, jadi dia bisa mendapatkan banyak kasih sayang." jawabku diplomatis.

"Fan, segitu dalamkah luka yang diberikan Rifa untukmu...?"

"Maksudnya...?"

"Fan, dengerin mbak...!! Fan, jangan hanya karena Rifa kamu menutup hati dan menyiksa dirimu sendiri, kamu juga berhak mendapatkan kebahagiaan. Fan, nggak semua wanita itu seperti dia. Masih banyak wanita cantik dan baik diluar sana."

"Yang cantik dan baik memang banyak mbak. Tapi yang memiliki kecantikan luar dalam itu langka." jawabku yang mulai frustasi.

"Iya Fan, mbak juga tau. Tapi, jika kamu nggak mau mencoba untuk mencari dan membuka hati, sampai kapan pun kamu akan tetap seperti ini." kata mbak Aish kemudian. Aku hanya menanggapinya dengan diam.

"Fan, mbak tau ini berat buat kamu. Serahkan semua sama Allah, dan coba fikirkan lagi apa yang mbak katakan. Janganlah kamu mengedepankan egomu, disini masih ada Putri yang membutuhkan perhatianmu." kata mbak Aish meninggalkanku.

Flashback

"Ayolah Fan, sekali ini aja kamu turuti Umi. Rifa itu gadis yang cantik dan baik. Dia juga sangat pintar. Umi kenal dia saat hadir di acara kajian kemarin. Dia itu gadis yang sangat sopan lho. Tipe-tipe mantu idaman deh pokoknya."

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang