Bab 31

3.4K 179 6
                                    

"Apa yang hilang dari kita, mungkin memanglah yang terbaik untuk kita."

🌸🌸🌸

Satu bulan telah berlalu, dan kini Aqila sudah di perbolehkan pulang setelah melewati perawatan paska koma. Perkembangan dan tekadnya untuk sembuh sungguh luar biasa. Hanya saja dia masih belum mampu mengingat kembali apa yang menyebabkannya masuk Rumah Sakit.

***

Aqila Pov

Hari ini adalah hari terakhir aku berada di Rumah Sakit ini. Sebenarnya aku ingin tau apa yang menyebabkanku masuk Rumah Sakit, tapi itu hanya sebuah angan. Karena setiap aku bertanya pada bunda, mereka semua kompak untuk diam dan menyembunyikan kebenaran dariku. Aku tak bisa mengingat apa yang terjadi padaku, bahkan aku tak tau siapa aku sebenarnya, yang kutau hanya dua malaikat penjagaku yang selalu menyayangiku, dialah ayah dan bundaku.

"Assalamu'alaikum... Selamat pagi  princess nya abang...!!" kata seseorang yang masuk ruang rawat dan langsung memelukku.

Sebenarnya aku agak risih dengan seorang pria selain ayah, tapi bunda bilang dia adalah abang kandungku. Fawwaz, itulah namanya. Mendengar nama itu aku merasa dia bukanlah orang yang asing, tetapi kenapa otak ini sulit untuk di ajak kompromi. Aku mencoba tuk mengingat kembali siapa aku sebenarnya. Tetapi nihil, justru kepalaku semakin pusing saat aku berusaha untuk mengingatnya.

"Dek, apakah kamu baik-baik saja? Apa yang sakit sayang, tolong bilang ke abang. Atau kepulangannya kita tunda dulu." katanya khawatir. Aku menggelengkan kepala dan tersenyum sebagai jawaban. Aku tak mau membuat khawatir dan menjadi beban bagi mereka lagi. Biarlah Allah yang menentukan takdirku, aku serahkan semua hanya kepadaNya.

"Nggak, aku baik-baik saja kog."

"Kamu yakin...?"

"Sangat yakin. Aku ingin pulang, aku ingin segera sembuh dan mengingat kalian kembali." kataku terisak.

"Iya, iya sayang, kita pulang. Kamu jangan menangis lagi ya, karena air matamu yang keluar membuat abang sakit." katanya sambil menghapus air mataku. Andai aku bisa mengingat siapa dia di masa laluku, aku pasti sangat bahagia sekarang.

***

Sudah tiga bulan lebih aku berdiam diri di rumah ini. Namun tak satupun yang dapat aku ingat kembali. Aman, hanya itulah yang aku rasakan saat ini. Aku tak tau kenapa aku merasa takut saat berada di luar rumah tanpa ayah di sisiku.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk membantu mengembalikan ingatanku, tapi tak ada satu pub yang berhasil. Mereka sudah berusaha, namun itu hanya sia-sia dan aku, entah apa yang terjadi pada diriku sebenarnya. Aku merasakan sebuah kerinduan pada sosok anak kecil. Tapi siapa dia sebenarnya, kebapa aku tak bisa mengingatnya.

"Putri bunda kog melamun...?"

"Ehh... Bunda, sejak kapan bunda di sini, kog aku nggak tau."

"Belum lama kog sayang. Oh iya, kamu kenapa melamun sayang...? Apakah ada yang mengganjal di pikiranmu...?"

"Nggak kog bunda, aku nggak lagi mikirin apa-apa kog." kataku tersenyum. Maafkan aku yang berbohong bunda, tapi jujur aku sendiri masih bingung dengan diriku sendiri, batinku.

***

Arfan Pov

Aku berkali-kali membuang nafas dan mengusap wajahku kasar. Aku benar-benar bingung dengan diriku sendiri. Bahkan setelah mengetahui kebenaran itu, kebenaran bahwa Asma dan Aqila adalah orang yang sama, dialah orang yang menjadi sumber dari semangat anak-anak pondok An Najah, dan kini dia terbelenggu dalam kegelapan tak berujungnya.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang