Bab 46

3.2K 179 20
                                    

"Janganlah kamu bersedih, karena Allah ada bersamamu."

🌸🌸🌸

Keadaan ruangan itu begitu sepi. Tak ada salah satu dari mereka yang angkat bicara, karena kondisi Arfan yang begitu memilukan. Akhirnya umi Niswa pun mendekat ke arah ranjang pesakitan. Dia merasa sedih sekali mengetahui keadaan putra kesayangannya saat ini.

"Umi...? Apakah itu engkau, umiku sayang...?" kata Arfan.

"Iya, nak. Umi ada di sini." kata umi Niswa menahan isak tangisnya.

"Umi...?"

"Iya, Fan...?"

"Bagaimana keadaan Aqila, umi...? Dia baik-baik saja kan...?" tanya Arfan pada uminya. Namun umi Niswa tidak bisa menjawabnya, lalu menyuruh Aqila mendekat bersama Fawwaz di sana, dan umi Niswa mundur beberapa langkah.

"Umi...?"

"Bang Zahir...?" hanya itulah kata yang bisa keluar dari bibir Aqila. Karena rasa bersalah dan sedih kini menggerogoti dirinya.

"Aqila...?"

"Iya, bang...?"

"Kamu sudah mengingatku...?"

"Iya, bang. Aku sudah mengingat semuanya."

"Qil, aku minta maaf sama kamu. Aku telah banyak salah sama kamu di masa lalu, bahkan kesalahanku tak termaafkan...," kata Arfan terjeda.

"... Qil, aku senang sekali mendengar kamu baik-baik saja. Tapi, kini aku sadar, aku memang tak pantas untuk gadis sempurna sepertimu. Jadi aku rela jika kamu pergi dariku dan membatalkan pernikahan kita. Karena kamu berhak bahagia, dan bukan hidup bersama pria cacat sepertiku." kata Arfan, membuat Aqila menangis bersedih.

"Bang, aku sudah memaafkanmu dan aku menerima khitbahmu waktu itu bukan karena keadaanku yang tak mengingatmu. Tapi karena aku telah memasrahkan semuanya pada Allah... Jadi apapun yang terjadi setelahnya itu tak akan merubah keputusan itu." kata Aqila sambil menghapus air mata yang keluar dari matanya.

"Tapi, aku tak sempurna Qil, aku cacat. Aku nggak mau kamu menderita dan menyesal karena menikah denganku."

"Aku nggak peduli dengan itu bang. Dan aku mohon jangan halangi aku. Aku akan merasa sangat bersalah padamu, karena kamu menjadi seperti ini karena menolongku." kata Aqila terisak, dan Arfan tersenyum mendengarnya.

"Aaakkhhh..." teriak Arfan, membuat semua orang panik kecuali Fawwaz yang memandang Arfan dengan tatapan aneh sejak tadi.

"Arfan...!! Arfan...!! Kamu kenapa, nak...?" tanya umi Niswa panik.

"Aakhhh... Umi, sakit..." rintih Arfan kesakitan.

"Arfan, kamu kenapa, Nak... Ya Allah..." kata umi Niswa sambil menangis.

"Umi...?"

"Iya, nak. Umi di sini."

"Cahaya apa itu umi... Kenapa terang sekali." kata Arfan dengan nafas terengah dan pandangan tertuju pada Aqila yang masih terisak.

"Ya Allah... Fan, kamu kenapa...? Umi mohon jangan seperti ini." kata Umi Niswa terisak, membuat semua orang panik.

"Umi, siapa cahaya itu...? Apakah dia yang datang untuk menjemput Arfan...?" kata Arfan lirih dengan nafas yang masih terengah.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang