Bab 8

4.3K 270 12
                                    

"Terkadang kenyataan tak seindah angan, karena hanya skenario Allah yang terbaik."

🌸🌸🌸

Flashback

Senja di ujung barat mengiringi langkah kepulanganku dari pondok An Najah. Melepas rasa lelahku setelah seharian berkutat dengan materi perkuliahan, kusempatkan untuk mengajar anak-anak pondok An Najah. Setidaknya membagikan ilmu yang kupunya dengan adik-adik yang menggemaskan sekaligus melepas lelahku.

"Assalamu'alaikum, Bunda, Ayah, adek pulang." salamku setelah sampai dalam rumah.

"Wa'alaikum salam." jawab seseorang di ruang tamu.

Aku tersenyum kikuk saat mengetahui bahwa ada orang lain di rumahku.

"Udah pulang La." kata orang itu.

"Eh, udah kak. Oh iya, abang mana kak...?"

"Selamat datang adek kecil...!!" Wah, panjang umur nih orang, baru aja dicariin udah muncul aja.

"Ishh... Abang nggak usah lebay deh. Main peluk-peluk aja. Emang aku teletubies apa...!!"

"Ailah... Masak peluk adek ndiri nggak boleh sih...!!" katanya sambil mengacak jilbabku.

"Bang...!! Ishhh....!!"

"Hahaha... Yaudah sana masuk dulu. Abang mau kedepan cari makanan. Bunda sama Ayah di pesantren tadi katanya."

"Iyaa..." jawabku malas.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar saat abang menghilang dibalik pintu. Namun langkahku terhenti saat seseorang memanggil namaku.

"Ila...?"

"Eh, iya kak. Ada apa...?"

"Gimana kuliahmu hari ini...?"

"Alhamdulillah, lancar."

"Hmm... La...?"

"Iya."

"Aku mau ngomong sesuatu..."

"Iya, silahkan."

"Aku... Aku mau bilang kalo..."

"Iya kalo...?"

"Kalo... Aku... Aku..."

"Hehehe... Ya ampun. Ngomong aja kali kak...!! Nggak usah gugup gitu."

"Hehehe... Keliatan banget ya...?"

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Kami tertawa sebentar menyadari ketegangan suasana saat ini.

"Oh ya, kakak tadi mau bilang apa...?"

"Hmm... Aku suka sama kamu." sontak hal tersebut membuatku kaget.

"Hehehe... Kak Faris kalo bercanda jangan aneh-aneh gitu deh."

"Nggak, La. Aku nggak bercanda, Aku serius. Aku bener-bener suka sama kamu." katanya. Dan entah kenapa lidahku merasa kelu untuk menjawabnya.

"La...?" panggilnya lembut.

"Iya kak...?"

"Aku serius dengan ucapanku. Aku suka sama kamu. Aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku." katanya menatapku dalam.

"Kak...?" aku sungguh terkejut dengan ucapannya yang tiba-tiba.

"Ssssttt... Nggak usah kamu fikirkan ucapanku tadi. Tapi, tunggulah sebentar lagi, aku akan datang ke Ayahmu untuk memintamu menjadi pendamping hidupku." katanya mantap. Sontak itu membuat wajahku memanas.

"Emm, Kak...? Aku ke dalam dulu ya. Udah sore ini mau mandi." kataku pergi menjauh darinya.

Flashback off

"Ila, tunggu...!!" kata bang Fawwaz saat aku hendak melangkah pergi.

Sejenak bayangan masa lalu terlintas di benakku. Aku terisak pelan mengingat kata-kata manis dan janji yang diucapkannya dulu. Namun, dia menghilang bak di telan bumi setelah kejadian itu. Membiarkan aku berharap lebih dan meninggalkanku begitu saja tanpa kepastian.

"Tunggu sebentar dek, jangan pergi. Dengarkan penjelasan abang."

"Apalagi yang harus adek dengarkan bang...!! Hiks... Semua sudah jelas...!! Dia... Dia telah mengingkari janjinya sendiri. Sakit bang... Hiks... Sakit... Adek sudah terlanjur kecewa bang... Hiks... Adek kecewa...!! Dan... Dan kenapa abang malah menyembunyikan kebenaran itu dari adek...!! Membiarkan adek berharap pada orang yang bahkan nggak bisa memberi harapan pada adek...!! Kenapa bang...? Kenapa...? Segitu buruknya kah adek bang dimatanya. Hingga dia tega melakukan itu pada adek...? Jawab bang...!!" akhirnya kata-kata yang ada di benakku keluar juga.

"Dek, tenangkan dirimu dulu..." kata bang Fawwaz sambil memelukku erat.

"Bang... Hiks... kenapa... Kenapa dia harus kembali...?"

"Dek... Dengarkan abang...!!" kata bang Fawwaz menaikkan suaranya, membuat aku terdiam.

"Dek...? Sekarang abang tanya sama adek..." aku hanya bisa terisak di pelukan abangku.

"Dek...? Kakak mana sih yang tega melihat adiknya sakit...? Hmm...? Dek... abang nggak kasih tau kamu bukan karena abang tega sama kamu. Kamu fikir abang diem saja liat adek abang disakiti...!! Nggak dek...!!"

"... Dek, abang nggak kasih tau kamu karena abang nggak tega dek, abang sayang sama kamu. Abang nggak rela liat kamu menangisi cowok seperti dia dek. Air mata yang keluar dari matamu begitu menyakitkan bagi abang. Simpan air matamu itu sayang, air matamu terlalu berharga hanya untuk menangisinya." kata bang Fawwaz sambil menghapus air mataku. Memelukku kembali menyalurkan ketenangannya.

Mendengar penjelasan dari bang Fawwaz hatiku merasa lebih tenang. Aku hanya bisa mengangguk dalam pelukannya sebagai jawaban, menyisakan isakan-isakan kecil yang masih lolos dari bibirku.

"Ya Allah terima kasih, Engkau telah mengirimkan malaikat yang selalu menyayangiku. Aku berjanji nggak akan serakah lagi dalam meminta. Hanya kebahagiaan mereka yang aku minta." kataku dalam hati.

***

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Maaf baru up, wp error kemarin dan tidak bisa dibuka... 😢

Semoga nggak bosan dengan karya amatir ini yaa... Trimakasih pada kalian yang menyempatkan baca ceritaku ini... Moga bisa bermanfaat...😊😊

Jangan lupa vomment yaa... Kritik dan saran kalian saya tunggu... 😊

Jangan lupa baca Al Qur'an
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Antara Hati dan Iman ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang