Hari ini Ryan berangkat ke sekolahnya seperti biasa, hanya saja kali ini ia pergi menggunakan mobil yang tak terpakai di rumah.
Alasannya? Tentu saja karena Rendi dan Aldi yang menginap semalam. Ryan menyetel lagu di mobilnya untuk mengusir kebosanan mereka.
"Everybody gets high sometimes you know, what else can we do when were feeling low...." Ryan mengikuti lirik lagu itu.
"So take a deep breath and let it go, you shouldn't be drowning on your own...." Sambung Rendi.
"And if you feel your sinking i will jump right over, into cold cold water for you...." Diteruskan Aldi.
"And altought time may take us into different places, i will still be patient with you.... And i hope you know, i won't let go...." Lanjut mereka bersama-sama.
Begitulah seterusnya, hingga mobil milik Ryan berhenti ditempat parkiran gedung sekolahnya. Ketika ia keluar, pekikan siswi-siswi disana mulai terdengar.
"Eh, kalian ke kelas dulu ya gue mau ke Pak Tomo...." Rendi dan Aldi hanya mengangguk.
Mereka tau rutinitas Ryan setiap pagi, mengantarkan sarapan untuk Pak Tomo. Ia mengedarkan pandangannya di pos satpam, dan ia menemukan Pak Tomo disana.
"Pagi Pak Tomo!" Sapanya seperti biasa.
"Eh, pagi Ryan!" Balas Pak Tomo sembari tersenyum kearahnya.
"Pak maaf ya, Ryan nganterin sarapannya telat."
"Ga papa kok, bapak malah seneng Ryan mau nganter sarapan buat bapak setiap pagi. Jujur, sebenernya Ryan gak usah repot-repot nganterin makanan buat bapak...." Ucap Pak Tomo panjang lebar.
Ryan menggeleng pelan, "Pak, itu udah kewajiban Ryan.... Bapak kerja dari pagi sampe sore, kalo Ryan gak bawain bapak makanan belum tentu bapak juga sempet sarapan kan?"
Pak Tomo memandang Ryan dengan tatapan yang sulit diartikan, ia diperlakukan berbeda oleh seorang anak dari orang yang mempekerjakannya. Terlebih anak itu berasal dari kalangan berada.
Setiap hari selalu diantarkan sarapan oleh Ryan, terkadang ia juga diberi sejumlah uang dikala ia butuh pinjaman. Tapi Ryan malah memberinya uang tanpa harus mengembalikannya.
"Makasih ya. Bapak beruntung bisa ketemu anak kaya Ryan."
Ryan tersenyum, "Ryan juga beruntung bisa ketemu sama Bapak.... Ryan ke kelas dulu ya Pak, asalamuallaikum...."
"Walaikumsallam...."
•°•°•°•°•
Ryan melangkah santai menuju kelasnya, tanpa ia sadari dari arah belakang sesosok gadis tengah berlari kencang kearahnya. Dan,
Brukkkk....
Gadis itu menubruk punggung Ryan, karena tak siap Ryan akhirnya terjatuh sama dengan gadis itu. Bedanya, ia jatuh dengan posisi telungkup sedangkan gadis itu jatuh terduduk.
"Shhhh...." Ringis Ryan pelan, ia mencengkram erat dada kirinya.
Gadis itu bangkit dari posisi jatuhnya, dan menghampiri Ryan segera. Ia membantu Ryan yang tampak tengah kesulitan berdiri.
"Eh, sini aku bantu!"
Gadis itu membantu Ryan berdiri, serasa Ryan cukup seimbang. Gadis itu memapah Ryan untuk duduk disalah satu kursi di lorong koridor utama.
"Maaf ya, tadi aku gak sengaja. Mana yang sakit? Apa aku panggil anak pmr aja? Atau guru? Atau-" Pertanyaan gadis itu terpotong oleh Ryan yang lebih dulu menyela ucapannya.
"Gue gak papa, tadi cuma terlalu keras kena lantai...." Jawab Ryan tersenyum tipis.
Gadis tadi terpaku ditempatnya, senyuman Ryan seolah mengunci pergerakannya. Ia menatap manik mata biru kristal milik Ryan.
"Hey!"
Gadis tadi tersadar akan lamunannya, ia memalingkan wajahnya. Sekilas semburat merah menghiasi pipinya.
Ryan tertawa pelan, "gue tau kok gue ganteng, jangan diliatin mulu."
Gadis tadi hendak membalas perkataan Ryan, tapi lagi-lagi Ryan memotong ucapannya.
"Lo chocolovers ya?"
Gadis tadi menatap Ryan dengan kening berkerut.
'Kok dia bisa tau?' Batinnya.
"Lo pake tas warna cokelat, jam tangan warna cokelat, pita rambut warna cokelat, sepatu warna cokelat, sampe-sampe rambut lo juga warna cokelat." Ucapan Ryan seolah menjawab pertanyaannya.
"Eh, i-iya...." Ucap gadis itu kikuk.
"Tapi tunggu, lo gak sengaja warnain rambut lo jadi cokelat kan?"
Ekspresi gadis itu berubah, "enak aja. Rambut gue ini warna cokelat asli! Gue itu cewek blasteran indo-inggris tau. Seenak jidat lo aja ngatain gue! Lo kira gue sampe segitunya apa?!" Cercah gadis itu marah.
Ryan terkekeh, "lo kalo lagi marah lucu, ya? Jangan-jangan lo lagi pms!"
Gadis tadi menggembungkan pipinya kesal. Baru saja ia ingin membalas Ryan, namun bel berbunyi membuatnya harus mengurungkan niat. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ryan.
"Jujur, gue males ngeladenin orang kaya lo. Tapi, urusan kita belum selesai...." Bisiknya sebelum melangkah pergi.
Ryan terdiam, jantungnya berdetak lebih kecang daripada sebelumnya. Baru kali ini ia dekat dengan perempuan, apalagi wajah mereka tadi hampir bersentuhan.
'Gue kenapa ya?' Batinnya bertanya.
Belum sempat ia melangkah pergi, ia menemukan satu buah note kecil tergeletak di tempat gadis itu terjatuh tadi.
"Eh, inikan...."
•°•°•°•°•
Read next chap➡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...