Mereka mulai mengintai setiap sudut gedung itu, mereka harus awas. Seseorang menyeludup melalui pintu belakang, tak lama terdengar suara jeritan. Bisa dipastika itu seorang gadis.
Jantung Mama Tena serta Papa Rio berdetak kencang. Mungkinkah itu Nia? Atau, Leta?
"Lapor, bagian 1"
"Pusat siap. Ada apa?"
"'Dia' memang yang terduga, Pak. 'Dia' menuju pintu utama."
"Awasi, dan laksanakan rencana awal."
"Siap."
"Hitungan ketiga kalian berdua siap."
Dirga dan Ezra mengangguk, berselang hitungan ketiga saat pintu utama gedung itu terbuka mereka berlari kearah seorang pemuda yang berdiri disana.
"Berhenti disitu!"
Mereka berhenti 5 langkah dari pemuda itu. Mereka terkejut ketika melihat pisau lipat berlumuran darah pemuda itu keluarkan dari sakunya.
"Apa yang lo lakuin???!!!"
Abi tertawa sinis, "cuma memakan hidangan pembuka, nikmat tapi terlalu sebentar."
Ezra menggeram kesal, "bangsat!!!"
Ia hendak maju, namun Dirga menahannya.
"Lo apaan sih, Ga?!! Lepas!!!"
"Diem! Lo gak liat dia bawa senjata?! Lo mau mati sia-sia, hah?!"
Ezra terdiam, namun matanya berkilat amarah.
Abi kembali tertawa sinis, "penakut."
"Lo yang penakut bego!!! Main belakang!!!"
Tanpa aba-aba ia menerjang Abi, namun berdampak buruk. Lengan kanannya tergores pisau cukup dalam.
"Lemah!"
"EZRA!!"
Abi mundur beberapa langkah ketika melihat ayah Vito dan yang lainnya berlari menuju Ezra.
"Kamu gila?!"
Abi menyeringai sinis, "saya? Saya gila karena anak anda! Karena dia, adik saya meninggal!"
"Apa yang kamu bicarakan?"
"Anak anda membunuh satu-satunya orang paling berharga dihidup saya!!"
Ayah Vito mengernyit, "orang tuamu?"
"Anda lupa siapa orang yang telah berkerja dulu pada perusahaan anda di Bali? Lalu dengan teganya anda memecat mereka karena uang di kantor sebagian hilang."
Ayah Vito ingat, sosok pria dan wanita paruh baya yang sampai saat ini masih ia ingat wajahnya. Namun, kedua orang itu telah meninggal sejak 4 tahun yang lalu.
"Anda kembali menghubungi mereka ketika anda baru mengetahui pelaku sebenarnya. Namun, karena anda mereka kecelakaan dan meninggal!"
"MEREKA ORANG TUA SAYA!!"
Nafas Abi memburu, tangannya terkepal erat. Tak peduli jika bagian tajam pisau itu menyayat telapak tangannya.
"Saya akhirnya diangkat menjadi anak oleh orang tua saya yang sekarang. Tapi, kalian terus menyiksa saya! Ezra membunuh Putri!"
Ayah Vito mendaratkan satu pukulan pada wajah anak itu, "BRENGSEK!! Maka dari itu, kamu menculik anak saya juga mereka?!"
Abi tertawa sinis sembari mengusap darah disudut bibirnya, "kalo iya emang kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...