Tok.... Tok....
Leta membuka matanya perlahan, gelap. Ia baru sadar ia tertidur, dilihatnya kaca jendela pintu. Tampak seorang pemuda terlihat dibawah cahaya lampu jalan, leta melirik sekitar. Tempat ini sepi.
Apakah dia penjahat? Perampok? Atau.... Leta tak mampu menjelaskannya. Ia pindah dikursi samping pengemudi, ia ketakutan sekarang.
Pikirannya bimbang, haruskah ia membuka pintu? Atau melihat saja? Ia membuka layar handponenya. Pukul 09.30, ini sudah terlalu malam. Ia bermaksud mencari bantuan dengan menekan icon panggilan, namun sedetik kemudian handponenya mati.
"Sial! " umpatnya.
Sekarang, ia harus bagaimana? Ketukan kaca jendela itu semakin keras. Diiringi suara panggilan berat khas pemuda.
"Leta."
Tunggu, leta merasa familiar dengan suara ini. Kalau tidak salah,
"Ta, buka pintunya! Ini gue, dego! "
Leta bernafas lega, ia kira pemuda itu seorang penjahat. Ia segera membuka pintu mobil, sementara dego melongok dari luar.
"Lo ngapain disini? Ini udah malem ta."
Leta terdiam, sedetik kemudian isakannya kembali terdengar. Dego panik, ia segera masuk ke mobil dan menutup pintu.
"Hey, what's wrong? "
Leta langsung berhambur memeluk dego, entahlah instingnya berkata bahwa ia butuh sandaran sekarang.
"I'm here, don't worry.... "
Dego mengusap pelan rambut leta, isakannya semakin lama semakin pelan.
"Udah.... Kakak disini.... "
Leta menggeleng pelan, sementara dego menatapnya bingung.
"Ada masalah apa ta? "
Leta tak menjawab, ia semakin mempererat pelukannya pada dego. Dego tersipu.
"O-oke kalo l-leta gak mau cerita.... G-gak papa.... "
Dego mengalihkan perhatiannya, jantungnya terasa berdebar. Dan ia yakin, leta pasti merasakan itu. Leta meregangkan pelukannya, kemudian mendongak.
"Maaf kak, baju kakak jadi basah" ia menunduk.
Dego tersentak, "e-eh, gak papa kali ta.... Gue paham, kok.... "
Leta terdiam, menatap kosong ke bawah. Namun, air mata tetap mengalir dipipinya.
Dego mengangkat wajah leta, "hey, jangan nangis.... "
Ia mengusap air mata itu, hati leta menghangat. Ia merasa nyaman, kemudian ia mengukir senyum tipis.
"K-kak, makasih ya.... "
"Untuk? "
"Udah ada buat leta.... "
Dego tersenyum, "iya, yang penting sekarang leta jangan nangis lagi. Jelek tau."
Ia menjawil hidung mancung milik leta, sang empu justru menepisnya pelan.
"Apaansih kak? Jelek-jelek, gini-gini gue primadona tau!"
Dego menahan tawanya, "primadona apaan? Mata udah kaya panda gitu, muka pucet kaya mayat, zombie kali ah.... "
"Ish, kakak! "Leta memukul dego.
"Hahaha.... Iya-iya.... Eh, udah makan belum? "
Leta terdiam sejenak, "u-udah.... "
Tiba-tiba,
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...