Ryan melangkah santai menuju kelasnya. Ia tersenyum ketika dirinya melewati kumpulan siswi adik kelasnya. Ia selalu berharap ini semua terus berlangsung dalam waktu yang lama, namun entahlah.
'Dua hari, tinggal dua belas hari lagi.'
Itulah kalimat yang terucap dalam benaknya. Ia tak yakin bahwa operasi itu akan berhasil. Perlu kalian tau, isi amplop itu menyatakan bahwa penyakit Ryan berlanjut pada tahap berikutnya.
Ada calon pendonor di Amerika. Namun, belum dipastikan Ryan akan mendapat donor itu. Calon pendonor diketahui adalah seorang korban kecelakaan maut yang terjadi disana. 2 bulan terakhir, ia koma dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan kesembuhannya.
Pihak Rumah Sakit menyatakan bahwa jika 2 atau 4 minggu setelahnya tak ada perkembangan, pihak Rumah Sakit akan lepas tangan. Berhubung Dr. Rio adalah pemilik Rumah Sakit itu, ia menghubungi pihak keluarga.
Beruntung pihak keluarga setuju, sebenarnya keluarga sudah mengikhlaskan namun ada salah satu anggota keluarga yang masih berat untuk melepaskan. Dan pada akhirnya mereka tinggal menunggu waktu sesuai dengan perjanjian.
"Ryan!"
Ryan berbalik, tampak Dirga tengah berlari kearahnya. Ia mengernyit bingung, kalau Dirga menemuinya pasti ada hal penting.
"Lo sendiri?"
Ryan menangguk, "iya, emang kenapa?"
Dirga tersenyum, "gak papa. Ikut gue yuk!"
"Kemana?"
Dirga tak menjawab, ia terus tersenyum sembari menarik lengan Ryan untuk mengikutinya. Sementara Ryan hanya bisa pasrah.
S
K
I
PRyan melebarkan mata tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Halaman belakang sekolah yang selalu ia kunjungi dulu kini berubah menjadi sebuah taman cantik.
Pohon tempatnya sering bersandar dulu kini berubah. Kursi taman ada dibawahnya dengan bunga-bunga cantik ada disebelah kanannya.
"Ini maksudnya apa?"
Dirga tersenyum, "kita tau lo suka ke tempat ini. Maka dari itu, kita minta pihak sekolah buat dekor tempat ini."
"Serius?"
Dirga tetap tersenyum sembari mengangguk.
"Tunggu, kita?"
"Ya, gue sama-"
"Selamat datang Ryan!"
Ryan hampir berjingkat kaget saat seseorang menepuk bahunya kencang. Kini, yang dilihatnya adalah sosok Dirga, Mela, Aldi, Rendi, dan Ezra. Mereka semua tersenyum kearahnya.
"Kalian?"
"Iya, gue tau lo akhir-akhir ini banyak pikiran, sedih, lo juga jadi pendiem. Gue sama yang lain ada inisiatif buat hibur lo. Dan, jadilah taman ini."
"Lo harusnya gak perlu repot-repot bang. Gue emang sedih, tapi gak perlu kalian hibur sampe kek gini. Cukup kalian ada disamping gue aja, gue udah seneng."
Ezra tersenyum, "gak papa, yang penting mulai saat ini lo harus janji. Tetap semangat! Dan tetap jadi Ryan yang dulu."
Ryan tersenyum sembari mengangguk mantap, "pasti."
•°•°•°•°•
"Ta."
"Iya?"
"Prom night besok, kamu bareng aku ya?"
Kening Leta berkerut, "maksudnya?"
"Ya, kamu jadi pasangan aku."
Leta tertawa kecil, "pastilah kak. Kalo gak sama kakak, aku sama siapa lagi? Lagipula, aku kan udah sama kakak."
Dego menatap Leta tak percaya, "kamu, udah bisa terima kakak?"
Lagi-lagi Leta tertawa, "ya iyalah kak, gak selamanya aku harus menetap sama satu hati yang bahkan sekarang sama sekali gak peduli."
Dego tersenyum tipis, "makasih Ta. I love you."
Leta tersenyum, "love you too."
Tanpa mereka sadari seseorang menatap mereka tajam. Kedua tangan orang itu mengepal.
"Lo keterlaluan Ta, Ryan udah berusaha keras buat bertahan demi lo. Dan lo? Pergi gitu aja. Bitch!"
Orang itu langsung pergi menuju halaman belakang sekolah.
•°•°•°•°•
"Selamat siang semuanya! Sekedar mengingatkan, untuk prom night besok kita ngadain kontes untuk seluruh angkatan. Adik kelas maupun kakak kelas boleh ambil bagian dalam acara ini. Dan, untuk pesta dansa yang akan digelar. Saya harap, kalian sudah menemukan pasangan masing-masing."
"Siapapun yang ikut di pesta dansa nanti, itu bebas tanpa ada paksaan. Dan pemenangnya, akan mendapat gelar King and Queen sekolah tahun ini!"
"And the last, berhubung besok adalah hari peringatan ulang tahun sekolah yang ke sepuluh kita akan mengadakannya super meriah! So, jangan sampai tertinggal dan sampai jumpa di acara besok guyss!"
Suara tepuk riuh terdengar sebelum kerumunan siswa membubarkan diri dari lapangan.
"Tika!"
Tika berbalik, "eh, lo La. Kenapa?"
"Lo kemana aja sih? Kita nungguin lo di taman belakang sekolah."
"Oh, tadinya gue mau kesana. Tapi, ada pengumuman ya gue kesini lah."
"Lah, lo belum tau emang?"
"Ya, gak gitu. Gue penasaran aja, oh ya La lo gak berminat gitu jadi King and Queen sekolah tahun ini? Secara, tahun kemaren kan lo sama Aldi kalah."
Mela mencebikkan bibir kesal, "bomat ah. Si kunyuk itu aja yang bege, dansa kok kaya itik. Pantatnya aja yang goyang-goyang."
Tika tertawa, "dia mah gak bakal bisa La. Terus, besok mau ikut?"
"Entahlah. Mungkin."
"Udahlah urusan itu mah gampang. Tapi, lo jadi saingan gue besok."
Mela melebarkan matanya, "sumpah ini lo? Yang gue tau ya, Tika itu paling anti ama yang namanya dress apalagi dansa. Gimana coba kalo dia dansa besok? Gak jatuh terus tuh?"
"Ish, Melaaaaa!"
Keduanya berlari, tepatnya saling mengejar. Tanpa mempedulikan omelan siswa-siswa yang tak sengaja tetabrak oleh mereka.
~°~°~°~°~
Hai!
Disini aku mau ngucapin permintaan maaf.
Ini chap terakhir sebelum aku hiatus, mungkin sampai dua minggu atau lebih.
Sekali lagi maaf, aku harap kalian tetep nunggu ya bye....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...