Matahari kembali menampakkan sinarnya. Warna kelabu kini berganti dengan warna cerah. Membangkitkan semangat sang permata yang sempat menyerah.
"Adek mau dianter?"
"Gak usah yah, Ryan berangkat sendiri aja."
"Bareng sama Aldi aja dek, kalo gak sama abang."
"Gak usah bang, Ryan berangkat ya. Assalamuallaikum...."
"Walaikumsallam...."
Ryan menenteng skateboardnya lalu mulai menaikinya menyusuri jalanan komplek. Aldi dan Rendi sepertinya belum berangkat, mobil Aldi masih terparkir dihalaman sebrang rumahnya.
Ryan menggerakan skateboardnya kesana-kemari. 2 minggu, kini yang ada difikirannya hanyalah 'apa yang akan ia lakukan dalam waktu sedekat itu?'
Ia menggelengkan kepala perlahan, kepalanya serasa pusing saat memikirkan hal itu.
Tak berselang lama, dirinya sampai di gerbang SMA itu. Ia tersenyum ketika bodygoard ayahnya menyapa dirinya.
"Ryan!"
Ryan berbalik, oh itu poppy. Anak sekelas Mela, Tika, dan.... Ah, ryan tak ingin memikirkan nama itu.
"Kenapa Py?"
"Mela sama Tika nungguin lo di kelas."
"Oh, lo mau ke kelas juga atau...."
"Gue ada urusan, gue duluan ya. Bye...."
Ryan melambaikan tangannya, ia menitipkan skateboardnya di pos satpam lalu melangkah menuju kelas.
Entah mengapa semangatnya menurun, mungkinkah karena Leta tak bersamanya(?) oh, ayolah mengapa hal itu terus terbayang dipikirannya?
Dengan langkah santai ia menuju kelas Tika dan Mela. Langkahnya terhenti ketika melihat sosok Leta dan Dego yang berjalan berlawanan arah dengannya.
"Mau apa lo kesini?"
"Ada urusan."
Dego tersenyum miring, "jangan bilang lo mau ngedeketin Leta lagi?"
"Gak. Sekarang itu udah bukan urusan gue, toh Leta sekarang udah jadi milik lo kan?"
Leta menatap punggung Ryan sendu. Entah mengapa perasaan sesak kini menjalar didadanya. Ada semacam rasa gejolak dari hatinya.
"Kamu sekarang liat kan ta? Dia udah gak peduli sama kamu, move on lah...." Dego merangkul bahu Leta.
Leta hanya tersenyum tipis,
'Apa ini waktunya gue lupain lo yan?' Batinnya bertanya.Mereka melangkah memasuki kelas. Yang mereka lihat kini Ryan tengah tertawa bersama Tika dan Mela.
"Kamu belajar yang bener, ya? Nanti aku yang nganterin kamu pulang, istirahat nanti temuin aku di taman belakang."
Ketiganya menoleh kearah mereka berdua. Tangan Tika mengepal, sebenarnya rasa kesal telah menjalari hatinya ketika ia tau masalah tentang Ryan, Leta, dan Dego.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...