{ryan brother?}👬

1.8K 99 0
                                    

Leta sampai ditempat dimana abi memintanya untuk bertemu. Jam menunjukkan pukul 04.30, itu artinya lima belas menit ada udah ia menunggu. Ketika bel pintu masuk berbunyi, leta dapat melihat sosok yang tengah berdiri disana.

Ketika mengetahui siapa sosok itu, leta langsung mengangkat tangannya ke udara seolah memberi isyarat. Ketika pandangan sosok itu berhenti padanya, ia menghampirinya.

"Udah lama ta? "

"Lumayan, kakak sendiri? Kok ketemuannya disini? "

"Iya, kakak sengaja ngajak kamu ketemuan disini. Karena, emang iyan ada disekitar sini."

Kedua mata leta membulat sempurna, "kakak serius? Sekarang dia dimana? "

Bukannya menjawab, abi malah terdiam. Kedua mata leta memanas.

"Dimana kak? "

Abi berdehem pelan, "ta, kalau setelah ini kamu tau yang sebenernya gimana? "

"Aku mau temuin iyan, aku mau minta maaf sama dia."

Lagi-lagi abi terdiam.

"Iyan dimana kak? "

"Kamu harus janji sama kakak, setelah ini kamu harus ikutin semua yang kakak omongin."

Leta hanya mengangguk sembari memahami apa yang abi katakan.

S
K
I
P

Kedua orang tua ini melangkah tergesa-gesa menuju ruang rawat putra mereka. Ketika langkah mereka tepat berada di depan ruang ICU, mereka berhenti.

Disana, putra sulung mereka tertunduk lesu sembari menahan air matanya. Sedangkan, putra bungsu mereka tengah bertarung diantara ambang kematian didalam sana.

"Za.... "

"Bunda.... "

Tangis keduanya pecah, mereka saling merengkuh satu sama lain. Ayah vito menatap mereka dengan tatapan sendu. Rasa takut menjalar dihatinya.

Tatapannya beralih pada sosok rendi yang tengah terdiam memeluk lututnya disana. Ia menghampiri pemuda itu dan mengusap bahunya.

"Ren.... "

Rendi mendongak, ada air mata yang mengalir melewati pipinya. Dengan segera, ayah vito menghapus air mata itu.

"Kok anak laki nangis? "

Rendi langsung memeluk ayah vito, menumpahkan segalanya disana. Isakan kecil lolos begitu saja dari bibirnya.

"Hey, syuuut. Udah.... "

"Gak yah, ryan.... "

"Ayah tau, tapi kalo rendi aja kaya gini. Gimana kita kasih semangat buat ryan? "

Rendi melepaskan pelukannya, kemudian menatap ayah vito dalam.

"Ren, ayah tau kamu sedih. Tapi jangan kaya gini, ryan gak suka. Wake up! Jangan nyerah, seharusnya kita kasih semangat buat dia."

Rendi mengulum senyum tipisnya, "i must more powerful than before, aren't? "

Ayah vito tersenyum kemudian mengangguk, mereka kembali berpelukan. Tak hanya berdua, melainkan berempat. Saling menyalurkan kekuatan memberi dampak baik, bukan?

•°•°•°•°•

Leta terdiam mematung menatap pemandangan dihadapannya. Air mata sedari tadi turun membasahi pipinya. Hatinya mencelos, sakit. Itulah yang ia rasa, bagaikan ada sebuah tombak yang menusuknya.

Ia mengepalkan tangannya kuat, berusaha meredam emosinya. Ia menghapus kasar air matanya, dengan langkah cepat ia meninggalkan tempat itu. Tanpa ia sadari, seseorang yang sedari tadi bersamanya mengukir senyum licik.

"Now, is time for strated all things.... Enjoying your time za, before you go on for this life." gumamnya.

Di lain tempat,

Aldi, tika, dan mela sengaja meninggalkan rendi sendiri. Mereka tau bahwa pemuda itu butuh waktu untuk menerima semua ini. Mereka memutuskan untuk pergi dan berakhir di tempat ini.

"La.... " mela menoleh

"Kenapa ya, setiap gue ke tempat ini bayangan leta kecil selalu muncul."

Mela menghela napas pelan, "ka, lo masih ingat nama tempat ini dulu? "

Tika mengangguk, "taman mimpi "

"Awalnya itu semua muncul karena ide berlian dari iyan, dia bilang kalo apapun yang kita minta di tempat ini bisa kita gapai suatu saat nanti. Tapi, kalo kita gak berusaha buat raih sesuatu yang kita minta itu semuanya hanya akan jadi mimpi " terang aldi.

Mereka semua mendongak menatap hamparan bintang di langit sana.

"Di, la.... Gue mau sampai kapanpun kita tetep sama-sama. Kaya bintang, gak pernah muncul sendirian. Mereka selalu bersama, walaupun gak selamanya. Terkadang, satu diantara mereka akan menghilang. Cahaya yang dulunya paling terang, sekarang meredup " tika terdiam sejenak, entah mengapa air matanya turun.

"Dia pergi entah kemana, ninggalin mereka semua. Dari sekian banyak bintang disana, mereka hanya menganggap dia sebagai bintang paling bersinar. Banyak orang yang bilang kalau bintang itu, kejora. " lanjutnya.

Aldi dan mela ikut terdiam, bahkan sekarang mela ikut meneteskan air matanya. Ia merengkuh tika ke dalam pelukannya.

"Ka, lo tau kenapa bintang setiap tahun buat rasi bintang? " tika menggeleng pelan.

"Itu karena persahabatan yang mereka jalin, tetap terjaga. Mereka buat rasi bintang, buat tunjukkin ke dunia seberapa indah jika mereka bersama." imbuh aldi.

Tika kembali terdiam, hingga akhirnya ia bersuara.

"Kita bisa jadi kaya mereka kan?"

Aldi dan mela bertatapan sejenak, kemudian tersenyum tipis. Tangan mela terjulur untuk mengusap bahu tika.

"Pasti ka, we must always together until forever.... "

Aldi tersenyum sendu menatap keduanya, kemudian ia kembali mengadahkan kepalanya menatap bintang di atas sana.

'Yan, liat seberapa besar perjuangan mereka buat kelihatan tegar di mata lo. Stay in here yan, for me.... ' batinnya

Tanpa sadar air matanya luruh, ini pertama kali aldi menangis. Dengan cepat ia menghapus air matanya sebelum mereka berdua menyadari hal itu.

~°~°~°~°~

Hello!!

Chap ini nguras air mata mereka ya???

Tapi, gak papa. Stok persediaan air mata mereka kan masih banyak. 😁😁

Ini ditunggu loh ya komennya, terserah tentang apa aja....

Tentang authornya juga bisa.... 😂😂

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang