Ryan menenggelamkan wajahnya ditumpukan kedua tangan yang ia buat. Pelajaran terakhir hari ini sungguh membuatnya bosan, terlebih suasana hari itu sedang mendung. Tidur mungkin pilihan terbaik untuknya.
Kriiiiing....
Entah ia sadar atau tidak bel tanda sekolah telah usai berdering kencang. Ia masih terlelap diatas lipatan tangannya.
"Yan.... " panggil rendi pelan.
Ryan mengangkat wajahnya perlahan, ia menguap sebentar lalu mengusap wajahnya.
"Lo kumat? Kok pucet? Pulang yuk"
Ryan tersenyum tipis, "gak kok, lo berdua duluan aja."
"Naik mobil gue aja, lagian mendung." kini, suara aldi yang terdengar.
"Gak, gue naik skateboard aja. Deket juga ini, gue pastiin pulang sebelum hujan."
"Serius? " tanya mereka serentak.
Ryan mengangguk.
Rendi menghela napas pelan, "ya udah, tapi 15 menit lo belum sampe rumah gue sama aldi nyusul."
"Iya.... "
Mereka berdua berjalan meninggalkan ryan, sedangkan ia malah termenung dikursinya kemudian beranjak pergi menghampiri pak tono untuk mengambil skateboardnya.
•°•°•°•°•
Gadis ini menghentakkan kakinya kesal, seharusnya kakaknya menjemputnya sekarang tapi pesan yang dikirimkan oleh kakaknya membuatnya kesal.
"Ih, ini kak nia kenapa sih? Gak tau apa gue sendirian disini. Tau-tau tadi numpang tika sama mela."
Ia mendudukan dirinya dihalte bus, menunggu ada bus yang lewat. Hingga pada akhirnya suara gemuruhlah yang datang.
"Yah, hujan.... " ia mengadahkan tangannya.
Suara gemercik air tercipta, ditengah derasnya hujan itu tampak sesosok lelaki tengah berlari disana. Ia menenteng skateboard bermotif benda langit ditangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menghalangi air yang mengalir di wajahnya.
"Hhhhhh.... Capek juga."
Ia mengusap seragamnya, saat ia berbalik.
"RYAN/LETA" pekik mereka bersamaan.
"Lo ngapain disini? "
"Ya nunggu bus lah, lo sendiri ngapain ujan-ujanan kaya gini? Tuh tas ama seragam lo basah."
Ryan menyengir, "pengin ngerasain main ujan aja."
"Terserah lo aja lah." leta memalingkan wajahnya menatap genangan air dihadapannya.
Beberapa saat mereka terdiam, ryan sempat mencuri pandang leta begitu juga sebaliknya. Dapat ryan lihat dari sudut matanya, leta tengah mengusap-usap lengannya. Sepertinya ia kedinginan, terbukti bibirnya bergetar.
Ryan mengeluarkan jaketnya dari dalam tas, beruntung jaket itu tidak basah. Tanpa persetujuan dari leta, ryan memakaikan jaket itu ke leta.
"Kalo musim ujan kaya gini, harusnya bawa jaket atau gak sweater gitu."
Deg
Leta menyadari bahwa kedua pipinya memanas, kejadian beberapa waktu lalu terputar dibenaknya. Saat ia mengusap cokelat dibibir ryan, perasaan itu kembali muncul.
"T-thanks ya." ryan hanya tersenyum.
"Ta, lo suka hujan ?"
Leta menggeleng, "gak."
"Kenapa? "
"Gak suka aja sih, lo sendiri suka sama hujan? "
Ryan mengangguk, "iya, banyak kenangan yang gue alami saat hujan."
Leta menoleh seolah meminta penjelasan.
"Setiap tetesan air yang jatuh dari langit itu bawa satu kepingan moment bahagia yang pernah gue lalui. Jumlahnya banyak, bahkan sangat banyak. Mereka mengumpul jadi satu, membentuk sebuah genangan. Dalam genangan itu semua memori gue tersimpan."
"Maksud lo? "
Ryan menghela napas pelan, "dulu, gue punya sahabat kecil dan kebetulan namanya sama kaya lo. Leta. Tapi, dia pergi ninggalin gue ke rumah orang tuanya, 10 tahun gue kepisah sama dia. Mungkin sekarang dia udah dewasa kaya lo, gue kangen sama dia."
Entah dorongan darimana ryan menceritakan semuanya dengan begitu mudah di depan leta. Seolah-olah, mereka sudah berteman lama.
"Emang dia pergi kemana? "
"Amerika."
Tubuh leta menegang, cerita itu sama persis dengan apa yang dialaminya. Kini, ia berpikir. Apa hubungan antara 'iyan yang dibicarakan oleh aldi dan mela', dan 'siapa sebenarnya sahabat kecil ryan? '
Lama ia merenung, hingga suara klakson mobil menyadarkannya. Sepertinya leta mengenal mobil itu, oh ya leta ingat. Itu mobil aldi saat mereka berada dicafe kemarin. Tampak dua sosok pemuda keluar dari mobil tersebut. Siapa lagi kalau bukan rendi dan aldi.
"Lo kok belum pulang? Ini udah sore tau."
"Lo gak liat lagi ujan? Ya gue nunggu lah."
"Maklumin aja yan, rendi kan emang gitu orangnya. Udah konslet kali dia."
"Eh, dasar curut! Mending gue jemput aja ryan sendiri tadi."
Leta mendengar perbincangan mereka, dan itu membuat ia tertawa pelan. Namun, ia hentikan tawanya itu ketika aldi melihat kearahnya.
"Eh, ada leta."
"Perasaan gue kenal deh sama tuh jaket." aldi memicingkan matanya.
"Itu kan punya ryan! Hayoloh kalian abis ngapain? "
Tuk....
"Awwww! "
"Pikiran lo tuh dijaga! "
"Ish, iya-iya."
Rendi tersenyum tipis melihat aldi dan ryan, kemudian ia beralih menatap leta.
"Ta, mending lo bareng kita aja."
"Gak udah ren, gue sendiri aja."
"Gak papa kali ta, gratis kok gak perlu bayar." cetus ryan sedangkan aldi mendengus pelan.
"Ya udah deh."
~°~°~°~°~
Hai!!!
I'm back!!!
Ada yang nunggu gak????
For the next part, insyaallah aku upload nanti malam....
Ditunggu ya guys....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Ficção AdolescenteRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...