Ryan terdiam dikelasnya, memikirkan apa yang telah dilakukannya tadi. Rasa hangat itu masih bisa dirasakannya. Isakan kecil itu masih bisa didengarnya.
Ia menatap lurus kedua telapak tangannya. Tangan itu, tangan yang telah mengusap setitik air mata yang jatuh pada pipi manis gadis kecilnya. Tangan itu, tangan yang dengan lancangnya merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.
Rasa rindunya tak dapat ia tahan, begitu kuat bagaikan gulungan ombak dilaut lepas. Menyapu segala benda yang terapung diatasnya.
Sedetik kemudian, senyuman tipis terbit diwajahnya. Ia teringat akan sebuah lontaran kata yang telah ia ucapkan tepat dihadapan leta.
'Gue sayang lo'
Ia terkekeh kecil, apa itu terlalu spontan untuknya?
"Lo manis ta, terlalu manis malah. Itu yang buat gue pengin selalu ada disamping lo.... " gumamnya.
Dilain sisi, seseorang berada dalam keadaan yang sama dengan dirinya. Bahkan, wajahnya terlihat merah merona.
"Yan, lo buat gue mati rasa." gumamnya pelan.
Ingatannya jatuh pada lingkaran tangan yang ryan buat, tepat diatas bahunya. Rasa hangat menggelitiki lehernya.
Ia menyentuh lehernya, "disini yan? Tapi kenapa gue ngerasa hangat disini? "
Tangannya perlahan turun memegang dadanya, hatinya menghangat. Entah perasaan apa. Yang leta sadari sekarang hanya satu. Rasa yang ia alami selama ini adalah 'cinta'.
Drrrt.... Drrrrt....
Handponenya bergetar, ia mengalihkan pandangannya pada benda tersebut.
Kak abi
Ia mengangkat telfonnya, kemudian mendekatkannya ke telinga.
"Hallo."
"Hallo ta."
"Kenapa kak? Ada hal penting lagi? "
"Emmm, kakak mau ngomong hal penting sama kamu. Tapi, kita ketemuan aja ya? "
"Gimana ya kak? Hari ini aku ada janji sama papa."
Hening beberapa saat.
"Ta, kalo malam ini? "
"Boleh kak, lagipula aku sama papa perginya nanti sore."
"Oke, kakak jemput kamu jam tujuh. Harus udah siap ya? "
Leta terkekeh pelan, "nanti aku diamuk kak nia lagi."
"Kenapa? "
"Kakak nyadar gak sih beberapa minggu ini kita sering keluar bareng. Ya walaupun cuma bahas tentang dia."
Ucapan leta melirih pada bagian terakhir.
"Santai kali ta, nia taunya kita cuma jalan-jalan aja kok. Dia juga ngerti kali kamu butuh hiburan, kan dia jarang punya waktu sama kamu."
"Iya.... "
"Kakak tutup ya, bye."
Tut.... Tut....
Leta menatap layar handponenya dengan perasaan ragu, akhir-akhir ini abi sering membicarakan masalah iyan. Tapi, mengapa pemuda itu terlihat antusias membantunya menguak semua kebenaran ini?
Padahal, ia bisa mencari informasi sendiri, lagipula abi tak ada hubungannya. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha menepis pikiran buruknya. Mungkin abi hanya ingin 'membantu' dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...