Hari senin atau bisa dibilang mon(ster)day, hari paling membosankan diantara hari yang lainnya. Berdiri dibawah teriknya matahari sambil menunggu sang burung berhenti berkicau.
Begitulah yang dilakukan deretan siswa ini. Yang paling tak bisa diam adalah kelas 11 MIA 1, terlebih di kelas itu ada ryan dkk.
"Bacot bet nih guru! Panas anjirr!" keluh aldi.
"Mulut tuh dijaga! Kena semprot air liaurnya pak erwin mati lu!"
"Sama aja bego!"
"Aldi! Rendi!"
Keduanya merutuki kebodohan mereka, sudah tau berada dibarisan paling belakang dan berada didepan pengawas masih saja ngobrol.
"Diam!"
'Kalo bukan guru, udah gue tampol kali' batin aldi.
Beberapa puluh menit kemudian, upacara usai. Keduanya langsung berlari menuju kelas, tidur menikmati dinginnya AC mungkin cukup menyenangkan.
"Parah bet, ngomong dah kaya ceramah aja si botak!"
Rendi terkekeh pelan sembari menjitak kepala aldi, "bacot mulu lo, kena karma ntar."
"Bomat lah!"
Aldi merebahkan dirinya di tiga kursi yang telah ia satukan. Kaki jenjangnya ia letakkan diatas kursi disebrangnya.
"Eh, btw tuh kunyuk satu masih di UKS kali ya?"
"Iya kali, kalo gak kesana."
Rendi mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan kepada ryan.
To: Monkey bro
Eh, nyuk! Upacara dah selese bege, kelas!
Tak lama kemudian ponselnya bergetar.
From: Monkey bro
Ntar, males.
Rendi menghela napas pelan, kalau sudah seperti ini tak ada yang bisa memaksa.
"Bolos."
Satu kata itu berhasil membuat aldi membulatkan matanya, "gila tuh bocah! Ketauan bu ani mampus!"
"Yee, kan dia anak yang punya nih sekolah."
"Iya juga, bego juga si rendi taiyong."
Rendi melemparkan buku kecil entah milik siapa kepada aldi.
"Sekali lagi lo ngomong, gue cekek lo!"
Aldi meringis pelan,
'Gak laki gak cewe sama aja, pantes aja tika galak pacarnya aja kaya gini.' batinnya.•°•°•°•°•
Ryan menikmati terpaan angin kecil yang membelai wajahnya. Jika tanya ia berada dimana sekarang, jawabannya adalah rooftop sekolah.
Ia menyenderkan kepalanya pada sofa kusam disana. Ia memejamkan mata sejenak, bayang-bayang leta kini menari-nari dipikirannya.
"Ryan?"
Ia membuka matanya, ia kenal pemilik suara itu. Orang yang kemarin bersama gadis yang disayanginya. Ia menoleh kebelakang, dan benar saja nereka berdua berdiri dibelakangnya.
"Lo ngapain disini?"
"Gak ngapain-ngapain, cuma duduk aja."
Ryan merasa ada yang aneh dengan dego, nada bicaranya terkesan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Fiksi RemajaRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...