Ryan menenteng skateboardnya hingga ke daun pintu rumahnya. Ia mengucap salam terlebih dahulu, kemudian masuk.
"Asalamuallaikum," ucapnya.
"Walaikumsallam."
Tampak seorang wanita paruh baya dengan balutan hijab berwarna biru tersenyum lembut sembari mendekatinya.
"Kok pulangnya rada sorean dek?" Tanya wanita itu.
"Ryan ada kelas tambahan bun, jadi pulangnya lebih sore."
Bun? Ia adalah Bunda Ryan, namanya Eva afaranda. Dirumah ini Ryan tinggal bersama orang tuanya dan kakak laki-lakinya, Ryan sering memanggil kakaknya dengan sebutan 'abang'.
"Yaudah gih mandi, abis itu turun kita makan siang. Bentar lagi abang sama ayah pasti pulang."
Ryan mengangguk, ia mengecup kening Bunda Eva sebelum ia menaiki tangga dan memasuki kamarnya.
S
K
I
PRyan turun dari kamar dengan memakai baju santai berwarna biru langit dan celana levis selutut. Digenggamannya ia membawa 3 tabung botol berukuran kecil, berisi banyak pil didalamnya.
"Abang mana yah?" Tanyanya kemudian duduk disalah satu kursi meja makan.
"Abang-" belum sempat ayahnya menjawab seseorang lebih dulu memotongnya.
"Disini!" Seru seseorang tepat di belakangnya.
Ryan memutar tubuhnya ke belakang, disana tampak seorang pemuda dengan usia 2 tahun lebih tua darinya tengah tersenyum kearahnya.
Oh, sampai lupa. Abang Ryan bernama Ezra afalan putra dan ayah Ryan bernama Vito abimana putra.
"Hari ini bunda masak apa?" Tanya Ayah Vito.
"Bunda masak makanan kesukaan kalian, tada.... Ayam kecap!"
Mereka tampak kegirangan saat melihat makanan didepan mereka, terlebih Ryan. Ia bahkan lebih dulu mencomot paha ayam dan meletakannya dipiring.
"Sabar dek, abang aja belum ambil."
Ryan hanya menyengir, kemudian mulai melahap nasinya. Tapi sebelumnya berdo'a lebih dahulu.
"Gimana sekolahnya bang?" Tanya Ayah Vito memulai pembicaraan.
"Baik Yah, abang cuma sedikit bingung sama beberapa masalah pengelolaan bisnis." Jawab Ezra.
"Nanti Ayah bantuin, kalo adek gimana?" Tatapan Ayah Vito beralih pada Ryan yang tengah memakan nasinya dengan lahap.
Pipi Ryan tampak gembul, terkesan lucu. Namun, hal itu justru mengundang tatapan horor dari kakak laki-lakinya.
"Pelan-pelan dek."
Ryan berusaha menelan nasi yang memenuhi mulutnya, dan berhasil. Tapi, akhirnya ia malah tersedak.
"Uhuk.... Uhuk...."
Ezra menyodorkan segelas air untuk adiknya, Ryan menerimanya dan meneguknya hingga tandas.
"Enak?"
Lagi-lagi Ryan menyengir, kemudian mengangguk. Sedangkan ayah Vito menghela napas pelan.
"Sekolah Ryan baik-baik aja Yah, oh ya Ayah tau gak? masa Ryan dikatain kudet sama Aldi." Ryan mengerucutkan bibirnya lucu.
"Oh, ya? Emang kenapa?"
"Katanya bakal ada murid baru, tapi Ryan gak tau."
"Emang ada murid baru, Ayah sendiri yang masukin dia."
Kedua mata Ryan membulat.
"Kenapa? Kok bisa? Jangan-jangan ayah kenal ya sama dia?"
Ayah Vito tersenyum, "ya jelaslah Ayah kenal, nanti kamu juga tau dia siapa."
Ryan beralih menatap Bunda Eva dan Ezra, mereka menggendikan bahu. Ryan kembali melanjutkan makannya, setelah selesai ia meminum beberapa butir pil yang ada di 3 tabung botol kecil tadi.
•°•°•°•°•
Kamar Ryan benar-benar berisik malam ini, pasalnya Rendi dan Aldi tengah bermain dirumahnya. Biasanya mereka menginap dirumah Ryan, begitu juga dengan malam ini.
"Aduh, lo pada bisa diem gak sih? Gue gak fokus nih."
"Ah, lo mah gak bisa santai dikit yan." Balas Rendi.
"Lo bilang santai? Ini dikumpulin besok nyuk!"
"Alah.... Paling Bu Ana gak bakalan marah, diakan kalo ngomong lembut." Kini, giliran Aldi.
Dan,
Dak....
Dua pulpen melayang mengenai kepala mereka yang tengah sibuk memainkan ps milik Ryan.
"Lo berdua bukannya ngerjain malah main terus! Kerjain nyet!" Pekik Ryan.
"Ishh, lo mah hobinya marah-marah terus udah kaya bang-" Ucapan Rendi terpotong ketika ia melihat Ezra tengah menatapnya tajam.
"Kaya siapa? Hmmm?"
"Eh, k-kaya.... Emmmm.... K-kaya Bu Ani bang.... Bu A-ni kan g-galak orangnya...." Jawab Rendi tergagap.
Ryan tertawa, "bo'ong bang, tadi tuh Rendi mau bilang abang galak suka marah-marah."
Rendi menatap horor Ryan, sedangkan yang ditatap malah tertawa.
"Oh, jadi gitu...." eyzra melangkah mendekati Rendi.
"Eh, g-gak bang.... S-sumpah, R-Rendi gak b-bilang kaya gitu...." Keringat dingin mengucur deras melewati kening Rendi.
"Awas aja ya...."
Rendi berlari menghindari kejaran Ezra, sedangkan Ryan dan Aldi tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu.
~°~°~°~°~
Read next chap➡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Fiksi RemajaRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...