Ryan terbaring lemas di brankar UKS, aldi dan rendi yang membawanya kesana. Sedari tadi, tak ada tanda-tanda menunjukkan bahwa ia akan bangun.
"Di, iyan.... " mela menangis dipelukan aldi.
Aldi menenangkan mela, dan membawanya keluar dari sana.
"Ta, gue sama tika keluar ya.... " leta mengangguk.
Kini tersisa hanya mereka berdua didalam ruangan itu, leta menatap sendu wajah pucat milik ryan. Jujur saja, ini baru pertama kali ia melihat ryan sakit. Ia lebih suka melihat ryan yang bawel, pecicilan, nyebelin, dan suka menganggunya daripada yang ia lihat sekarang.
"Yan, bangun dong.... Gak cape apa molor terus? "
Leta seperti berbicara dengan angin, tak ada yang menanggapinya.
"Yan, bangun ayooooo. Bosen tau gak. Gada yang bisa diledekin, gak ada yang bisa dimarahin, dari tadi sepi bet kek kuburan. Bangun dong, merinding gue."
Leta menghela napas pelan, "percuma ngomong sama lo. Bisa gila gue nanti, gue keluar ah."
Belum sempat leta melangkah, tangan seseorang lebih dulu mencekalnya. Dingin, itulah yang terasa pada kulitnya.
"Aaaaaaaaaa" jeritnya.
Ia menghempaskan tangan itu, dan berjongkok tepat dibawah samping sudut kanan brankar ryan. Ia menutup wajahnya, ia ketakutan.
Terdengar suara seseorang tertawa sumbang, "hahaha.... "
"Aaaaaa! Plisssss! Pergi sana hush hush! Gue masih muda tau! Gue belom mau mati! Pergiiiiiiiiiii! " jeritnya kencang, tubuhnya gemetar.
"Hahahaha.... Ta ini gue, ryan."
Leta perlahan membuka tangannya, dan disana ia melihat ryan tengah menoleh kearahnya sambil tersenyum jahil.
"Ah, tai lo! Kaget tau gak?!"
Ryan terkikik geli, "oh, jadi lo takut sama setan? Masa iya cewe rese plus garang kaya lo takut sama setan? Yang ada setan yang takut sama lo! "
"Si anjirrrr. Beruntung lo lagi sakit, kalo gak gue hajar lo."
Ryan ingin tertawa, namun ia malah terbatuk.
"Uhuk.... Uhuk.... "
Leta mengampirinya cemas, tanpa pikir panjang ia mengambil segelas air dan membantu ryan meminumnya.
"Lo gak papa? Atau gue pang-"
"Gak papa." ryan memejamkan matanya, mengusir sesak yang lagi-lagi menderanya.
"Serius? " ryan mengangguk pelan.
"Lo tidur aja, gue disini."
Perlahan, ryan mulai tenggelam ke alam mimpi. Entah keberanian darimana, leta mengulurkan tangannya mengusap rambut ryan.
"Cepet sembuh yan...."
Ia terus melakukannya, ia teringat lagu yang dibawakan sahabat kecilnya dulu ketika ia sakit. Sahabatnya itu menyanyikannya, dan keesokan pagi dengan ajaibnya ia bisa sembuh dari sakitnya.
"Yan, dengerin ya. Walaupun suara gue jelek, paling gak ya bisa ngehibur lo" ia tertawa pelan
Angin berhembus, menerpa dedaunan pagi.... Menerbangkannya, dan jatuh keatas tanah....
Burung berkicau, bagaikan alunan nada....
Bernyanyi, dalam satu symphoni....Oh, semesta....
Kirimkan pesanku pada tuhan....
Sembuhkanlah malaikat kecilku...
Biarkan dia tersenyum, bahagia....Oh, semesta....
Kirimkan pesanku pada tuhan....
Berikan kekuatan malaikat kecilku....
Biarkan dia tertawa, bahagia....Leta mengakhiri lagunya dengan seutas senyuman sendu, lagi-lagi ia teringat sahabat sekaligus malaikat kecilnya dulu. Tapi, ia tak tau dimana dia sekarang.
"Yan, lo tau? Gue selalu nganggep lo iyan. Nama lo hampir sama kaya dia, tapi gue tau. Lo tetep ryan, bukan dia.... " gumamnya.
Tanpa ia sadari, sedari tadi sahabat-sahabatnya tengah memandangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Ternyata lo masih inget ta.... " gumam mereka berbalik dan melangkah pergi.
•°•°•°•°•
Sepulang sekolah, leta langsung pulang kerumahnya. Hari ini ia dijemput oleh papa rio, beliau hanya berkata bahwa kemungkinan malam ini ia tidak bisa berada dirumah. Ada urusan dirumah sakit.
"Yah, papa. Emang harus sekarang ya? "
"Iya sayang."
Leta mencebikkan bibirnya, "baru juga 4 hari disini."
"Ya ampun leta, papa cuma 1 hari disana."
"Tetep aja papa pergi kesana." leta bersidekap dada.
Papa rio terkekeh pelan, "oh, jadi putri cokelat manja papa ini maunya apa? "
"2 roll choco bread."
"Iya-iya papa beliin."
Ekspresi leta kembali berubah, papanya memang hafal akan kelakuannya. Jika ia marah, pasti cokelat penangkalnya.
•°•°•°•°•
"Ryan gak mau! "
"Ryan itu gak papa! "
Ryan terus menolak ajakan kedua orang tuanya yang membawanya kerumah sakit. Mereka ingin membawa ryan untuk melanjutkan pengobatan, tapi ia menolak.
"Malam ini aja yan.... "
"Gak mau."
Ryan langsung berbalik menaiki tangga dan masuk ke kamarnya, ayah vito mengusap wajahnya kasar. Tak ada cara lain, ia harus menelepon dr. Spesialis ryan kesini.
"Hallo"
"Iya, hallo"
"Kamu bisa kesini? "
"Memang ada apa? Ryan kambuh lagi? "
"Hhhhhh, ryan gak mau kesana rio. Dia kekeh mau stop pengobatan."
"Ya udah, aku kesana. Tapi aku gak bisa sekarang, malam nanti"
"Oke, aku tunggu."
Tut.... Tut....
Ayah vito memutuskan sambungannya, ia beralih menatap ezra dan bunda eva yang menatapnya.
"Dr. Rio yang kesini, kalian persiapin semuanya aja." mereka mengangguk.
~°~°~°~°~
Hai!!!!
Hari ini aku up 2 part, itung-itung buat ganti besok hehehe....
Insyaallah aku up lagi hari selasa atau mungkn rabu atau kamis atau jum'at atau sabtu atau ming-. Eh, gak ding nanti pada kabur readersnya....
Ditunggu kelanjutannya hari selasa ya....
Bye....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...