{khawatir?} 💗

2.9K 187 2
                                    

Tika, mela, rendi, dan aldi terpaksa berangkat ke sekolah. Tadinya mereka ingin tetap disana, tapi karena paksaan dari ayah vito dan ezra mereka berangkat ke sekolah.

"Hai!"

Leta menyambut tika dan mela diambang pintu kelas, tatapan mereka tampak sayu tapi sepertinya leta tak menyadari akan hal itu.

"Kalian kenapa?" keduanya hanya menggeleng dan berlalu ketempat duduk mereka masing-masing.

"La...." mela menoleh.

"Kenapa?"

"Kita gak papa ta."

Leta menghela napas pelan, ia sadar ia masih baru bagi mereka. Tak pantas jika dia memasuki dunia mereka terlalu dalam, lagipula ada kata 'sahabat' itu hanya lambang jika mereka berteman saja.

S
K
I
P

Dilain sisi, rendi sama sekali tak bisa fokus dengan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Yang ada dikepalanya hanya ada ryan, ryan, dan ryan. Ingin ia cepat-cepat pulang dan memastikan bagaimana keadaan ryan.

~°~°~°~°~

Ryan menerjapkan matanya pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah bundanya yang penuh dengan kekhawatiran.

"Bunda...." lirihnya menyerupai bisikan.

"Iya sayang?" tanya bunda eva dengan air mata mengalir deras dimatanya.

Tangan ryan terjulur untuk mengusap wajah bunda eva, ia tak ingin melihat ada air mata disana.

"Bunda jangan nangis...." ucapnya pelan terhalang oleh masker oksigen, tapi masih bisa didengar oleh bunda eva.

Bunda eva mengangguk, tak berselang lama tampak dokter dengan beberapa suster dibelakangnya memasuki ruang rawat ryan. Dengan telaten, dokter itu memeriksa ryan. Kemudian, ia tersenyum masam.

"Keadaannya stabil, kemungkinan 7 hari kedepan ryan sudah boleh pulang."

Mereka hanya mengangguk, kemudian dokter dengan beberapa suster tadi pergi dari ruangan ryan.

"Masih ada yang sakit dek?" tanya ayah vito lembut.

Ryan menggeleng, "yah, haus...."

Ayah vito mengambil segelas air untuk ryan, ia membuka masker oksigen ryan dan membantunya minum.

"Udah?" ryan mengangguk.

"Gak usah yah, udah gak sesek kok" sergah ryan ketika ayah vito hendak memasangkan masker osigen itu kembali ke ryan.

"Kok ryan bisa disini?"

Ezra menjawab, "tadi pagi adek pingsan, abang sama yang lain bawa adek kesini."

"Terus yang lain kemana?"

"Sekolah."

Ayahnya dan bundanya meninggalkan ia dengan ezra. Entah apa yang akan mereka bicarakan.

"Kata dokter tadi apa bang?" tanya ryan memecah keheningan.

Ezra tergelak, ia tak tahu harus menjawab apa. Ia tak ingin menambah beban pikiran ryan, terlebih penyakit itu menyiksanya.

"Penyakit gue makin parah ya?"

Saki lagi ezra tergelak, ia terdiam membeku. Apa yang dikatakan ryan seolah menghancurkan dunianya, karena pada kenyataannya itu benar.

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang