Setelah menetap 3 hari di yogyakarta, ryan dan keluarga kembali ke jakarta. Berhubung sebentar lagi sekolah akan kembali dimulai.
"Yan, mau ikut abang gak?" tawar ezra.
"Ogah ah! Cape bang," tolak ryan.
Ezra hanya mengangguk, ia juga sadar akan keadaan adiknya. Ia menaiki mobil dan melaju kearah yang ditujunya.
Sementara ryan, anak itu kini menatap langit-langit kamarnya malas. Sebenarnya ia bosan, tapi jika berpergian tubuhnya terasa lemas.
"RYAN!!!" teriak seseorang dari sebrang rumahnya.
Dengan malas ia beranjak dan mendekati pintu balkon yang terbuka. Disana, tampak rendi tengah menyengir dengan wajah polosnya.
"Apa?!" ryan mengeraskan suaranya.
"Sini! Ada tika, mela, sama aldi juga!"
"Mager!!
Ryan kembali memasuki kamarnya. Mungkin tidur siang adalah pilihan yang terbaik, belum sempat ia menutup mata suara deringan ponsel mengalihkan perhatiannya.
Mela....
"Hallo?"
"Yan, sini. Anak-anak lagi pada maen."
"Mager ah la, cape gue."
Hening.
"Kita ke rumah lo, ya?"
"Hmm"
Sambungan diputuskan secara sepihak. Ryan langsung merebahkan tubuh lemasnya keatas ranjang. Baru saja ia ingin menutup mata, lagi-lagi suara entah milik siapa mengganggunya.
"RYAN!!"
Ryan mengusap wajahnya kasar. Oh, ayolah ia ingin istirahat. Wajah rendi kini mendominasi penglihatannya. Sontak ia berjingkat kaget sembari memegang dadanya.
"Tai lo! Kaget bego!"
Rendi menyengir dengan wajah tak berdosa namun mengundang tatapan jijik dari tika.
"Rendi tayiong kalo kaya gitu mirip e'e ayam dah!"
Kedua mata rendi membulat, "eh, kok gitu sih yank? Ganteng gini kok."
"Ganteng kalo diliat dari angkasa pake sedotan," celetuk ryan yang tengkurap.
Semua sontak tertawa, rendi mengerucutkan bibirnya sembari melipat tangan di depan dada.
Ryan melempat bantal berwarna cokelat kecil kearah rendi. Bukannya mengelak rendi justru pasrah bantal itu mengenai wajahnya.
"Bocah goblok!"
Mereka tak henti-hentinya tertawa.
"Tega kalian, sakit hati dedek bang."
"Drama anjirr!!" jitakan mulus mendarat dikepala rendi, pelakunya aldi dan tika.
Tak peduli yang dilakukan ketiga sahabatnya, mela justru duduk dusamping ryan.
"Ada yang sakit yan?"
Ryan mendongak, mela memang paling peka diantara mereka semua.
"Gak kok la, cuma lemes aja. Cape...."
Mela hanya mengangguk pelan, tatapannya beralih pada bingkai foto diatas nakas ryan. Dua orang anak kecil dengan kostum bertema cokelat mereka.
"Dulu, kalian berdua lucu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Teen FictionRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...