{penyesalan}😞

1.6K 98 1
                                    

Ruangan serba putih itu menjadi saksi bisu perjuangan seseorang didalam sana. Nia sudah ditangani, ia hanya mendapat beberapa jahitan pada pelipisnya. Sementara Leta dalam proses pemulihan, ia masih syok.

Didepan pintu ruang operasi itu, mereka menangis. Tak menyangkan jika dalang dalam semua ini adalah seseorang yang bersembunyi dalam mereka. Nia sekarang mengerti apa maksud dari ucapan papanya, itu Abi.

Ia tak menyangka jika ini ulah Abi, pacarnya sendiri. Ia menangis diatas kursi rodanya dengan Ezra juga Dirga disampingnya. Orang tua Ryan serta mama Tena, jangan tanya keadaan mereka. Mereka menangis.

Sahabat Ryan juga dalam keadaan yang sama. Tika dan Mela sudah datang, mereka sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Tak henti-hentinya mereka menangis dipelukan pasangan masing-masing.

6 jam sudah mereka lalui, hingga para ahli medis keluar dari ruangan itu. Mereka tampak kelelahan, terlebih papa Rio. Ia langsung memeluk Ayah Vito. Ia sontak membuat semuanya terkejut.

"Maaf To, Ryan kritis...."

Keadaan berubah drastis, mereka menangis dalam diam. Papa Rio melepas pelukannya, ditatapnya satu-persatu orang yang berada dalam ruangan itu.

"Ryan gak mungkin bisa bertahan, kita butuh jantung itu." Semua orang terdiam.

"Kita hanya ada waktu beberapa jam kedepan, jika pendonor tidak ditemukan...."

Papa Rio tak melanjutkan ucapannya, ia merasa sesak. Pasien kesayangannya berada pada ambang kematian.

"Ryan harus pergi."

Kenyataan apalagi yang harus mereka terima? Cukup sudah semua ini. Kehidupan bagaikan drama, kita hanya menjadi tokoh dalam cerita hidup kita sendiri.

Mereka kembali menangis, Bunda Eva terisak dipelukan Ayah Vito. Sementara Leta, gadis itu sejak tadi mematung layaknya sebuah raga yang kosong.

Ia melangkah pelan menuju papanya, ia menggenggam erat tangan dingin milik pria itu.

"Pa...."

Papa Rio menoleh, "izinin Leta buat nemuin Iyan."

Kedua orang tua Leta menatap putri bungsu mereka iba, Leta nampak seperti patung. Tanpa ekspresi, namun ada air mata yang mengalir dipipinya.

Papa Rio melirik Ayah Vito dan Bunda Eva. Mereka mengangguk samar, ia kembali menatap Leta lalu mengangguk.

"Tapi, nanti. Setelah Ryan kita bawa ke ruang rawat."

•°•°•°•°•

Sesosok pemuda terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Kepalanya terbalut perban, ada beberapa polisi yang berjaga didepan ruangan tempatnya dirawat.

Ceklek....

Pintu terbuka, menampilkan sosok dua orang pemuda.

"Kenapa gak mati aja?"

Suara sinis itu membuatnya mengukir senyum miring.

"Karena gue belum liat kematian adik lo."

"Bangsat!"

Baru saja Ezra ingin memukul Abi, Dirga menahannya.

"Tahan, ini Rumah Sakit."

"Apa salahnya? Dia aja berani bunuh seseorang!"

"Oh, jadi adik lo itu udah mati? Baguslah."

"KEPARAT LO BI!!"

Mendengar keributan didalam, beberapa polisi memasuki ruangan itu.

"Tenang...."

"Bapak bilang tenang?!! Adik saya sekarat pak!!!"

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang