{perhatian}🍁

2.1K 128 2
                                    

Ini sudah hari ketiga semenjak kepergian leta, dan hari ini ia akan kembali pulang ke jakarta. Ryan dkk sejujurnya juga ingin melihat kepulangan leta, namun mereka tidak bisa.

Hari ini ryan terkena serangan lagi, sebelumnya ia juga mendapat serangan. Namun, tidak separah kali ini. Pagi tadi ia bahkan sempat memuntahkan sedikit darah, beruntung dr. Ardi bisa menanganinya.

"Ar, gimana keadaan ryan? "

"Va, kali ini kita harus ambil tindakan."

Tubuh semua orang disana menengang, sebegitu parahkah keadaan ryan?

"Gimana perkembangannya? " kini, giliran ayah vito.

"Arteri pembuluh darahnya tersumbat, hal itu menyebabkan pasokan darah ke jantung berkurang. Sel-sel saraf jantung ryan yang lumpuh, juga secara bertahap semakin bertambah. Pengobatan yang dijalani ryan 1 bulan ini, belum cukup membantu kita untuk menyembuhkan penyakit ryan" jelas dr. Ardi panjang.

Tangis bunda eva pecah, sungguh ia tak sanggup kehilangan ryan.

"Tapi kita masih punya harapan, setidaknya dr. Rio akan aktif kembali dirumah sakit ini 2 bulan kedepan. Jadi, kita bisa melanjutkan pengobatanya."

Semua menghela nafas lega, tapi tetap saja rasa takut masih menjalar dihati mereka.

"Boleh kita masuk? "Dr. Ardi mengangguk.

Mereka berjalan beriringan memasuki kamar rawat ryan, bau khas obat-obatan mulai menyengat rongga hidung mereka. Disana, mereka dapat melihat sosok ryan terbaring lemah dengan infus dan masker oksigen yang terpasang indah ditubuhnya.

"Ryan...." bunda eva mengelus rambut hitam milik ryan.

"Bangun sayang, kita disini...." ia menggenggam erat tangan dingin ryan.

Entah kekuatan darimana, ryan membuka matanya. Ia menerjapkan matanya perlahan, ia menatap sekeliling. Ia bisa melihat kedua orang tuanya, kakaknya, sahabat-sahabatnya tengah memandangnya khawatir.

"Bun...." lirihnya.

Ayah vito langsung memencet tombol darurat disamping ranjang ryan, tak lama kemudian dr. Ardi dan beberapa perawat memasuki ruangan tersebut. Ia mulai mengecek keadaan ryan dengan amat teliti.

"Ryan kalo sakit bilang sama om ya?" ryan mengangguk pelan.

Dr. Ardi menekan perut bagian kiri ryan, pekikan kecil dari mulit ryan terdengar.

"Sakit?" ryan mengangguk sesekali meringis.

"To, va hasil lab kemarin nunjukkin kalau ryan punya penyakit lambung. Maka dari itu pola makanya harus dijaga, tadi ryan muntah darah itu disebabkan oleh gesekan dibagian lambungnya."

"Terus keadaanya?"

"Baik, kalo ryan mau pulang besok juga bisa."

Semua orang disana tersenyum dalam hati, tapi itu hanya bertahan sekarang mereka tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

"Aku pamit dulu ya, ada pasien." semuanya mengangguk.

Ayah vito mengkode bunda eva untuk keluar bersamanya, mungkin ada hal yang ingin ia bicarakan. Begitu pula dengan ezra, sekarang hanya tika, mela, rendi, aldi yang berada diruang rawat ryan.

"Ada yang sakit yan?" tanya rendi lembut.

Ryan menggeleng pelan, ia mencoba bangkit dibantu aldi dan rendi, sedangkan tika membantu ryan mencopot masker oksigennya.

"Mau makan? Gue suapin." ryan menggeleng menolak.

Disini, rendi yang paling khawatir dengan keadaan ryan. Baginya, ryan adalah adik kecilnya. Tak heran jika ia memperlakukan ryan berbeda.

"Kenapa?"

"Pait ren."

Rendi menghela napas pelan, ia beralih menatap mela. Ryan paling patuh pada mela, jika mela berkata apa pasti ryan mematuhinya.

"Ryan...." ryan mendongak.

"Makan."

"Pait la, gak enak...." rengek ryan.

Tika dan aldi tersenyum tipis melihat perhatian keduanya. Mereka sama sekali tak risih akan hal itu, justru mereka bersyukur ada yang memperhatikan ryan.

"Mau dibeliin cokelat lagi gak?"

Pertanyaan mela membuat kedua mata ryan berbinar, namun belum cukup kuat untuk membuatnya makan.

Mela menghela napas pelan, "mau sembuh gak?" ryan mengangguk.

"Ya udah makan, masa iya orang sembuh tanpa asupan energi?"

Ryan kembali menundukkan wajahnya, mela duduk diranjang ryan menatap dalam sang empu.

"Yan, lo gak kasian liat bunda, ayah, abang, sama kita khawatir sama lo? Bahkan bunda udah nangis sejak lo dibawa kesini sejam yang lalu. Ayah sampe batalin meetingnya dikantor, dan abang ezra. Dia bahkan gak jadi lanjutin skripsinya padahal dikumpulin buat besok, itu semua buat lo yan....." jelas mela lembut.

"Pait la.... Gue gak suka." tolak ryan sekali lagi disertai tatapan sendu.

Mela tersenyum, "gue tau, tapi kalo nanti lo tambah sakit gimana? Katanya mau jadi penyanyi, masa iya makan gini aja gak berani."

"Sepait apapun makanan yang masuk kemulut lo, gak sebanding apa yang kita rasain saat ini. Kita takut yan, lo ngerti kan?" ryan mengangguk pelan.

"Makan ya?"

Ryan menghela napas pasrah kemudian lagi-lagi ia mengangguk, mela mengambil mangkok bubur dan mulai menyuapi ryan tanpa protes. Jika ditanya aldi cemburu atau tidak jawabannya adalah tidak. Mereka itu sahabat sejak kecil, lagipun mela menganggap ryan sebagai adiknya.

~°~°~°~°~

Hai!!!!

Part ini khusus buat ryan and friend's, so leta aren't in here....

If you went to saw leta, waiting for next part guys....

Cokelat love story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang