Ryan memaksa kedua orang tuanya agar diizinkan pergi ke sekolah, dan rencananya berhasil. Hanya bermodalkan sebuah acaman kecil, stop meminum obat.
Alhasil kedua orang tuanya tak bisa mengelak, meski ryan harus mendapat omelan abangnya. Kini, ia sampai di pelataran tempat parkir sekolah. Kali ini, ia diantar abangnya.
"Udah gih sana! "
"Lah, ini juga mau pergi kali! "
Ryan sadar ia harus berubah, ia harus kembali menjadi ryan yang dulu. Tak selamanya ia berada dalam keterpurukan, bukan?
Brakkkk
Ryan menutup pintu mobil dengan kencang, lalu berjalan santai menjauhi mobil ezra.
"Pelan-pelan ryan!!! " teriaknya.
Ryan tak menghiraukannya, ia justru sibuk meladeni kakak kelas yang berhamburan mendatanginya.
"Ryan kemana aja?"
"Ryan bener kemarin masuk rs? "
"Ihhhh, kok mukanya ryan pucet? "
"Ryan sakit ya? Ke uks yuk, kakak sifa temenin."
Ryan berlari melewati mereka, tak peduli akan teriakan kakak kelasnya. Entah sadar atau tidak, dari arah berlawanan seorang gadis berlari.
Brukkkk
"Awww! Lo kalo jalan pake-"
Ucapan gadis itu terpotong ketika melihat iris mata biru kristal dihadapannya. Ia berdehem lalu bangkit, sejenak ia memberikan tatapan sinis pada ryan.
Ia hendak melangkah pergi, namun tangan ryan mencekalnya.
"Ta."
Leta tak menjawab, ia menatap lurus ke depan. Entah mengapa kedua matanya terasa memanas.
"Sorry.... "
Kini cairan itu menetes melewati pipi leta, namun segera ditepis olehnya. Ia melepaskan tangannya dari ryan, lalu berbalik menatapnya tajam.
"Gue gak butuh maaf lo! " ucapnya dingin.
Ryan menatapnya sendu, "ta.... "
Leta menyeringai, "sulit buat maafin lo yan, setelah apa yang lo lakuin selama ini."
"Ta-"
"Stop! Gue gak mau denger apa-apa lagi dari lo! Mulai sekarang, berhenti ganggu gue! Anggap kita gak pernah saling kenal! Terakhir, hapus semua memori tentang masa kecil kita dulu! "
Ucapan leta serasa menusuk jantungnya, sakit. Ryan memegang dadanya, lalu menghela napas pelan.
"Ta, semua gak kaya apa yang lo pikirin."
"Terus? Apa gue harus mati terlebih dahulu buat terima segalanya yan?!"
Teriakan leta sukses membuat beberapa siswa menoleh kearah mereka, ryan menatap leta sendu.
"Ta-"
"Berhenti panggil nama gue! Gue gak sudi berhubungan sama pengecut kaya lo! "
"LETA! "
Dua orang gadis beserta dua lelaki menerobos kerumunan, salah satu diantara mereka menarik lengan leta.
"Ta! Jaga ucapan lo! "
Leta tersenyum evil, "jaga? Yang harusnya jaga omongan itu gue atau dia! "
"Cuma berani sembunyi! Gak mau ucapin semuanya secara langsung! Pengecut! "
"Laki-laki macam apa dia?! Cuma bisa main belakang! Semua kelakuannya itu busuk! Dia bang-"
Plakkkk
Tamparan itu mendarat di pipi leta, semua siswa terengang atas apa yang terjadi barusan. Leta memegang pipinya, panas.
"M-mel"
"Apa?! Gak cukup lo hina ryan! Ta, ini semua kita lakuin demi lo! Ryan selama ini lawan sakit demi lo! Sadar ta! " kedua mata mela berkaca-kaca.
Air mata itu kembali membasahi pipi leta, "gue gak sadar la, mata gue buta. Gue terlalu lama liat kebaikan dia, tanpa tau ada apa di dalamnya. Takdir maksa gue buka mata la, dan sekarang yang gue liat cuma kepedihan yang sama sekali gak ada ujungnya."
Semua yang ada disana tertegun.
"Gue cape la, dipermainin sama takdir. Gue pengin ngerasain kebahagiaan. Sosok yang selama gue cari, berubah jadi bayangan. Saat gue nemuin sosok itu, dia hilang. Dan sekarang, yang gue temuin bukan sosok itu lagi."
"Tapi ilusi la!!!"
Semuanya terdiam, tangisan leta semakin menjadi. Ia tak peduli lagi saat ini, dirinya menjadi bahan tontonan.
"Gue coba buat terima semuanya, tapi apa daya la? Gue gak bisa! Terlalu sakit buat gue terima semuanya! "
Ia terisak, membuat beberapa siswa menatapnya iba.
"Cukup sampe disini la, gue nyerah. Anggep gue ini gak ada, gue pergi.... "
Semua terdiam membeku, perlahan kerumunan itu bubar. Menyisakan aldi, rendi, tika, mela, serta ryan. Pemuda itu kini menahan rasa sesak yang menguasai hatinya.
'Segitu bencinya la? Terlalu banyakkah kesalahan yang gue lakuin ke lo? ' batinnya.
Kini tatapan mereka beralih padanya, ia tersenyum tipis lalu menggeleng. Mengisyaratkan bahwa ia menerima semuanya.
'Lo sempurna yan, hati lo tulus. Kenapa tuhan beri lo cobaan ini? Lo terlalu baik yan.... '
•°•°•°•°•
Niatnya ini chap mau aku up nanti sore, tapi karena tangan gatel pengen nulis jadi di up sekarang deh. 😂😂
Wait for next chap ya guys!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cokelat love story (END)
Novela JuvenilRyan abimana putra, sosok pemuda dengan sifat ceria, baik, serta penyayangnya mampu menaklukan hati setiap wanita yang melihatnya. Dirinya bagaikan cokelat, begitu memanjakan setiap lidah yang merasakannya. Tak hanya dirinya, kehidupannya juga sama...