Terdengar suara tepukan tangan dari arah lapangan upacara sangat kencang sampai terdengar ke kelas atas. DILA pun segera turun dan melihat apa yang sedang terjadi. Saat ia sampai di koridor yang menghubungkan antara kelas dan lapangan ia bertemu anggota OSIS yang tidak lain adalah Azam
"Cepett! Kumpul mau tunggu apaan lagi?"
"Nungguin sayaa?" Tanya azam dengan percaya diri
Dila mengerutkan keningnya heran dengan sikap kakak kelasnya yang seperti ini, dia tidak mempedulikan kata-kata kakak kelasnya itu dan langsung menuju ke lapangan upacara. Dia melihat suasana sangat ramai dipenuhi murid yang sedang mengerebuti sesuatu
"Ada apa ini?"
"Tumben Ramee, biasanya sepii paling juga buat jalan ke Kantin atau Taman tapi..." Ucapan dila terhenti karena ada yang mendorongnya
"Awww!" Rintih Dila yang langsung jatuh dengan memegang lututnya yang terbentur dengan aspal
"Maaaff" jawab orang itu sambil berlari
Dila langsung berdiri mencari teman-temannya, diapun menyipitkan matanya untuk mencari lebih dekat lagi dan dila menemukan teman-temannya di dekat Mushalla dila pun bergegas menghampiri teman-temannya.
"Liaa, Iana, Tiana...heuh heuh heuh" ucap Dila ngos-ngosan
"Kenapa? Ada apaa?" Tanya lia cemas
"Kok tumben lari-larian nyari kita?" Tanya Tiana
Baru saja dila ingin menceritakan kejadian tadi dikelas sudah ada suara kencang terdengar membuat semua pandangan tertuju kepada sumber suara itu
"Terimakasih karena kalian telah mendengar tepukan tangan saya dan sudah berkumpul di lapangan ini"
"Saya hanya akan memberi informasi bahwa mulai sekarang sekolah kita akan dinilai dari kerapihannya kebersihannya dan tata kesopanan murid-murid dan gurunya!"
"Jadi saya minta kerjasama nya untuk penilain lagi sekolah ini, agar semua murid baik kls X,XI atau XII terutama Osis untuk menjaga kesopanannya dan Santunnya. Tunjukkan bahwa kalian adalah anak yang baikk!"
Suara itu terdengar sangatlah familiar bagi siswa-siswi SMAN Nusa bangsa yak suara itu adalah Suara Rizki sang ketua osis di sekolah itu. Setelah dia berbicara dia langsung kembali ke kelas dan belajar seperti biasa sampai bel pulang berbunyi
Hari ini adalah hari yang lelah baginya ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sebentar untuk mengambil data peminjam buku di Minggu ini, saat ia mengecek cukup banyak siswa yang meminjam buku termasuk Widia dan Wina
"Ternyata mereka suka membaca buku?"
"Kenapa nama mereka berurutan atas bawah? Apa ada rencana dibalik ini?" Batin Rizki
"Ehh? Aku memikirkan apasih? Kok jadi so udzon. Astaghfirullah" ia pun mengacak rambutnya lalu berusaha melupakan apa yang ia pikirkan sebelumnya
Ia berjalan menuju rak buku Fisika dan melihat cukup banyak anak perempuan termasuk Aulia, Naswa, Ayu, Nuri dan Zahra. Saat ia melirik kearah kami semua ia langsung mengerutkan keningnya seperti heran. Sambil berjalan ia bertanya
"Tumben kalian ber 5? Widia sudah pulang Duluan?" Tanya Rizki dengan tatapan lurus mencari buku
"Yeeeuu? Nanyain Widia" sindir Nuri sambil senyum bahagia
"Emang salah?" Jawab Rizki datar
"Enggak. Inih dari tadi widia gak keliatan kaa.. kaka gak liat diaa?" Tanya Aulia
"Iyaa ka.. saya takut pulang takut mamahnya nanyain diaa" Sambung Ayu
"Ooh yaudah, nanti saya yang cari" jawab Rizki dengan senyum merekah lalu meninggalkan perpustakaan
Rizki bergegas mencari widia ke semua kelas, Ke rooftop, Taman Kantin bahkan ke ruang Osis. Namun Rizki tidak menemukan widia sama sekali. Rizki memutuskan untuk duduk diam saja di kantin yang sudah sepi tanpa ada orang.
"Kemana dia sekolah ini nggak sebesar dunia tapi aku nggak menemukannya" Batin rizki
"Kemana widia?"
"Apa dia nggak tau bahwa teman-temannya khawatir"
"Saya juga sih.." ucap Rizki dengan suara pelan
Tanpa sadar Widia telah duduk dibelakang tempat Rizki duduk dan widia mendengar apa yang Rizki katakan, dia tersenyum kecil merasa bahagia ternyata kakak kelasnya yang banyak dikagumi itu mengagumi dirinya.
"Andai saja kau tahu bahwa aku telah membalas perasaanmu aku akan sangat lega" Batin Widia
Ayu dan Aulia merasa lapar dan memutuskan untuk pergi ke kantin sebentar dan dia mendapati Rizki dan Widia saja dikantin namun mereka seperti tak saling lihat
"Widiaa!" Teriak Ayu kaget
Widia dan Rizki terpelonjat kaget mendengar suara ayu. Rizki yang sedari tadi tidak melihat Widia dibelakang sontak melihat Widia dengan wajah gembira
"Kak kalau udah ketemu sama Widia kenapa nggak bilang?" Tanya aulia heran
Rizki mengedipkan matanya berulang kali sambil melihat widia
"Sejak kapan kamu duduk disitu"
"Saya Cari kamu kemana-mana tapi saya nggak liat kamu" tanya Rizki khawatir
"Saya disini kok nggak kemana-mana" jawab Widia meyakinkan
"Yaudah Alhamdulillah kalau widia udah ketemu dan baik-baik aja. Mendingan kalian pulang kerumah Sekarang udah hampir Ashar"
"Nanti orang tua kalin nyariin loh"
Ayu, Auli dan Widia segera meninggalkan Rizki sendirian dikantin dan langsung bergegas pulang. Lia memberitahu teman-temannya yang ada di perpustakaan bahwa ia menunggunya di gerbang dan mereka pulang bersama
*Dikamar Widia*
Widia duduk di jendela kamarnya dan memikirkan apa yang dikatakan kakak kelasnya
"Apa benar dia khawatir?"
"Kalau iyaa? Kenapa?" Batin widia sambil melihat pemandangan sore yang sangat indah
Tokk! Tokk!
Ada yang mengetuk pintu kamar Widia, dan widia pun membuka pintu
"Ada apa mah?"
"Kamu sudah mandi belum?"
"Kalau belum mandi, nanti malam mamah mau ajak kamu ke Mall" Ucap mamahnya
Widia pun langsung bergegas mengganti bajunya dan bersiap-siap. Widia menyempatkan melihat sunset yang sangat indah dan ia teringat akan kata-kata seseorang
"Bahwa akan ada saatnya yang tadinya membuat kita sengsara akan membuat kita bahagia"
Yaa.. itu adalah kata-kata dari kakaknya yang sudah tidak ada.
Baca terus kelanjutan ceritanya
Apa yang terjadi setelah widia menghilang dan setelah wina terluka?
Apakah Rizki akan berpihak kepada Widia?
Atau kepada Wina?Jangan Lupa tulis kritik dan saran di kolom komentar!
Aku butuh komentar kaliaann
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Segitiga
Teen FictionCerita ini adalah cerita tentang seorang pria tampan, cool, cerdas, cuek dan terpandang yang menaruh hati pada adik kelasnya namun ketika seorang gadis juga menyukainya sejak itulah tantangan cinta mereka semakin bertambah dan sebuah penyiksaan bagi...