Pagi ini pelajaran kelas X sedang kosong, akhirnya sebagian murid memanfaatkannya untuk membaca buku dan bermain dikelas. Widia dan teman-temannya hanya berbicara dan membuat meja mereka seperti kelompok kerja
"Bosen banget"
"Mending pulang yuk" ajak Nuri sambil memajukan bibirnya
Semua terhening sementara dan melirik kearah pintu berkali-kali berharap ada seorang yang menyelamatkan kondisi ini
"Ketos nya gimana inii? Ya Allah
.." ucap Aulia gemas"Tembemnya keliatan Aul, hehee" Ucap Ayu menoleh kearah Aulia
Aulia hanya menjawabnya dengan senyum manis tidak lama kakak kelas kiler tapi ganteng masuk ke kelas mereka
"Pelajaran apa Sekarang!" Ucap ka Afif sambil menaruh setumpuk berkas Osis di meja guru
"Bahasa Indonesia ka" jawab Abdul mencari buku didalam tas
"Panggil guru kekantor, ada gurunya baru datang" suruh ka Afif lalu meninggalkan kelas mereka
Satu kelas bernafas lega, tidak lama setelah ketua kelas memanggil guru ada seorang yang masuk bukan guru melainkan kakak kelas lainnya
"Widia"
Semua kelas terhening melirik kaget kearah kakak kelas itu, Widia mengangkat kepalanya dengan sigap dan membulatkan matanya. Ia terkejut dengan panggilan yang sangat Familiar itu, ia tidak berani menatap kakak kelas itu. Ia hanya melirik sebentar lalu melihat lantai
"Widia ikut saya" ucap ka Rizki dingin lalu menunjuk kearah luar
"I..iyaa kaa" jawab Widia
Satu kelas melihat Widia dengan tatapan menyorot tajam kecuali Ayu ia melihat Widia cemas dan ia ikut cemas
"Widia mau di apain itu?" Tanya Ayu menatap ke Aulia
"Hmm.. nggak tau" jawab Aulia mengangkat pundaknya
Widia mengikuti Rizki yang berjalan menuju ruang osis mereka hanya jalan berdua membuat murid yang melihatnya merasa heran dengan mereka berdua.
"Ka?" Tanya Widia
Rizki menoleh lalu memberikan kode agar tidak berbicara, sampai mereka di depan pintu ruang osis mereka pun masuk, Rizki menyuruh Widia duduk dikursi Hanif. Widia mengangguk menuruti saja
Keheningan terjadi beberapa menit diantara mereka ditambah hanya suara kebetan kertas yang terdengar dari Rizki.
"Kenapa?" Tanya Rizki melihat wajah Widia tegang
"Kaka mau apa bawa saya kesini?"
"Saa..saya ada salah?" Tanya widia ketakutan
Rizki tersenyum kecil lalu duduk di bangkunya yang berhadapan dengan bangku Hanif
"Nggak kamu nggak salah"
"Nih"
Rizki memberikan amplop merah beserta perangko pita merah, terlihat seperti resmi tapi terlihat lucu, hehehe. Widua membeku ditempat setelah menerima amplop itu. Ia sesekali melirik kearah Rizki yang masih sibuk mengisi data siswa
"Makasih.." ucap Widia polos
"Hmm" jawab Rizki dengan dingin
Widia merasakan tubuhnya diserang angin dingin lebih dingin dari AC dikelasnya yang suhunya 16°C. Widia terbungkam ia segera berdiri lalu meninggalkan Rizki, baru sampai depan pintu
"Tunggu.. saya nggak suruh kamu balik"
"Duduk sini saya mau tanya"
Ucapan Rizki semakin membuat tubuh Widia gemetar tak beraturan rasanya ia lebih baik pusing lagi saja daripada harus tegang seperti ini. Widia berusaha menyembunyikan wajah gugupnya dan duduk kembali ditempat tadi.
Wajah Rizki terangkat dan menatap Widia lekat tanpa kedip, Rizki memajukan kursinya membuat pandangan mereka semakin lekat. Widia terkejut bukan main, Widia menundukkan kepalanya kebawah ia tidak berani melihat wajah kakak kelasnya sedekat itu.
"Wid.." ucapan Rizki membuat keheningan terpecahkan
"Iya?" - widia
"Kemarin saya lihat dikolong meja kamu ada tulisan Manis"
Widia membeku mencerna omongan kakak kelasnya dan mengerutkan keningnya tidak faham
"Manis? Saya nggak tahu" jawab Widia takut
Rizki tertawa pelan lalu menggeser tubuhnya sedikit ke kanan, ia tidak tega melihat Widia setegang itu.
"Tidak usah takut, saya nggak berbahaya"
"Saya cuma nanya memangnya manis itu siapa?" Tanya Rizki membuat widia 2X lipat lebih bingung
"Saya aja nggak lihat dikolong saya ada tulisan itu" Widia semakin heran "Sumpah deh ka" tambah Widia meyakinkan
Rizki memperhatikan wajah Widia lalu menganggukan kepalanya ia faham apa yang harus ia lakukan sekarang
"Yasudah, kamu nggak perlu takut"
"Bukan takut saya gugup kaa" batin Widia
Rizki menggeser lagi bangkunya dan memajukannya lagi lebih dekat hingga hanya beberapa CM saja jarak mereka
"Saya mau tanya"
"Taa..tanya aa..apa?" Widia semakin gugup
"Bidadari itu Operasi plastik nggak sih?" Tanya Rizki sambil tertawa tak berdosa
"Mana saya tau" jawab Widia melirik kelantai "Masa nanya sama sa...."
"Kan Kamu bidadari nya.."
______________________________________
Cieeee Baper Cieee... Hehee:D
Baca terus cerita ini yaa...Jangan berfikir negatif dulu sebelum baca sampai habis, Oiyaa ini cerita asli dan gak asli yaa..
Jadi jangan terlalu dipikir panjangApa iya ada ketua OSIS kaya gitu?
Jawabannya:
- Di sekolah winda sih kayaknya kaya gitu mantan ketuanya, hehe
Jangan lupa kasih kritik dan saran di kolom komentar
Jangan lupa kasih Vote buat cerita iniiLuvvluvv:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Segitiga
Teen FictionCerita ini adalah cerita tentang seorang pria tampan, cool, cerdas, cuek dan terpandang yang menaruh hati pada adik kelasnya namun ketika seorang gadis juga menyukainya sejak itulah tantangan cinta mereka semakin bertambah dan sebuah penyiksaan bagi...